BAB.13

684 15 0
                                    


Keesokan paginya Iput sudah berada dipinggir ladang tebu menunggu kedatangan Bowo.

Begitu anak itu lewat dengan menaiki sepedanya tanpa belas kasihan,pemuda itu menedang roda sepeda dengan kekuatan penuh.

Alhasil, Bowo terjengkal. Sepeda dan dirinya ambruk, jatuh ke atas trotoar jalan. Ia mengaduh merasakan sakit.

Iput bergegas membanting sepeda Bowo. Dan menyeret tubuh Bowo ke tengah ladang tebu. Ia bersiap melancarkan aksi kejamnya.

" Ampun mas Iput" kata Bowo memohon, ketika kerah baju serangamnya diseret dengan paksa.

Tanpa peringatan,pemuda itu dengan kasar mencekik leher kurus Bowo. Mencekik dengan dua tanganya. Dengan wajah yang terlihat bengis.

Bowo meronta- ronta merasakan dadanya terasa sesak karena aliran udara yang memompa ke jantungnya terhenti. Ia mencoba memukul- mukul dan melepaskan cengkeraman tangan Iput yang melingkari leher kecilnya. Tapi tak ada gunanya. Ia kalah dalam segalanya melawan Iput. Kalah tenaga. Meskipun tubuh Iput kurus tapi tetap saja ia seorang pemuda yang memiliki tenaga lebih kuat dari dirinya.

Dengan kejam Iput membanting tubuh Bowo. " Kau tahu, hantu Perempuan itu mendatangiku!" seru Iput memberitahu.

Bowo terkejut sesaat, terbatuk- batuk mencoba bernapas, ia menangis tersedu- sedu. " Soleka?"

Iput mengangguk kesal, menujukan luka dipunggung tanganya dan perutnya akibat sabetan cangkul.
" Lihat, apa yang telah setan itu lakukan padaku?!"
Pemuda itu hilang kesabaran. Ditendangnya tubuh Bowo.

Bowo berguling saat sebuah tendangan mengenai kakinya. " sakit mas! Jeritnya.mengosok bekas tendangan itu, agar rasa sakit berkurang.' Ini tidak mungkin, bagaimana bisa orang yang sudah mati bisa datang kembali. Apa Iput berbohong'.

Kembali Iput menedang, kali ini ia menedang dada Bowo yang jadi sasarannya.

Bowo menjerit pelan. Tubuh nya terlentang diatas tanah. Baju serangamnya kotor dan kusut. Ia mencoba berlindung dengan tidur meringkuk ditanah. Agar pemuda itu menghentikan semua aksi jahatnya.

" Seharusnya kau juga harus kubunuh, seperti kau membunuh ibu tirimu. Dengan matinya dirimu senua akan ikut terkubur . Aku selamat dan bebas dari hukuman penjara." kata Iput dengan nada terdengar kejam.
" kalau kau mati , ini tetap akan jadi rahasia sampai aku kelak mati"

Bowo semakin meringkuk , hanya bisa menangis pilu.

Iput tak membiarkan Bowo bebas pergi begitu saja. Ia ingin menghukum anak itu , kalau perlu menghabisi bocah itu. Ia kembali menedangi tubuh Bowo secara frontal dan brutal.

Tubuh kurus Bowo tergucang- gucang oleh serangan bertubi- tubi. Ia berteriak dan menjerit merasakan kesakitan.
Iput tak akan berhenti menyiksanya kalau ia sendiri tidak berbuat sesuatu untuk menghentikan. Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Ia harus melakukan suatu tindakan.
" Hentikan mas Iput!" seru Bowo
".Sakit!" ratap Bowo

Pemuda itu menghentikan aksinya. Berdiri terpaku ditempatnya dengan pandangan ke arah Bowo yang menggelepar kesakitan.
Ia meludahi Bowo sebelum beranjak pergi dari tempat itu. Iput melangkah pergi seolah- olah tak terjadi apa- apa di tempat itu. Dengan senyum penuh kepuasan tersungging disudut bibirnya.

Setelah kepergian Iput , Bowo terus berteriak minta tolong. Anak itu berharap seseorang mendengar teriakkannya dan menolongnya. Dengan beringsut ia mencoba untuk duduk dengan mulut terus berteriak meminta pertolongan.

Tak lama kemudian teriakan minta tolongnya didengar oleh pemilik ladang yang seorang lelaki tua.
Lelaki itu menghampiri Bowo. Dan mencoba menenangkan Bowo yang tengah merasakan rasa sakit dan takut. " Apa yang terjadi padamu, kenapa kau babak - belur begini?" tanya kakek tersebut dengan wajah terlihat bersimpati dan merasa kasihan melihat kondisi Bowo.

" Tolong, bawa aku ke kantor polisi" kata Bowo secara tiba- tiba dengan mata beruraian dengan airmata kesedihan dan penderitaan. " Sudah cukup!"

Dengan kesabaran seorang lelaki tua, kakek itu membimbing Bowo untuk berdiri. Ia merengkuh pundak Bowo membawanya pergi. " apa yang terjadi padamu, nak?" tanya sang kakek lembut.

Bowo mengeleng pelan. Ia menujuk kearah sepeda BMXnya yang tergeletak di pinggir jalan. Ia menyuruh sang kakek untuk menunggu sebentar. Ia hendak menyembunyikan sepedanya ditempat yang aman dan tidak diketahui oleh orang lain.

Tak berapa lama kemudian ia kembali lagi menemui sang Kakek. Sang kakek kemudian menghentikan sebuah angkutan umum. Sebuah mobil colt domplak yang menuju ke pasar weleri.

Mereka naik mobil umum menuju ke kantor polisi didaerah Gringsing.

Sepajang jalan menuju kantor polisi, Bowo sudah tahu harus melakukan apa. Ia berpikir keras apa yang harus ia lakukan untuk mengakhiri masalah yang terasa berat dan pelik. Ia akan mengaku didepan para petugas polisi tentang kematian ibu tirinya. Tentang keterlibatan Iput dalam kematian Soleka.
Tubuhnya gemetaran. Ia mengelap air matanya dengan lengan baju seragamnya.

Tak butuh waktu yang lama untuk sampai dikantor polisi.
Sebuah kantor kecil bercat putih dengan simbol penegak hukum negara indonesia.

Bowo dibawa kesebuah ruangan kecil dengan seorang petugas lelaki bertubuh atlentis berwajah sendu menyambut kedatangan mereka dengan sikap ramah. Sebuah mesin tik tergeletak di atas meja kerjanya.

Sang kakek mulai bercerita dengan suara lirih dan pelan. Asal mulanya ia bertemu dengan bocah itu. Setelah ia selesai bercerita dan semua ceritanya telah dicatat dengan mesin tik.

Giliran Bowo,didepan petugas tersebut Bowo dengan terbata- bata dan airmata menceritakan semuanya. Tentang kematian ibu tirinya.

Tak lama berselang , petugas itu cepat tanggap akan laporan Bowo. Pengakuan dari mulut seorang anak sekolah dasar berusia sebelas tahun.

Dua mobil polisi,kemudian terlihat datang , disusul dengan kedatangan beberapa petugas polisi dangan sikap tegas dan sigap, menemui Bowo. Mereka datang dengan pakaian lengkap dan bersejata.

Bowo lantas di tuntun masuk ke dalam salah satu mobil tersebut. Sementara sang kakek disuruh menunggu di kantor tesebut.

Tanpa lampu sirene kepolisian dua mobil dinas melaju meninggalkan kantor polisi.

Bowo mengarahkan para petugas untuk menuju ketempat kerja Iput disalah satu daerah sekitaran pasar weleri. Disebuah bank milik pemerintah, pemuda bertato itu berkerja sebagai tukang parkir.

Dengan hati dag dig dug Bowo menunggu didalam mobil. Ia duduk di jok belakang. Sementara para petugas menghampiri pemuda itu.

Bowo melihat pemuda itu mencoba melawan para petugas polisi yang hendak menangkapnya. Ia meronta- ronta meminta dibebaskan.

Seorang polisi mengeluarkan sebuah borgol. Kedua tangan Iput di borgol.
Tanpa bisa melawan lagi, Iput berhasil dibekuk dan di tangkap.

Pemuda itu terlihat lemas dan tak bersemangat mengetahui bahwa akhirnya perbuatannya terendus polisi. Dengan kepala menuduk dan tangan di borgol. Ia mengikuti para petugas polisi. Berjalan melewati mobil yang didalamnya terdapat Bowo yang duduk di jok belakang mobil dengan jatung berdetak kecang.

Iput tersadar , ia menyadari dibalik semua itu ada sosok Bowo. Seorang bocah yang belum lama ini ia pukuli.
Ia melotot ke arah Bowo dengan sikap mengancam. Tepat di depan jendela tempat Bowo, pemuda itu mencoba menedang- nedang kearah jedela. Iput dengan sikap kesetanan melawan para polisi yang menangkapnya.

Bowo tersenyum sinis, ia mengacungkan satu jari telunjuknya ke arah Iput, membuat pemuda itu semakin tersulut emosi dan berontak mencoba menyerang dua polisi yang mencengkeram kuat leher dan kepala pemuda tersebu. Bowo mundur menjauh dari letak kaca jendela mobil.
Ia tersenyum merasa lega dan aman. Ia terbebas dari mulut singa , dari tangan pemuda sinting itu. Bowo merasa menang, akhirnya apa yang di takutkan Iput terjadi. Pemuda itu di jebloskan dalam penjara. Tak akan bisa keluar lagi. Bisa tiga puluh tahun atau bisa seumur hidup. Ia akan menghabiskan masa tuanya didalam sel tahanan. Dengan dahwaan pembunuh tingkat pertama. Perampokan, pemerkosaan dan pembunuhan.

Orang yang tengah berada didalam bank. Berhamburan keluar Ingin tahu penangkapan seorang pemuda tukang parkir. Mungkin dalam hati mereka bertanya - tanya .Apa yang sudah dilakukan pemuda tersebut sampai berurusan dengan polisi.

Tak ada yang tahu, Bowo telah berbohong. Dihadapan para polisi ia terpaksa berbohong bahwa Iputlah yang telah membunuh ibu tirinya. Itu dilakukannya untuk menyelamatkan dirinya dari jeratan hukum.


      AlAS ROBAN 4 (pelet Bulu Monyet alas roban)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang