BAB.5

1.1K 20 0
                                    


Hari kamis , malam hari. Bulan bersinar penuh. Pemandangan di luar terlihat diam seperti sebuah lukisan hitam putih. Angin malas untuk berhembus.

Bowo tengah menonton siaran televisi Dunia dalam berita. Ia mencoba menyimak acara wajib setiap jam sembilan malam. Rasa kantuk menderanya. Tak lama Bowo tertidur di kursi panjang di depan televisi tabung.

Terbangun ditengah malam dengan kondisi bingung. Bowo merentangkan kedua tangan . Mencoba mengumpulkan nyawa. Begitu nyawa terkumpul. Ia bergegas mematikan televisi yang mengumadangkan lagu Nyiur kelapa tanda akhir acara televisi.

Ia terdiam sejenak. Teliganya menangkap sumber suara. Suara dari arah belakang rumah. Mendadak muncul rasa penasaran dalam benak Bowo.

Seperti seseorang tengah mandi. Suara guyuran air terdengar sayup- sayup. Siapa gerangan yang mandi di tengah malam buta.

Bowo melangkah mendekati kamar orang tuanya. Kamar itu kosong. Soleka tidak kelihatan batang hidungnya. Kemana perempuan itu. Bowo mencoba berjalan ke arah pintu belakang rumah.sumber suara itu berasal dan jelas terdengar. Pintu itu tidak terselot dan sedikit terbuka.
Bowo membuka perlahan supaya tidak menimbulkan suara sekecil apapun. Ia melongok ke luar mencari tahu .
Ia terkejut begitu matanya melihat ibu tirinya tengah mandi ditengah malam. Dengan tubuh telajang. Soleka terlihat berkilauan tertimpa cahaya purnama di atas sana. Kulitnya bersinar terlihat seperti tembaga. Bau semerbak bunga menguar di udara malam yang males berhembus. Bau wangi bunga melati, mawar, kenanga dan kantil berbaur menjadi satu. Baunya memabukkan di indera penciuman.

Perempuan itu mandi kembang tujuh rupa. Seember besar air kembang terlihat. Dengan gayung Soleka menguyur tubuh indahnya. Helaian bunga menempel di kulitnya terlihat seperti batu pualam. Cemerlang. Sepertinya perempuan tersebut sedang melakukan sebuah ritual. Ritual dibawah bulan purnama dimalam jum' at kliwon.

Bowo bergidik, merasakan hawa dingin yang secara tiba- tiba mengalir ke tubuhnya. Ia berpikir apa perempuan itu tidak merasakan dingin dan tidak takut masuk angin karena mandi malam- malam. Ia mundur perlahan saat dilihatnya Soleka berdiri membuat sepasang payudaranya terlihat jelas di mata Bowo. Dua buah Payudara yang terlihat indah. Dengan ujung mencuat ke atas. Bowo terpana , apalagi pandangan matanya beralih ke bagian bawah. Sejumput rambut lembut terselip diatara kaki perempuan tersebut.

Tiba- tiba Soleka berbalik melangkah secara perlahan menuju ke kebun belakang. Bongkong besar dan bulat terlihat naik turun seiring ia berjalan.

Bowo melotot ' mau kemana perempuann itu? ' tanyanya pada dirinya sendiri.

Soleka berjalan ke dalam kebun. Kebun kosong yang hanya ditumbuhan ilalang. Setinggi betis orang dewasa. Apa dirinya tidak takut di gigit binatang berbisa semisal ular atau sebangsanya.

Fix perempuan itu asli gila, pekik Bowo dalam hati. Ngapain malam- malam keluyuran di kebun kosong .

Dengan mengedap- ngedap takut ketahuan kalau ia mengintip semua perbuatan Soleka. Bowo penasaran ingin tahu.

Sesampai di tengah kebun . Soleka menggelar sebuah tikar kecil . Dan sebuah sangkar bundar besar. Sangkar ayam.

Bowo terdiam terpaku di tempat ia mengintip. Perempuan itu telah menyiapkan semuanya. Tikar dan sangkar ayam .
Mau apa?
Untuk apa?

Bowo dibuat kaget ketika dilihatnya. Soleka duduk bersimpuh diatas tikar . Sangkar ayam diangkatnya . Perempuan itu masuk bersimpuh didalam sangkar . Dengan posisi ke dua tangan bersatu membentuk bunga teratai.

Ini gila. Bowo makin bergidik ngeri saat perempuan itu memejamkan kedua matanya fokus dengan pikirannya sendiri bermeditasi.

Soleka terlihat seperti sebuah arca. Patung telajang yang tengah menyembah dewa.

Tak ingin semakin larut dalam keadaan. Bowo memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah.
Baru tiga langkah ia berjalan. Ia di kagetkan dengan sesuatu yang bergerak- gerak .
Apa itu?
Mahluk apa itu?

Mahluk hitam itu mendadak meloncat ke arah Bowo. Mahluk hitam berekor panjang.

Bowo terjerebab jatuh ke tanah. Ia mundur dengan bergeser pada pantatnya. Ia mundur ketakutan melihat mahluk dengan sepasang mata bersinat dikegelapan malam. Bowo terus mundur mencoba menjauh. Tubuhnya gemetar ketakutan.

Monyet?

Bowo , mencoba bangkit dan dengan kedua lututnya ia berusaha berjalan pergi dari kebun. Ia terus berjalan demgan lututnya terasa perih tergores dengan tanah kebun. Ia tak perduli. Ia harus cepat sampai di sumur dan pintu belakang.

Bowo menoleh kebelakang sekilas. Matanya terbeliak ngeri mengetahui mahluk itu mengejarnya di belakang meloncat dan belari.

Jatung Bowo seperti di pompa, berdegup kecang.
Sumur, ia sampai di lantai plester sumur , tak jauh lagi ia sampai ke pintu. Ia meloncat menerjang pintu. Segera menutup dan menyelot kunci pintu. Dadanya naik turun tak karuan merasakan kengerian yang teramat sangat. Dengan jantung berdebaran anak itu berdiri bersandar pada daun pintu.

Suara- suara mencereceh di luar terdengar terasa mengelilingi telinga Bowo. Ia mundur menjauh dari letak pintu. Kembali ke meja dapur mencoba duduk disalah satu kursinya. Mencoba menenangkan debaran jantung.

Belum lama ia duduk , tiba- tiba suara ketukan pintu terdengar . Suara yang semula terdengar pelan, semakin lama berubah kencang dan tak sabaran.

Bowo mengeleng- geleng panik. Ia menutup kedua telinga seraya berlari menuju kamar tidurnya. Ia sudah tak tahan.
Ia naik ke ranjang. Duduk meringkuk berselimut jarik.

Suara ketukan mendadak berhenti. Keadaan berubah sunyi, lengang. Hanya suara jangkrik dan serangga- serangga malam saling bersautan tiada henti.

Bowo menyibak selimut jariknya. Duduk ditepi ranjang . Ia fokus memasang kedua kupingnya. Mencari sumber suara terkecil yang bisa ditangkap oleh indera pendengarnya.
Mahluk itu masih ada diluar disekitaran sumur. Bowo dengan langkah ragu- ragu berjalan ke arah pintu kamar yang hanya ditutupi oleh tirai tipis tanpa berpintu. Ia berdiri dikusen pintu mengintip ke arah pintu belakang. Tak ada ketukan dan gendoran. Suasana senyap hanya terdengar suara detak jantungnya.
Ia berharap mahluk berekor itu tidak bisa menerobos pintu dan berhasil masuk.

Bowo berteriak saat tiba- tiba jendela kamarnya bergetar di gedor- gedor dari luar. Ia kembali naik keatas kasur. Meringkuk ketakutan.
" Pergi!" lolongnya ke arah jendela. " jangan ganggu aku!"

      AlAS ROBAN 4 (pelet Bulu Monyet alas roban)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang