slice of life; nata

45 6 0
                                    

Renjun memang sesayang itu dengan kekasihnya. Mereka sudah lama menjalin hubungan, umur keduanya juga sudah dianggap dewasa, sederhananya karena mereka sudah menginjak perguruan tinggi. Tapi yang namanya "Adelardo Garen" atau lebih mudah disebut Mark, suka sekali menyentil ambang batas kesabarannya.

Kalau boleh protes, sepanjang ia kenal dengan Mark, ada satu kebiasaan yang Renjun sangat benci; pacarnya ini suka sekali numpang mandi dan menaruh handuk basah di kasur.

Sebenarnya bukan masalah menumpang mandi, lebih ke arah handuk basah di kasur. Renjun sudah berulang kali mengingatkan, tapi selalu ada balasan dari pacarnya itu; "Lupa, babe.", "Iya, nanti aku jemur.", "Baru juga selesai mandi, sabar.", dan lain-lain. Yang jelas Renjun sampai lelah mengingatkan.

Seperti sore ini contohnya. Mark baru pulang dari kampus, kemudian menjemput Renjun di butik Mama Rara.

Omong-omong sekarang Renjun part-time di butik milik mama kekasihnya karena kebetulan saat itu ada lowongan kosong. Mark iseng saja menyodorkan nama kekasihnya ke sang bunda, tidak tahunya, Renjun juga mau.

Kembali ke topik utama. Ya, jadi dua orang itu pulang ke rumah Renjun. Sekalian niatnya nanti malam mereka mau keluar membeli hadiah untuk Nala yang dua hari lagi ulang tahun, Renjun sendiri sih yang menyarankan Mark untuk mandi dirumahnya. Toh, baju Mark sekarang melimpah di lemarinya. Tapi ya itu, kebiasaan Mark menaruh handuk basah kok sepertinya sulit sekali dihilangkan.

"Ih, Kak Garen." Renjun mendengus, yang mana bagi Mark malah keliatan menggemaskan,"Handuknya jangan lupa~"

Posisi Mark sudah terlampau nyaman tiduran di kasur Renjun, jadi ia menyeletuk dengan jenaka,"Kalo dikasih cium, kakak langsung jemur."

Tentu saja Renjun tidak semudah itu terjerat jebakan macan ala pacarnya. Jadi Renjun dengan berat hati bangkit dari posisinya, berencana untuk menjemurkan handuk si pacar. Sumpah, ia malas sekali meladeni kelakuan menyebalkan Mark yang satu ini. Tapi siapa sangka, Renjun malah lengah dan akhirnya jatuh di pelukan Mark setelah tarikan mautnya.

Renjun berteriak kesal,"Aaa, minggir!" Tangan dan kakinya sudah terkunci dalam pelukan si pacar.

Orang-orang sering bilang, yang dominan dalam hubungan biasanya jauh lebih kuat dalam urusan fisik, tapi sebenarnya tidak juga. Renjun bisa saja meloloskan diri dari dekapan Mark dengan berbagai ide liciknya, tapi kalau ia bisa bebas, tidakkah itu akan melukai harga diri Mark?

Melukai sih, melukai, tapi Renjun benar-benar menyesal tidak mau berupaya untuk lepas. Masalahnya sekarang tangan pacarnya itu sudah grepe-grepe ke area sensitif.

"Aku teriak, nih!"

"Teriak aja, nanti paling kamu yang dimarahin tetangga."

Ditantang begitu, Renjun malah berapi-api. Ia ambil nafas dalam-dalam, siap-siap berteriak kencang, tapi ya begitu gagal lagi. Bibirnya sudah dimakan oleh macan jadi-jadian. Definisi dimakan yang Renjun maksud ya, benar benar dikokop habis; di kecup, di gigit, di sesap—ya, pokoknya dia dicipok telak. Jadi sekarang yang ada di dunia adalah Kinata Nismara (Renjun) versi lemah, lunglai dan tak berdaya.

Melihat lawannya sudah menyerah, entah kenapa Mark malah ingin memojokkan pacarnya lebih jauh. Selagi ciuman itu belum habis, Mark menggerayangi bagian tubuh yang lebih berbahaya, contohnya bokong si pacar yang sering ia tepok gemas. Mark remas dua pipi pantat itu kencang, kadang bergantian, kadang dua-duanya. Renjun sendiri sudah pasrah dan cuma menggeliat nyaman di bawah kuasa pacarnya. Dua tangannya ada di pipi Mark, ikut mengarahkan tempo ciuman.

Kesadaran Mark kembali saat pacarnya melenguh panjang ketika jari Mark menyentuh kerutan di bagian tengah pantatnya dari luar celana, akibatnya pinggul Renjun maju dan melekat ke perut Mark. Mark otomatis menjauh kilat, Renjun dibawahnya sudah ngos-ngosan, kausnya tersingkap di bagian perut, pandangan si kecil jelas sudah tidak fokus dengan bilah bibir bengkak dan celana rumahannya sudah melorot sedikit, memperlihatkan celana dalam kuning yang mengintip lucu.

Mark meruntuki kebodohannya,"Fuck, babe—"

Renjun tersenyum tipis, pandangannya sudah buram, yang ia pikirkan cuma mau Mark menyentuhnya lebih lama,"Hm-m, fuck me." Katanya lirih.

Suara yang lebih muda begitu menggoda, tapi Mark berhasil sadar dari jerat succubus yang mungkin sedang mampir.

"Anjing!" runtuk Mark. Lalu, Mark lari keluar kamar, masa bodoh kalau kekasihnya sudah mengajak berzina, ia harus tetap pada pendiriannya.

Renjun diam terbaring di kasur sambil mengatur nafas, samar-samar ia mendengar kekasihnya bergumam kesetanan,"Stay halal, stay halal, stay halal." yang mana mengundang tawa Renjun sendiri.

"Ya, sudahlah," Pikirnya.

Renjun bangkit, kemudian masuk ke kamar mandi, ada yang perlu diurus karena kekasihnya melarikan diri. Sepertinya hadiah ulang tahun Nala juga harus menunggu sedikit lebih lama.

Slice of life; Nata
— Selesai

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

aksara hati; markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang