Bagian 9, Bertemu

12 7 1
                                    

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hallo apa semua

Apa kabar

Selamat membaca 🥰

Jangan lupa votenya ❤

🥀🥀🥀

Banyak harapan yang Yuki langitkan, entah puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan. Dan entah berada di antrian nomor berapa semua harapan Yuki mendapatkan giliran untuk segera  terkabul kan.

Kenapa manusia-manusia yang bernasib miris seperti dirinya akan selalu terjebak di dalam ke adaan yang sangat sulit, bahkan seperti tidak ada harapan lagi untuk keluar dari lubang hitam kehidupan yang sangat menakutkan itu.

Yuki selalu berfikir apakah Tuhan sedang menghukum nya, lalu atas dasar apa Tuhan memberi nya hukuman sebesar ini. Apakah karena sifat Yuki yang selalu merasa bangga dengan keharmonisan keluarganya? Lantas Tuhan mencabut semua nikmat bahagia yang ada di hidup nya.

Yuki hanyalah anak sederhana yang di lahirkan dari rahim seorang wanita yang tidak berada, keluarganya memiliki ekonomi yang sangat pas-pasan. Tapi tidak sedikit pun di dalam keluarganya nya itu merasa kekurangan. Karena adanya kasih sayang yang sangat besar dan kuat. Lalu jika semua nikmat itu Tuhan ambil dari hidup Yuki, apalagi alasan Yuki untuk hidup lebih lama di dunia ini.

Ahh iya, diri nya lupa bahwa sudah pernah berjanji akan menjadi mata untuk ayah nya di dunia ini.

Yuki melanjutkan aktivitas nya seperti biasa, setelah kemaren tangis nya pecah di hadapan sang ayah, bahkan kata-kata kasar yang sempat terlontar kan dari mulutnya, Yuki sudah meminta maaf kepada ayahnya dan ia sangat menyesal atas semua perkataan nya. Ia mencoba memberi pemahaman kepada sang ayah jika dirinya hanya ingin ayahnya beristirahat di rumah dan tidak sakit lagi.

Diva yang berada di samping Yuki terus menatap sahabatnya itu dengan intens, mata sahabat itu terlihat begitu sembab seperti orang habis menangis.

"Yuki." Diva melambai-lambaikan tangan nya di depan wajah Yuki.

"Ehh iya kenapa Div?" Yuki sedikit terkejut, dan langsung menoleh ke arah Diva sambil mengedipkan matanya berkali-kali.

"Kamu kenapa si, kok kayanya hari ini nggak konsentrasi banget."

"Ohh ini lagi capek aja kali Div, biasa kan baru pengalaman pertama kerja." Yuki terkekeh membuat kedua matanya ikut menyipit dan membuat kantor matanya terlihat semakin jelas.

"Beneran ni?"

"Iya beneran dong." Diva menahan mulut nya agar tidak bertanya terlalu banyak lagi, karena ia dan Yuki juga belum terlalu lama berteman.

Terdengar suara pintu toko terbuka, menandakan bahwa ada pembelian yang berkunjung. Yuki laku menyambut wanita tersebut dengan sangat ramah.

"Ada yang bisa di bantu ibu?"

"Saya mau cari kue ulang tahun buat anak saya." Jawab wanita itu sambil membuka masker yang sedari tadi menutupi wajahnya.

"Bibi? Ini beneran bibi kan? Apa kabar?" Yuki langsung tersenyum lebar begitu menyadari bahwa pembeli yang ada di hadapannya adalah sudara dari ibunya.

Mata Untuk Ayah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang