Bagian 3, Seperti mimpi

14 9 6
                                    

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Apa kabar?

Selamat membaca🥰

Jangan lupa vote❤


🥀🥀🥀


Yuki terbangun dengan kondisi mata yang sangat memprihatinkan, sipit, sembab, dan juga garis hitam tercetak jelas di bawah kelopak matanya.

Ini adalah hari ke tiga setelah ia kehilangan ibu dan kakaknya, setiap nafas begitu sangat terasa sesak. Dan setiap langkah begitu terasa berat, bagaimana tidak? Setelah ibu dan kakaknya meninggal, Tuhan bahkan juga mengambil dua mata ayah nya. Membuat setiap sudut pandang Yuki terhadap kehidupan juga ikut menggelap.

Sekarang Yuki bahkan sangat bingung harus bagaimana, ia baru saja lulus dari bangku Sekolah menengah atas. Bahkan pekerjaan pun ia belum dapat, setelah ini keadaan memang harus terbalik bukan? Giliran Yuki yang akan menjadi tulang punggung untuk ayahnya.

Yuki melangkah menuju ke kamar ayahnya, dilihat ayahnya sedang duduk diam sambil memegang secangkir air putih, yang memang Yuki sediakan untuk berjaga-jaga jika ayahnya merasa haus.

"Ayah udah bangun?" Yuki bersuara.

"Ah iya." Bagas terkekeh menjawab pertanyaan Yuki.

"Hmm kenapa sekarang ayah mudah terkejut, hanya dengan suara-suara kecil ya?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut ayahnya.

"Bahkan denger suara kamu aja, ayah terkejut. Padahal dulu ayah sering denger kamu teriak-teriak." Lanjut Bagas menangisi nasib penglihatan sialanya itu.

"Ayah ayo sarapan dulu." Yuki tidak menggubris ucapan ayah nya, ia memilih menulikan pendengarannya. Karna setiap kali mendengar ayah nya berbicara soal penglihatan nya yang menggelap, Yuki tidak kuat. Sedang ia harus menjadi sosok yang bisa menjadi penguat ayah nya bukan?

"Ayah, besok Yuki mau coba cari kerja. Ayah dirumah sendiri dulu nggak papa ya?" Yuki memang sudah memutuskan untuk segera mencari pekerjaan, ia tidak bisa menunggu ayahnya sampai bisa melihat lagi. Karena itu entah kapan bisa terwujud, mencari donor mata sangat susah dan mahal, bukan?

"Kamu baru aja lulus SMA, kamu juga dulu bilang sama ayah pengen lanjut ke Perguruan tinggi impian kamu." Bagas berucap dengan sedikit heran, pasalnya dulu putri bungsunya itu sangat ingin melanjutkan ke Perguruan tinggi, walaupun bukan dari keluarga yang kaya raya, tapi orang tua mana yang tidak ingin meu mwujudkan keinginan anak nya?

"Itu dulu yah, sekarang Yuki udah ga pengen lagi kok kuliahnya." Yuki menahan sesuatu yang akan keluar dari kedua matanya.

Ketika kamu mempunyai keinginan, tetapi keadaan berkata sebaliknya. Tuhan bahkan berkehendak lain, Yuki sangat takut jika keinginan nya itu bisa sangat membebani Bagas. Yuki hanya ingin fokus untuk hidup ayahnya untuk saat nya.

"Nak, ini semua pasti karena ayah kan?" Pertanyaan yang Bagas sudah pasti tau jawabannya meluncur dari bibirnya, walaupun ia juga tahu jika putri nya itu akan berbohong.

"Bukan.. Ini semua emang udah keputusan Yuki, setelah di fikir-fikir kayanya lebih enak cari uang, biar bisa kaya, terus bisa cariin ayah donor mata." Bagas mati-matian untuk tidak menangis lagi di depan Yuki, ia merasa sangat kasihan dengan putri nya sekarang, diusia nya yang seharusnya masih menikmati senang nya dunia, harus memikirkan hidup yang lebih susah dari sebelumnya.

Mata Untuk Ayah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang