Assalamu'alaikum Wr. Wb
Hai apa kabar
Selamat membaca😍
Jangan lupa votenya❤
🥀🥀🥀
Bagas dengan segera menoleh ke sumber suara begitu mendengar pintu terbuka, sudah hampir satu jam Bagas berdiam diri diruang tamu, dengan cemas menunggu kepulangan putri nya. Walaupun buta, tetapi Bagas bisa memperkirakan jika hari ini Yuki pulang ke rumah sedikit terlambat.
"Nak, apa itu kamu?" Bagas melangkah dengan hati-hati agar tidak menabrak apa pun yang ada di sekitar.
"Iya ayah, ini Yuki." Jawaban lemas Yuki membuat Bagas mengernyit, kenapa dengan putri bungsunya itu? Tapi Bagas menggeleng kan kepala nya, mungkin Yuki hari ini sangat lelah.
"Apa hari ini lembur, kok Yuki baru sampe rumah. Ayah udah dari tadi mendengar adzan maghrib, nggak biasanya kamu pulang selarut ini."
Yuki terdiam sesaat, ia tidak akan mengatakan kepada ayahnya jika habis dari makam ibu dan kakaknya, apalagi perihal kejadian sebelum ia sampai rumah tadi."Iya hari ini lembur."
"Apa kamu sakit, kenapa suara mu seperti itu. Kamu flu?" Sebenarnya sejak tadi Bagas bisa menangkap perubahan suara Yuki, seperti orang flu atau orang yang habis menagis? Bagas tidak bisa memastikan itu.
"Kamu habis menangis ya? Kenapa nak?" Bagas meraih kedua pundak Yuki, dan meraba wajah anak bungsu nya itu.
"Bilang sama ayah siapa yang nyakitin kamu."
"Engga, Yuki nggak nangis kok. Ini sedikit flu aja." Yuki tidak ingin melukai perasaan ayahnya dengan menceritakan kejadian tadi, kejadian bagaimana mulut orang yang memakinya dengan begitu lantang di hadapan banyak orang, karna itu ia memilih berbohong.
"Kamu bohong nak, ayah yakin kalo Yuki habis menangis." Ayahnya sangat tau dengan sifat putri bungsunya itu, bagaimana suara anak itu ketika sedang bahagia dan sedih. Yuki pikir bisa membohongi ayahnya karena keadaan ayahnya yang tidak bisa melihat nya, tetapi Yuki salah besar Bagas adalah orang yang merawat nya dari kecil. Selain ibunya, dirinya dan Bagas Juga pasti memiliki ikatan batin yang sangat kuat, apalagi seorang ayah dan anak perempuan nya.
"Hiks..." Yuki menggigit kuat bibirnya, memaki dirinya sendiri kenapa tangisnya harus pecah di depan ayahnya. Bagas tersentak saat mendengar suara tangis dari Yuki.
"Yuki.. Yuki.. Kamu kenapaa nak, ada apa? Apa yang terjadi hari ini?" Bagas bertanya dengan gelisah.
"Mereka jahat ayah." Lirih Yuki, hatinya begitu sakit ketika mengingat ucapan wanita tadi. Merasa sakit dan marah secara bersamaan saat mendengar harga diri keluarga nya di Injak-injak, bahkan harga diri ibu dan kakaknya yang sudah meninggal.
"Siapa yang udah jahat sama kamu, bilang ke ayah." Hati Bagas tidak kalah sakit, putri bungsunya menangis dengan suara yang begitu memilukan.
Yuki terus mengeluarkan suara tangis nya, ia bahkan tidak sanggup untuk bercerita kepada ayahnya. Rasanya sudah sangat banyak sakit yang Yuki terima setelah kepergian ibu nya. Bagas memeluk erat tubuh putri nya yang bergetar hebat, ini kedua kalinya Bagas mendengar Yuki menangis dengan hebat.
"Mereka sangat jahat ayah." Ulang Yuki lagi dengan suara yang semakin lirih."
"Ke..kenapa harus ibu yang mereka hina, dan kenapa harus keluarga Yuki yang mereka caci." Bagas memejamkan matanya, ia tahu pasti ada orang yang sudah melontar kan kata-kata tidak pantas pada putri nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Untuk Ayah [On Going]
Ficción GeneralJika dunia terlalu gelap untuk ayah, maka Yuki bersedia menjadi cahaya dan mata untuk ayah.