Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Apa kabar semua?
Selamat membaca🥰
🥀🥀🥀
FLASHBACK ON
"Ayah! Ayah! Kita jadi ke pantai kan?" Dengan semangat Yuki mengguncangkan lengan ayahnya yang sedang tertidur di kursi ruang tamu.
Bagas yang terkejut dengan teriakan putri bungsunya, langsung membuka matanya. Di depan nya ada Yuki yang sedang nyengir tidak jelas.
"Kenapa nak, ini udah malem jangan teriak-teriak." Bagas mengubah posisi mya menjadi duduk, melihat jam dinding dan ternyata sudah jam sepuluh malam.
"Ayah, besok kita jadi kan ke pantai nya?" Tanya perempuan berusia 20 tahun itu, walaupun sudah terbilang dewasa tapi antusias nya tetap menggebu ketika mendengar kata liburan.
Ia dan keluarganya memang jarang sekali bisa berlibur ke pantai atau ke tempat-tempat yang mewah. Jadi jawar jika Yuki sangat antusias.
"Iya jadi sayang, sekarang mending kamu tidur. Besok kalo bangun nya kesiangan bakal ayah tinggal kamu." Bagas berbicara dengan keadaan mata yang tertutup, karena jujur ua masih sangat mengantuk sekarang. Seharian ini ia telah bekerja sebagai kuli bangunan.
"Kenapa si berisik banget kaya anak ayam." Dengan muka sebal, Fauzan Dakara kakak pertama nya keluar kamar karena mendengar kegaduhan dari ruang tamu.
"Adik kamu tu, jam segini masih aja ngomongin liburan besok." Bagas menunjuk ke arah putri bungsunya dengan dagu.
"Dasar bocah." Fauzan melempar Yuki dengan bantal leher yang ia bawa dari kamar.
"Udah de kak Fauzan diem aja wle." Yuki berjalan ke arah kakanya, dengan gerakan cepat Yuki menjitak kepala Fauzan dan lari terbirit-birit menuju ke kamar nya.
Fauzan mendengus sebal, adik bungsu kesayangannya itu memang sangat jail, dulu Fauzan pernah berkata kepada ayah nya untuk menjual adik nya itu. Alhasil Fauzan mendapat amukan dari Bagas.
Sedangkan Bagas hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kedua kakak beradik itu, ia sudah biasa dengan suasana rumah yang seperti ini. Dan menurut nya itu adalah momen yang mungkin suatu saat tidak akan pernah terulang lagi.
Pagi telah tiba, fajar baru saja menunjukkan wujudnya untuk menyapa miliyaran manusia yang ada di muka bumi ini.
Yesi saat ini sedang sibuk menyiapkan sarapan dan bekal untuk di bawa berlibur ke pantai, senyum nya mengembang. Merasa bahagia karena bisa mengajak anak-anaknya untuk pergi berlibur. Menu makan hari ini bahkan terbilang sederhana.
"YUKI UDAH SIAP, AYO KITA BERANGKAT!"
"Astaga sayang, kok kamu udah rapi banget ini masih pagi." Kaget Yesi melihat putri bungsunya.
"Iya biar nggak ketinggalan buk." Yuki cengengesan tidak jelas.
"Nggak, bakal ditinggal kok dek tenang aja." Fauzi menanggapi sang adik sambil tertawa, dibanding dengan Fauzan kembaran nya, Fauzi memang lebih pendiam dan tidak terlalu jail terhadap Yuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Untuk Ayah [On Going]
Narrativa generaleJika dunia terlalu gelap untuk ayah, maka Yuki bersedia menjadi cahaya dan mata untuk ayah.