13.

251 38 5
                                    

Kembali ke rumah keluarga Uchiha. Kali ini dia bukan lagi berstatus sebagai menantu di sana. Dia adalah Haruno Sakura, kekasih Sasuke sekaligus mantan istrinya.

Saat tiba tadi, seluruh tubuhnya gemetar. Dia merasa gugup. Sesuatu yang seharusnya tidak perlu dirasakannya sampai sedemikian rupa.

Seluruh keluarga Sasuke menyambutnya dengan tangan terbuka dan senyum lebar. Bahkan ketiga keponakan Sasuke yang dijuluki pria itu sebagai monster-monster kecil langsung menempel padanya seperti dulu. Seolah merindukannya dan lega karena bibi kesayangan mereka akhirnya kembali ke rumah setelah sekian lama.

Pelukan dari mantan ayah mertuanya juga adalah tanda bahwa dia diterima kembali di keluarga itu. Sepertinya, bagi mereka semua, Sakura tidak pernah benar-benar meninggalkan keluarga Uchiha dan melepas statusnya sebagai istri Sasuke.

Dia selalu punya tempat khusus di sana.

"Kadomu adalah yang terbaik, Sakura." Puji Fugaku yang terus memandangi seperangkat lengkap cat lukis yang Sakura hadiahkan. Hasil berbelanja bersama Sasuke beberapa waktu lalu. "Cangkir teh ini juga bagus. Kau tahu sekali selera ayah."

Sakura tersenyum malu. Dia baru membeli cangkir tadi di perjalanan menuju kemari. Dia kembali membeli sesutu untuk calon mertuanya itu beserta kue ulangtahun dengan gaya fusion yang memadukan rasa khas kue Jepang dan barat. Tapi sepertinya kue itu lebih disukai para keponakan Sasuke karena mereka sudah hampir menghabiskannya. Ini membuat ayah dan ibu mereka geleng-geleng kepala karena takut para bocah akan terkena sugar rush hingga sulit dikendalikan nantinya. Anak kecil dan makanan manis bukan teman baik di mata para orang dewasa. Kalau bukan karena kerlingan mata Uchiha Fugaku yang punya prinsip bahwa sang cucu bebas melakukan apa saja selama ada dia di sana, mungkin Itachi dan istrinya sudah menyembunyikan kue itu di suatu tempat yang sulit diraih para bocah.

"Terima kasih, Paman."

Ups! Dia sepertinya baru saja memanggil Fugaku dengan panggilan yang salah. Pria itu mengangkat alisnya lalu tersenyum kecil. "Ayah, Sakura. Kau akan menjadi menantu di keluarga ini lagi. Kenapa tiba-tiba jadi memanggilku paman? Kau anak perempuanku seperti halnya Izumi."

Sakura jadi salah tingkah. Dia melirik ke arah Sasuke yang sibuk menyuapi salah satu keponakannya dengan kue tetapi sempat menunjukkan senyum mengejek ke arah Sakura sejenak.

"Maaf, ayah." Ujar Sakura mengoreksi ucapannya. Berkilah pun dia akan sulit.

Tawa kakak Sasuke meledak. Laki-laki itu biasanya tidak banyak bicara seperti halnya Sasuke. Namun sepertinya dia mendapat suatu tontonan bagus saat ini hingga tawanya bisa lepas dengan mudah.

"Jadi kapan kalian akan menikah lagi?" Istri Itachi, Izumi, bertanya dengan nada suara yang antusias.

Sakura kembali salah tingkah. Apalagi dia kini menjadi pusat perhatian seluruh orang di sana. Sepertinya jawaban yang keluar dari mulutnya telah ditunggu banyak orang. Sepertinya dialah orang yang punya andil besar untuk mengambil keputusan dalam hubungannya bersama Sasuke sementara pria itu hanya ikut saja dengan apapun keputusannya.

"Kami sedang berusaha mengenal satu sama lain lebih baik lagi." Jawab Sakura diplomatis. Tidak mungkin dia bisa dengan tepat menentuk hari, tanggal, bulan, dan tahun untuk jadwal pernikahan keduanya dengan Sasuke.

"Maksud Sakura, secepatnya kami akan menikah." Sasuke menambahkan tapi sama sekali tidak membantu. Sakura malah berharap kalau pria itu diam saja dan melanjutkan kegiatannya menjadi paman yang baik untuk para keponakan imutnya.

Sakura tersenyum tidak nyaman. Pulang nanti dia akan memukul kepala Sasuke supaya bisa seiya dan sekata dengannya. Mendadak memutuskan untuk ikut kemari membuat mereka jadi kurang briefing terkait apa yang harus dan tidak boleh dikatakan mengenai hubungan percintaan mereka ini.

The Last GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang