Bab 14 : Mantan

27 4 0
                                    

•••••

Majalengka, Maret 2022

Seperti biasa Kenaan dan bella sedang makan bersama disebuah Caffe. Mereka berdua disibukan oleh ponselnya masing-masing, kadang Kenaan menatap ke arah Bella sesekali.

"Bella. Ada yang mau aku omongin."

"Boleh, ada apa?" Timpal Bella dengan menatap Kenaan sejenak dan kembali menatap ponselnya.

"Aku mau ngomong tentang..." Kenaan menjeda ucapannya, melihat kearah Bella yang mengacuhkan dirinya.

"Bel, bisa berhenti dulu main HP nya. Dengerin aku dulu."

"Sok aja ngomong aku dengerin, aku lagi ketik ini dulu." Balas Bella dengan terus mengetikan jarinya di layar ponsel.

"Ya kan lebih enak kalau kita ngobrol saling tatap muka. Aku merasa diacuhkan oleh kamu." Balas Kenaan dengan perasaan geram.

Bella sedikit menggebrakkan ponselnya ke meja. "Ya sudah kalau kamu mau kita bicara tatap muka tunggu, aku lagi ada urusan."

"Urusan apa? Lagi chatting sama orang lain?"

"Kok kamu fitnah aku? Kok kamu langsung nilai aku gitu? Aku chatting-an bukan berarti aku selingkuh." Balas Bella dengan nada tidak terima.

"Siapa yang fitnah? Aku ga fitnah kamu selingkuh. Aku cuman tanya kamu chatting-an sama orang lain karena kamu ga chatting-an sama aku. Aku juga ga fitnah kamu Chatting-an sama cowok."

Penjelasan Kenaan membuat Bella bungkam. Yang langsung menilai orang itu siapa, bukan Kenaan tetapi dirinya. Dirinya yang salah mengartikan ucapan Kenaan. "Maaf, aku salah paham."

"Kamu langsung kebawa emosi sih, apa jangan-jangan kamu beneran chatting sama cowok?"

"Mana ada. Noh liat, aku lagi chatting sama si Dewi." Bella menyodorkan ponselnya menampilkan beberapa pesan yang dia kirim kepada temannya bernama Dewi.

"Aku cuman bercanda doang." Balas Kenaan. "Aku kan mau ngomong, deringin aku dulu dong."

"Ya sudah mau ngomong apa?" Tanya Bella dengan menatap wajah Kenaan.

"Aku... mau kuliah di Jogja."

"Jogja? Jauh amat. Kenapa ga kayak aku, disekitar sini aja."

"Aku disuruh Papah buat kuliah disana, dan aku harus turuti itu."

"Kamu ini, sekali-kali ga turuti ucapan Papah kamu. Disini aja sama aku, aku ga bisa jauh dari kamu." Ucap Bella, menggapai tangan Kenaan dan menggenggamnya erat.

"Ga bisa Bel. Papah itu udah biaya-in aku, kalau aku kuliah dengan kehendak sendiri, biaya darimana?"

"Kamu kan pinter."

"Kepintaran tidak menjamin aku bakal langsung masuk ke kampus itu."

Bella melepaskan genggamannya. "Ya sudah, kamu maunya gimana?"

"Kalau kita LDR gimana?"

"LDR? Aku ga bisa jauh dari kamu. Kamu tetap disini aja ya." Ucap Bella dengan memohon.

"Ga bisa, Bel. Selain keinginan Papah ku, aku juga ingin kuliah di Jogja. Mohon ngertiin aku ya? Kita bis kok jalanin ini, asalkan kita ga lost contact."

Bella menggelengkan kepala. "Kalau kamu kepicut sama cewe lain disana gimana?"

"Kalau emang hati aku masih ada kamu, aku ga bakal kepicut sama cewe lain."

Bella sedang dilanda kebingungan, ia terus berpikir keras mencari jalan keluar. "Ya sudah kita putus aja." Putus Bella.

"Apa? Putus? Kamu jangan bercanda, masa hubungan kita kandas gara-gara kamu ga mau LDR-an?"

Bertemu di Malioboro (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang