•••••
Renald sedari tadi mengigiti kukunya, pikirannya kacau dan perasaan cemas menyelimutinya. Ucapan Rena terus terngiang-ngiang dipikirannya.
"Kenapa aku ga bisa jauh dari kamu? Apa karena aku ngingetin kamu pada orang lain?"
"Aku suka rambut pendek, tapi kamu nyuruh aku rambut panjang. Oke, aku maklumi mungkin kamu memang suka rambut panjang. Tapi setiap kamu beliin apapun, kamu seperti tidak mengenal aku. Aku kira kamu memang lupa sama kesukaan aku. Setelah aku pikir-pikir kamu bukan lupa, tapi kamu liat aku seakan liat orang lain." Sambung Rena.
"AAAAAKHH" Renald berteriak, dengan melemparkan sebuah pajangan pada kaca yang berdiri diujung kamar.
"SEMUA HANCUR! HANCUR!" Renald terus berteriak. Apartemennya sangat kedap suara hingga tidak akan terdengar oleh tetangganya.
Renald kembali menonjokan tangannya pada meja kaca. Membuat meja itu pecah, tangan Renald terkena goresan kaca dan darah segar keluar dari tangannya.
Renald berjalan mendekat ke arah kasur dan mendudukan tubuhnya dilantai dengan tubuh ia sandarkan pada kasur. Tangannya terulur menuju atas nakas, ada sebuah figura dengan poto dua orang anak perempuan dan lelaki.
Lelaki dipoto itu tentunya adalah Renald, dengan seorang wanita, yang tengah Renald lirihkan namanya. "Rena..." Lirihnya dan mengelus wajah perempuan itu dengan jari jempolnya.
Tidak. Itu bukan Rena, Renata dwi Andini. Melainkan...
"Ini juga salah gue, seharusnya gue ga terpicut sama cewe yang mentang-mentang namanya sama dengan lo, dek." Ucap Renald, seakan sedang berbicara dengan wanita dipoto itu.
Flashback...
Jakarta, Februari 2012
Dua orang anak kecil sedang bermain kejar-kejaran ditaman belakang rumah. Dengan wajah ceria, dan penuh sorakan terdengar.
"Kak Renald, berhenti."
"Tangkap aku Rena"
Mereka berdua terus berlari. Hingga, anak kecil perempuan itu menghentikan langkahnya, dengan memegang dadanya. Ia mencoba menghirup oksigen banyak-banyak, namun terasa sesak.
Sang anak lelaki itu panik, dan mencoba menolong saudaranya. Kemudian, ia pun memanggil orang tua mereka. "MAMAH! PAPAH!"
Tak lama karena suara teriakan itu, Mamah mereka datang. Melihat anak perempuannya sedang merasa kesakitan, ibu mana yang tidak panik melihat itu.
"PAPAH! PAPAH! RENA PAH!" Teriak sang mamah, dan menghampiri anak perempuan itu.
Dari dalam seorang lelaki yaitu Papah mereka datang, "Mana Rena?"
"Ayo pah kita bawa ke rumah sakit." Ucap sang Mamah panik, dengan tangan yang sedang menggendong Rena.
Sang Papah pun pergi lagi untuk mencari kunci mobil. Sang Mamah yang hendak melangkah, langkahnya terhenti karena Renald mencekal baju sang Mamah.
"Mah Renald ingin ikut."
"Diam kamu disini! Dasar anak nakal. Kembaranmu jadi seperti ini itu gara-gara kamu!" Bentak Mamahnya, dan meninggalkan Renald.
Renald merasa bersalah, dia tahu kembarannya memang memiliki penyakit asma. Tapi Renald tidak mengharapkan itu terjadi.
Beberapa setelah kejadian tadi, Renald terus menunggu kembarannya pulang di teras rumah. Walau hujan disertai petir, Renald tidak takut itu.
Hingga sang pembantu memaksanya untuk masuk ke dalam, "Den, ayo masuk. Ini ada petir. Kita menunggunya di dalam ya?"
"Tapi Renald mau ketemu sama Rena" Ucapnya.
"Kita tunggu didalam ya? Nona Rena pasti akan pulang." Bujuk Pembantu itu. Akhirnya Renald pun menurut dan masuk ke dalam kamar.
Setelah menunggu sampai jam 10 malam, namun masih tidak ada kabar tentang pulangnya saudara kembarnya. Renald berencana untuk mengajak pembantunya untuk menghantarkan dirinya menemui Rena.
Tanpa Renald sadari, saat Renald terlelap di dalam tidurnya. Kedua orang tua sedang bersiap-siap untuk menghantarkan Rena ke luar negeri. Mereka berencana untuk memisahkan kedua saudara itu.
Hingga itu adalah kali terakhir Renald bertemu dengan saudara kembarnya. Sampai sekarang pun Renald belum bertemu kembali dengan kembarannya itu.
Drrrtt Drrtt!
Suara dering ponsel berbunyi. Renald mencari-cari keberadaan ponselnya, ternyata ponselnya berada diatas kasur. Walau jaraknya dekat Renald sangat malas bangkit darisana.
Terlihat nama pemanggil itu, saat membacanya Renald berdecak sebal. Tetapi mau tidak mau, ia harus menjawabnya.
"Hallo mah"
"Renald besok perayaan ulang tahun pernikahan mamah dan papah. Kamu pulang lah, semua keluarga besar dan saudara-saudara kita akan datang. Mamah harap kamu datang, malam ini juga"
"Renald usahakan." Balas Renald.
"Jangan hanya usahakan, kamu harus--"
Tut
Renald mematikan panggilan mereka secara sepihak. Tidak peduli disana Mamahnya sedang mengumpatinya, Renald terlalu malas untuk berbincang dengan keluarganya.
"Sok sok an rayain ulang tahun pernikahan, ga inget umur sebentar lagi juga bakal mati" Ucap Renald. Dan pergi menuju lemari baju untuk membereskan bajunya.
Seperti yang diperintahkan oleh Mamahnya, dia harus datang ke Jakarta, ke rumah milik keluarganya malam ini. Karena acaranya akan dilaksanaka besok.
Saat dia memasukan baju pada koper, seakan teringat sesuatu. "Apa ini waktunya gue minta kejelasan tentang Rena? Kemana mereka bawa pergi Rena kembaran gue."
•••••
Bersambung....
Hallo semua,,
Terimakasih telah membaca ceritaku
Dan menyukai ceritaku ♡
Jika ada kesalahan mohon koreksi
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu di Malioboro (END)
Novela JuvenilRenata dwi Andini, seorang gadis yang merantau karena diterima diperguruan tinggi negeri di Yogyakarta dan membuat dirinya menetap didaerah sana. Tetapi ada hal yang sangat tidak dia duga, yaitu dia bertemu kembali dengan lelaki pujaannya. Lelaki y...