XXIV

68 6 0
                                    

Seperti biasa, Gita selalu menjadi orang yang paling antusias jika berhubungan dengan acara. Sejak sore tadi, wanita beranak satu itu sudah sibuk mondar-mandir di rumahnya untuk menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk acara tahun baruan malam ini.

Termasuk segala jenis makanan yang sudah mengisi meja makan rumah mereka. Mulai dari sosis, udang, ayam yang sudah berbentuk sate, beef belly, jagung serta sayur-sayuran lainnya, hingga es buah yang sangat menggugah selera.

Sedang Daniel, suaminya, sibuk mengurus venue. Menyulap halaman belakang mereka senyaman mungkin untuk dijadikan barbeque party. Susunan dan tata letaknya dibuat mirip seperti acara ulang tahun Kanaya. Hanya saja lebih sederhana karena jumlah tamu yang memang lebih sedikit.

Mereka hanya mengundang tetangga yang tinggal di depan dan sebelah kanan rumah. Tetangga mereka yang lain sedang berlibur keluar kota. Ditambah dengan Vidya dan Kean yang menjadi tamu spesial tahun ini. Awalnya dia ingin mengundang teman-temannya yang lain, tapi mereka semua sudah punya janji lebih dulu.

Namun waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi batang hidung Kean belum juga muncul. Padahal dia janji akan datang di jam delapan malam.

Kanaya melirik dua orang di depannya yang sedang asik memakan es buah sambil menonton tiktok di satu hapenyang sama. Vidya dan Rio yang menjadi plus one-nya malam ini. Mereka kedapatan tempat di gazebo. Para orang tua menempati ruang makan di dalam rumah.

"Kesel banget gue." Keluh Kanaya sambil meratapi lima bubble chatnya yang tidak kunjung mendapatkan balasan sejak satu jam yang lalu.

"Belum dibales?" Vidya menyenggol lengan Rio, memberi kode pada gebetannya itu untuk berhenti bermain ponsel dan fokus kepada gadis di depan mereka.

"Belum."

"Coba telepon aja, Nay." Saran Rio.

"Udah gue telepon kak, tiga kali malahan." Kanaya mencabik kesal, "dia akhir-akhir ini emang suka ngilang gini deh."

"Ya orang sibuk jangan lo samain sama mahasiswa gabut kayak lo"

Kanaya mendelik tak terima. "Kak coba lo deh yang chat, tanyain. Siapa tau kalau sama temennya dibalas."

"Sama lo aja nggak dibalas, apalagi sama temennya Nay." Balas Rio namun tetap melakukan apa yang diminta Kanaya.

"Tau ah! Liat aja ntar kalau datang, gue kasih enoki doang sebiji."

"Alah! Kayak tega aja lo. Paling kalau udah datang langsung kecintaan lagi." Cibir Vidya. Pasalnya ini bukan pertama kali. Sebelumnya dia juga sudah mendengar keluhan yang sama.

Tepatnya tiga hari lalu. Kanaya tiba-tiba melakukan video call dengan wajah kusut dan uring-uringan. Penyebabnya karena Kean menghilang sejak pagi hingga maghrib. Sama sekali tidak memberinya kabar.

Tetapi yang terjadi dua jam kemudian adalah, wajah Kean terpampang di story instagram Kanaya, ditambah dengan musik romantis. Entah apa yang terjadi di malam itu. Vidya hanya tahu cerita Kean yang tiba-tiba muncul di depan rumah kekasihnya sambil membawakan banyak cemilan.

Tidak terasa, dua jam telah berlalu. Mereka sudah mulai memasak. Lagi, mereka terbagi atas dua tim. Tim anak muda bertugas dengan bakar-bakaran, sedang tiga pasang orang tua terlihat lebih santai dengan mengurus tom yum serta segala isiannya.

"Kean kemana, Nay?" Tanya Gita kepada anaknya yang sibuk mengolesi jagung dengan margarin yang sudah dibumbui.

Kedua bahu Kanaya terangkat. Sepertinya dia sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kesalnya. Biar saja. Biar orang-orang disini tau kalau pacarnya itu memang resek. "Nggak tahu. Dicuri megalodon kali."

"Hush! Kejebak macet kali. Katanya semua jalan raya macet parah dari jam sembilan tadi. Harusnya kamu suruh pake motor aja anaknya." Kanaya memilih tidak menjawab. Gita juga tidak terlalu peduli dan kembali sibuk dengan obrolannya.

Fokusnya berada pada jagung-jagung gendut yang sudah mulai berubah warna di atas panggangan. Aromanya sudah mulai menggelitik indera penciuman gadis itu. Dia jadi lapar.

Dirasa sudah cukup matang, tangannya bergerak mengambil salah satu jagung disana tanpa pikir panjang. "Aw panas!"

Adegan selanjutnya sama sekali tidak diduga oleh Kanaya. Tangannya diraih oleh dan jarinya yang terkena panas dikecup ringan oleh seseorang yang tiba-tiba muncul disana. Mata Kanaya bergerak memindai sang pelaku.

Laki-laki dengan topi hitam, kemeja putih panjang yang lengannya digulung hingga ke siku, celana pendek berwarna creme. Kalau dalam kondisi normal, Kanaya tidak akan segan memeluk orang itu sambil memuji ketampanannya malam ini. Tapi situasi sekarang agak berbeda.

"Hati-hati." Kanaya mendengkus berpura-pura tidak peduli dan memilih melanjutkan aktivitas sebelumnya.

Paham betul apa yang terjadi, Kean memilih untuk pergi menyalami Gita dan Daniel lebih dulu sebelum kembali kepada kekasihnya yang memancarkan aura permusuhan yang sangat kenal. Mungkin kobaran api kekesalan dalam dirinya sanggup mematangkan satu slice beef belly.

"Dari tadi?" Tanya Kean basa-basi kepada Rio dan Vidya.

"Yoi, Man." Jawab Rio seadanya.

"Iya. Udah kenyang ngeliat muka bete cewek lo dari jam setengah sembilan tadi, Kak." Imbuh Vidya bermaksud mencairkan suasana.

Kean terkekeh, "sori-sori. Tadi ada problem yang nggak bisa ditinggal. Jadi harus gue beresin dulu."

"Kita mah santai aja. Tuan puteri noh." Kata Rio sambil menunjuk Kanaya yang sejak tadi tidak berniat untuk ikut berbasa-basi.

Kean berjalan mendekat ke Kanaya dan menumpukan dagunya di bahu cewek itu. Tidak lupa tangan kanannya yang melingkar di pinggang sang kekasih.

"Maaf sayang.." Tidak ada respon. "Tadi ada masalah di rumah. Jadinya ketahan dulu. Habis itu mampir ke CP bentar buat ngasih anak-anak amunisi tahun baru. Jalanan juga macet parah."

Kanaya masih tetap dengan pendiriannya untuk bungkam. Dalam hati mencoba mengerti. Tapi baginya tak masuk akal kalau Kean sama sekali tidak melihat seluruh chat dan panggilannya. Di zaman ini, pusat kehidupan anak muda ada di benda kecil itu.

"Aku nggak megang handphone dari tadi. Kesini pun nggak bawa karena ketinggalan di rumah." Ujar Kean seakan bisa menyelami pikiran sang Kekasih.

"Bohong banget!" Kata Kanaya sinis.

"Coba aja cek kantong aku. Mana ada aku bawa."
"Di mobil."
"Aku pake motor sayang."
"Oh."
"Dimaafin nggak?"

"Nggak!" Jawab Kanaya membuat Kean tertawa dan menciumi puncak kepalanya gemas.

"Love you!"

Tahu bahwa sang kekasih sudah mulai melunak, Kean melepaskan pelukannya dan berpindah posisi di sebelah Kanaya. Ikut mencari kesibukan dangan mengoleskan bumbu ke udang dan sosis.

...
Kamis, 7 Maret 2024

Kanaya's Own StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang