Enam

85 7 0
                                    

Multimedia: Salah satu kafe yang aku jadikan inspirasi CP. Tapi maapin ya, fotonya rada gajelas🙂🙏🏻

Di siang hari seperti ini, suasana Coffee Palace tentunya jauh lebih sepi. Hanya beberapa meja yang terisi pengunjung.

Biasanya pengunjung yang datang di siang hari seperti ini datang seorang diri, mencari ketenangan untuk bekerja atau mengerjakan tugas. Atau sekadar me time, membuang suntuk seperti yang biasa Kanaya lakukan.

Kanaya dan Vidya baru saja selesai memesan. Maggie ramen, air mineral, dan kopi cheesecake untuk Kanaya. Kopi cheesecake menjadi menu favorit gadis itu disini. Sedangkan Vidya memilih nasi ayam geprek salted egg serta strawberry fragaria sebagai menu makan siangnya.

"Duduk dimana?" Tanya Vidya begitu mereka selesai melakukan pembayaran.

Keduanya saling tatap. "Di bawah aja kali ya kan bentar doang."

Vidya mengangguk setuju lalu menunjuk sebuah meja yang letaknya tak jauh dari pintu masuk. "Disana aja."

Lantas mereka berjalan, menempati posisi di sofa abu yang sudah mereka pilih. Duduk berhadapan di batasi oleh meja yang masih kosong. Bosan, Kanaya mengambil ponselnya dan bermain salah satu game di sana.

Orang lain mungkin akan menganggap Kanaya dan Vidya sebagai dua manusia nggak asik karena keduanya sibuk bermain ponsel saat bersama. Tapi mereka terlalu sering bertemu sampai kehabisan bahan pembicaraan.

Apalagi keduanya merupakan tipe orang yang malas berbasa-basi jika tidak penting-penting amat.

Lima menit kemudian, pesanan datang. Hanya minuman karena pelayan mengatakan mereka harus menunggu lagi untuk makanan. Kini kedua ponsel sudah tersimpan di atas meja.

Kanaya mulai menyeruput kopinya. "Lama banget deh gue nggak kesini."

"Sama.Gue terakhir kesini sama lo, dua bulan lalu deh kayaknya."

"Gue kayaknya sempet mampir lagi deh beberapa hari setelah kita kesini."

Sedang tangannya mengaduk-ngaduk minumannya dengan sedotan, mata bulat Vidya mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Seakan mencari sesuatu. Atau seseorang.

"Kenapa kita nggak pernah ketemu Kak Kean ya? Padahal kan lumayan sering kesini nggak sih hitungannya." Kata Vidya yang kini menatap sahabatnya.

Kanaya mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. "Mungkin pernah tapi nggak ngeh karena belum kenal. Lagian kan kerjanya sistem shift. Kita juga nggak tiap hari kesini."

"Iya kali ya."

Percakapan terhenti karena makanan pesanan mereka datang. Bersamaan dengan seseorang yang baru saja membuka pintu masuk. Seseorang yang baru saja menjadi bahan pembicaraan.

Panjang umur.

Sepertinya Kean menyadari kehadiran mereka. Walaupun memakai masker, jelas sekali terlihat ekspresi terkejut yang langsung digantikan dengan senyuman di wajah laki-laki itu.

Kean tampak sangat santai dengan kaos hitam, celana kain pendek bewarna army, serta sandal slip on yang senada dengan warna bajunya. Sepertinya siang ini dia datang sebagai pengunjung, bukan pekerja.

"Mas Gio?" Sapaan ini tentu saja tidak datang dari pengunjung di meja 4 yang kini malah terdiam memerhatikan sosok yang menjulang di samping meja mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Gio?" Sapaan ini tentu saja tidak datang dari pengunjung di meja 4 yang kini malah terdiam memerhatikan sosok yang menjulang di samping meja mereka. Melainkan pekerja kafe yang sedang melayani.

"La, gue mau Sherly Tample ya. Tambahin mix platter sama churros." Kean mengeluarkan dompet hitam dari kantongnya lalu memberikan dua lembar uang pecahan seratus kepada orang yang dia panggil 'La'.

Setelah mengiyakan, Sheila pamit ke belakang. Meninggalkan Kean yang masih setia berdiri. "Ganggu nggak kalau gue join?"

Lantas Vidya menggeleng cepat. Sedangkan Kanaya secara tidak sadar bergeser, menyediakan tempat untuk Kean di sebelahnya.

"Thank you." Ucap Kean yang sudah menempati posisi kosong di sebelah Kanaya. "Udah lama?"

"Baru aja. Makanannya juga baru dateng." Jawab Kanaya menunjuk makanan di meja dengan dagunya.

Kean mengangguk. "Ya udah, dimakan. Keburu dingin."

"Duluan kak." Kata Vidya sopan. Diikuti oleh Kanaya yang tersenyum sopan sebelum memakan ramennya.

Entah kenapa dia tiba-tiba ngidam ramen di siang bolong. Padahal saat di rumah sakit tadi, pikirannya sudah melayang ke rice bowl beef belly yang juga menjadi favoritnya selain kopi cheesecake.

"Darimana kak?" Tanya Kanaya setelah berhasil menelan suapan ketiganya.

"Rumah." Kean menoleh ke sebelah kirinya. "Habis gereja, Nay?"

Kanaya berdeham. Tenggorokannya terasa kering karena merasakan tatapan dari sebelahnya. "Nggak dari gereja banget sih. Tadi sempet ke rumah sakit jengukin Mamanya Vidya."

"Semalam dirawat inap?" Kali ini Vidya yang merespon, mengiyakan. "Semoga lekas pulih ya."

"Thank you, Kak."

"Habis ini kesana lagi?" Tanya Kean.

"Mau balik rumah dulu, sambil nyiapin perlengkapan tempur begadang nanti." Jawab Vidya.

Percakapan santai ketiganya masih berlanjut ketika Vidya dan Kanaya selesai dengan makanannya. Pesanan Kean juga sudah datang sekitar dua menit yang lalu.

Kanaya kembali salah tingkah ketika Kean tiba-tiba mengambil alih air mineral yang tidak berhasil dibukanya. Shit! Tidak mungkin dia baper hanya karna tindakan kecil ini.

Di depannya, terlihat jelas Vidya sedang melempar tatapan menggodanya.

"Makan Nay, Vi." Kata Kean sembari mendorong cemilan-cemilan pesanannya ke tengah.

"Iya Kak."

"Ini dipesen sengaja buat kalian, nggak bakal habis kalau sendiri." Sambung Kean.

"Kalau sama Naya habis sih Kak sendiri." Canda Vidya membuat Kanaya melotot.

"Ya udah, habisin Nay. Kalau kurang pesen lagi." Kean ikut bercanda.

"Perut gue nggak segentong itu sih." Decak Kanaya. Tak urung tangannya mencomot salah satu churros dan mencelupkannya di cokelat cair yang sudah disediakan. "Tapi ya, masih sanggup lah setengahnya."

Tingkah Kanaya membuat dua orang yang sedang bersamanya tertawa. "Prinsip Naya mah, selalu ada tempat untuk dessert. Iya nggak, Nay?"

Kanaya menaikkan kedua jempolnya. "Seratus untuk Vidya."

"Sebentar ya?" Kean pamit. Hanya sebentar karena satu menit kemudian dia sudah kembali. Dengan sekotak tisu yang saat ini sudah berpindah di atas meja. "Untuk lap dagu, Nay. Kena cokelat tuh."

Setelahnya Kanaya terdiam, merespon apa yang sedang terjadi. Berdeham pelan, dia mengambil selembar tisu lalu mengelap dagunya. Jangan harapkan apapun. Tidak ada adegan Kean mengelap dagunya seperti yang sering dia baca di cerita novel dulu.

Tapi sepertinya, malah Kanaya yang sedikit berharap. Shit!

...
Jumat, 15 Juli 2022
Nana

Kanaya's Own StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang