XXX

43 4 0
                                    

Di salah satu meja warung makan seafood terlihat seorang gadis sedang melamun. Sejak tadi sibuk memandangin pantai yang ada di seberang warung.

Setelah mengendarai mobilnya tanpa arah selama tiga jam, akhirnya gadis itu terdampar di tempat ini. Pantai yang berada di sudut kota. Tidak seindah pantai di Bali maupun Lombok, tapi semilir angin dan suara deburan ombak cukup membuat kekacauan di hatinya sedikit lebih tenang.

Sudah satu minggu dia seperti ini. Setiap hari mencari kesibukan diluar rumah. Karena berada di kamar hanya akan menguras air mata yang herannya tidak pernah habis.

Biasanya dia tidak seorang diri seperti ini. Ada Vidya dan teman-teman lainnya yang menjadi penculikannya. Sayangnya hari ini mereka semua sedang sibuk. Mungkin karena weekend.

Kanaya mendesah kasar. Dia menatap pesanannya yang cukup banyak untuk porsi satu orang. Ada udang saos tiram, kapah rebus, nasi, gorengan, dan es kelapa.

Selama ini nafsu makannya berkurang, Kanaya pikir dengan ditemani deburan ombak serta pemandangan pantai yang sangat dia sukai nafsu makannya bisa kembali. Sayangnya sampai saat ini baru es kelapa dan sepotong ubi goreng yang berhasil masuk ke perutnya.

Kanaya meringis. Tidak menyangka efek cowok itu cukup besar dalam hidupnya. Dia pernah menjalani life after break up sebelumnya. Memang cukup menyedihkan. Tapi tidak separah ini.

Gadis itu memanggil pelayan warung yang lewat di dekatnya, meminta untuk membungkus semua makanannya. Papanya tadi sudah menelepon menyuruhnya untuk segera pulang.

Kanaya membawa mobilnya dengan kecepatan rendah, berusaha mengikis seluruh waktu yang ada. Ditemani dengan musik yang kencang. Sebusa mungkin dia menjauhi lagu-lagu galau yang membuat suasananya semakin mengenaskan.

Hingga hampir satu jam kemudian Kanaya tiba di rumahnya. Disambut oleh Mamanya yang memberikan tatapan khawatir dengan terang-terangan. Gita pernah muda, dia pernah merasakan rasanya putus cinta sebelum bertemu suaminya. Keadaannya kurang lebih seperti anak semata wayangnya saat ini.

"Darimana sayang?" Tanya Gita sambil memamerkan senyum tulus.

"Jalan-jalan." Kanaya menyodorkan plastik berisi makanan di tangannya yang langsung diterima oleh Sang Ibu. 

"Apa ini?"
"Udang, kapah, sama gorengan. Tadi Naya beli kebanyakan."

"Hm.." Gita mengendus bau bungkusan di tangannya. "Enak kayaknya. Pas banget ini Mama sama Papa mau keluar cari makan."

"Iya."
"Eh Mama sampe lupa. Di kamar kamu ada Vidya nungguin."

Kedua alis Kanaya terangkat. Kenapa temannya itu tidak memberi kabar kalau datang. "Dari tadi?"

"Nggak juga."

"Ya sudah Kanaya ke kamar dulu." Pamitnya sebelum berjalan meninggalkan Gita.

..

Suara cempreng Vidya menyapa indera pendengaran Kanaya begitu pintu kamarnya dibuka. Gadis pecinta hijau army itu sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Sama sekali tidak merasa canggung karena masuk tanpa sepengetahuan sang pemilik.

"Lo kok nggak bilang mau datang?" Tanya Kanaya sambil ikut merebahkan dirinya di sebelah Vidya. Menyetir berjam-jam sepertinya cukup membuat badannya pegal-pegal.

"Surprise." Jawab Vidya acuh tak acuh. Badannya bergeser memberikan ruang untuk sang pemilik kasur. "Lo darimana?"

"Cari angin." Kata Kanaya asal.

"Yaelah cari angin!" Dagu Vidya mengarah ke kipas kecil yang ada di atas meja Kanaya. Walaupun sudah memakai AC, Kanaya tetap memiliki kipas. Ini karena dia begitu menyukai dingin. "Noh lu nyalain kipas juga banyak angin. Ngapain dicari?"

Tidak ada jawaban. Vidya menoleh ke sebelah dan mendapati sahabatnya sibuk menonton video tiktok tanpa selera. "Lo nggak mau buat tiktok life after break up, Nay?"

Lagi, Kanaya tidak menjawab dan hanya mendengkus kasar. "Putus cinta nggak bikin lo jadi bisu kan?"

Kali ini berhasil, Kanaya langsung mendelik. "Mulut lo!"

"Ya lagian lo diajak ngomong diem doang. Nggak asik."

Kanaya menghela napas panjang. "Gue bingung, Vid."

"Bingung kenapa?"

"Gue nggak tahu salah gue apa. Kayaknya hubungan kami baik-baik aja. Kok dia tega ya?" Sekarang giliran Vidya yang terdiam. "Gue sejelek itu ya Vid? Atau nggak asik? Gue banyak kurangnya ya jadi cewek?"

"Apasih? Nggak ada. Semua orang juga setuju lo cantik Nay." Sangkal Vidya. "Kalau lo nggak asik, temen lo nggak sebanyak temen-temen lo sekarang."

"Terus kenapa gue selalu diselingkuhin? Capek gue mikir gue salah apa."

Vidya menghela napas panjang. Matanya menghadap ke atap. Tidak berani memalingkan wajah karena dia tahu sahabatnya itu tidak suka dilihat saat menangis. "Lo nggak salah apa-apa, Nay. Orang selingkuh karena emang dia berengsek aja. Bukan salah pasangannya. Walaupun lo punya salah, tindakan selingkuh tetap nggak dibenarkan.

"Lagipula selingkuh nggak mandang fisik Nay. Jennifer Aniston yang secantik itu aja diselingkuhin. Emang pasangannya aja nggak tau bersyukur. Malah nih ya, cowo kalau selingkuh kebanyakan downgrade. Heran juga gue."

"Tapi cewe yang sama dia kemarin cantik, Vid."

Hening sejenak. Vidya memberanikan diri menoleh ke samping. Menatap sahabatnya dengan hati-hati. "Emangnya lo yakin banget itu selingkuhannya? Udah tanya ke Kak Kean belum?"

"Mana ada maling ngaku."

Vidya menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Tapi Nay, lo beneran nggak mau ngasih kesempatan dia buat ngejelasin? Kemarin dia ngechat lagi buat minta tolong."

Setelah seluruh aksesnya diblokir oleh Kanaya, Kean memang sempat menghubungi Vidya untuk meminta tolong. "Lo belum block? Kan gue bilang blokir aja, Vid."

"Udah! Gue udah blokir instagramnya. Tapi dia kemarin hubunginnya lewat WA. Kayaknya dapat nomor gue dari Mario deh. Mereka kan temenan." Kanaya diam. "Tapi effortnya lumayan loh, Nay. Dia sampe datengin lo ke kampus sama ke rumah kan kemarin? Tapi lo yang selalu kabur."

Kanaya mendelik. "Kok lo jadi muji dia?"

"Nggak gitu maksud gue." Vidya berdecak. Sekeras apapun dia berusaha, lebih keras lagi hati Kanaya untuk tetap menolak semua usahanya. "Dahlah! Mending kita netflix and chill."

..

Hari sudah malam ketika Vidya pamit pulang. Bersamaan dengan Gita dan Daniel yang pergi keluar untuk mencari makan malam. Tentu saja Kanaya juga diajak, tapi gadis itu langsung menolak. Dengan alasan lelah sehabis berjalan-jalan tadi.

Padahal semua orang juga tahu kalau permasalahannya tidak tentang fisik, tapi pikiran dan hatinya yang sedang kacau. Kanaya beruntung, kedua orang tuanya sangat pengertian.

Namun pilihan Kanaya untuk tetap tinggal sendiri di rumah menjadi sebuah penyesalan. Tak lama setelah Mama-Papanya pergi, sebuah mobil masuk ke pekarangan rumahnya. Mobil yang sangat dia kenali.

Mobil yang sering mengantar-jemputnya ke kampus, mobil yang dia pakai menyusuri setiap sudut kota, mobil yang menyimpan banyak kenangan selama beberapa bulan belakangan ini.

Disusul oleh sang pemilik mobil yang tampak berjalan ke arah gadis yang tampak menyesali keputusannya untuk duduk di teras malam ini. Harusnya dia tidur saja tadi.

Sebagian dirinya menyuruh untuk segera lari dan kabur ke dalam rumah, namun tubuhnya malah mematung. Mengikuti pergerakan cowok yang semakin mendekat ke tempatnya berada sekarang.

"Hai?" Sapaan itu terdengar, menyapu indera pendengaran Kanaya. Sapaan yang mampu menekan seluruh rasa rindu sekaligus sakit di dalam dirinya.

...
Kamis, 6 Juni 2024
Dari aku yang menunggu ACC dosen

Kanaya's Own StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang