Dua

145 10 0
                                    

Sudah sejak beberapa jam lalu, ponsel dengan silikon toy story itu berbunyi. Menampilkan banyak notifikasi pesan atau sebutan cerita yang berisi ucapan selamat ulang tahun kepada pemilik ponsel.

Salah satu hari yang paling ditunggu Kanaya adalah tanggal 15 Agustus. Hari ulang tahunnya. Bukan tentang pesta meriah seperti yang diinginkan Ibunya, gadis itu hanya merasa senang karena ponselnya selalu ramai.

Tidak peduli yang mengucapkan itu tulus dari dalam hati, sekadar ikut-ikutan, atau hanya peres belaka. Kanaya hanya senang.

Saat sedang me-repost salah satu story temannya, ponsel Kanaya berdering. Vidya, teman kampusnya. Lebih spesifik lagi, partner setia, sekaligus ketua divisinya dalam organisasi himpunan kampus.

Saat menjadi mahasiswa baru, Kanaya memang mendaftar sebagai anggota himpunan jurusannya, Himaksi, Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Alasannya semata-mata hanya ingin mencari teman dan pengalaman.

Kanaya memang tidak nyaman menjadi pusat perhatian seperti Gita, tapi bukan berarti menarik diri dari lingkungannya. Dia cukup senang jika berteman dan bertemu orang baru. Tentu saja itu adalah dua hal yang berbeda.

"Halo Nay, gue di depan." Suara Vidya langsung terdengar begitu telepon tersambung.

"Masuk aja, gue di kamar. Nggak dikunci kok."

Telepon terputus dan tak lama kemudian Vidya benar-benar menunjukkan dirinya yang berbalut sweater army, warna favoritnya, di kamar bernuansa krem dan coklat itu.

Alis Kanaya menyatu, matanya bergerak melihat dinding yang tergantung di dinding kamarnya. Ini baru jam lima lewat empat puluh. Bukannya mereka sepakat acara diadakan selepas maghrib?

"Kok cepet banget lo datengnya?" Kanaya menyuarakan kebingungannya.

Kedua bahu Vidya terangkat acuh tak acuh. Kaki pendeknya melangkah mendekati Kanaya, lebih tepatnya sofa. "Gue kan orangnya tepat waktu."

"Ini bukan tepat waktu namanya."

Vidya tidak menjawab dan malah menyodorkan sesuatu yang langsung diterima Kanaya dengan senang hati. Paperbag pink yang sedikit lecek karena dimasukkan ke dalam totebag kecilnya sejak tadi siang. "Widih! So sweet juga lo. Makasih ya.."

"Met ultah ya! Semoga cepet dapat ayang." Doa yang Kanaya aminkan sekencang-kencangnya.

Dua tahun menunggu membuat Kanaya rindu memiliki pacar. Walaupun dia sendiri tidak yakin, apakah hubungan terakhirnya bisa disebut sebagai pacaran. Hanya satu bulanan. Itu juga Kanaya dijadikan bahan pelampiasan sebelum cowok itu kembali ke mantan sebelumnya. Sial memang.

Kadang Kanaya merasa kesepian. Apalagi saat malam hari, saat dia menonton video tiktok yang mengumbar keromantisan orang-orang pacaran.

Kanaya pikir setelah lepas dari lingkaran wattpad dan novel-novel teenlit, bisa membuatnya bebas dari rasa iri dan halu yang kerap kali muncul dalam hatinya. Dia kan juga pengin.

Punya pacar ganteng, romantis, atau bahkan badboy seperti karakter utama cerita yang sering dia jumpai di novel. It's her dream! Sayangnya sudah sedikit lebih waras dibanding dirinya beberapa tahun lalu.

Saat awal masuk SMA, Kanaya punya ekspetasi besar. Kiranya dia akan bertemu dengan ketua osis ganteng dan saling jatuh cinta. Entah Kanaya yang tidak beruntung atau memang kenyataan selalu sepahit itu, tapi ketua osis Kanaya selalu perempuan.

Selama tiga tahun belajar juga tidak ada senior ganteng yang mendekatinya, selain manusia gamon berengsek yang tidak perlu disebutkan namanya itu.

Kanaya's Own StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang