3 - Pertemuan Kedua

1.8K 224 14
                                    

"Kalo adek nyari kerja sendiri bingung, nanti cv adek isinya apa? Masa di pengalaman kerja adek isi 'pengalaman saya selama ini ngabisin uang abang' kan ga mungkin" Jawab Nabila yang banyak alasan

"Halah, nanti abang cariin perusahaan yang cocok buat kamu. Mending sekarang kamu abisin makanannya terus tidur" Ucap Rony

"Ay yay captain, laksanakan" Jawab Nabila dengan memberikan hormat kepada sang kakak

Setelah itu hanya ada percakapan-percakapan ringan, lalu ketika sudah selesai makan, mereka memutuskan masuk ke dalam kamar masing-masing untuk mengistirahatkan diri.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi hari datang dengan lembutnya, menyapu kegelapan malam dengan sorotan pertama mentari yang timbul. Cahaya oranye keemasan menerobos celah-celah jendela, menandakan awal dari perjalanan. Udara sejuk dan segar, seperti nafas baru yang mengisi nafas setiap makhluk hidup.

Gadis itu terbangun dengan lambat dari tidurnya yang nyenyak, gerakan tubuhnya masih terasa malas dan pelan. Matanya terbuka perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang masuk memasuki kamar melalui celah-celah tirai yang sedikit terbuka.

Rambutnya yang panjang berantakan, terurai di atas bantal, menambah kesan kepolosan pada wajahnya yang masih terlelap. Senyum tipis muncul di bibirnya ketika ia merasakan hangatnya sinar matahari yang menyapa wajahnya, memberikan sentuhan lembut kehangatan di pagi yang sejuk. Dengan langkah yang belum sepenuhnya sadar, gadis itu meraih piyama yang tergeletak di atas kursi di dekat tempat tidur, dan melangkah menuju pintu kamar mandi. Suara air yang mengalir memecah keheningan pagi saat ia mandi, dan ketika dia kembali ke kamar, wajahnya yang segar dan berseri-seri menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk menghadapi hari yang baru.

Setelah mandi, ia melakukan ibadah sholat. Pada setiap sujudnya, keningnya lembut menyentuh permukaan sajadah, menandakan penghormatan dan penyerahan diri yang sepenuhnya kepada Tuhan. Gadis itu duduk dengan anggun di atas sajadahnya, tubuhnya tenggelam dalam meditasi yang dalam. Tangan yang terangkat ke atas, tersentuh dengan lembut oleh cahaya pagi yang menyelinap masuk melalui jendela kamar, menciptakan bayangan yang indah di permukaan sajadah. Dalam keheningan kamar, hanya suara perlahan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang terdengar, diiringi dengan gerakan lembut anggota tubuhnya yang bergerak mengikuti irama doa. Dia menyampaikan segala keluh kesah dan harapannya kepada Sang Pencipta dengan hati yang tulus, memohon petunjuk, perlindungan, dan keberkahan di setiap langkah hidupnya.

Di tengah kesibukan dunia yang riuh, gadis itu menemukan kedamaian dan ketenangan dalam ibadahnya. Dia merasa dekat dengan Tuhan, merasakan kehadiran-Nya yang menyelimuti setiap detik hidupnya. Dan di dalam sholatnya, gadis itu menemukan kekuatan untuk menghadapi segala cobaan dari ujian yang mungkin menghadang di masa depan. Setelah melaksanakan ibadahnya, ia memilih untuk memakai hijabnya dan melangkahkan kakinya keluar.

Dengan senyum yang cerah, Nabila melangkah keluar dari kamarnya. Langkahnya yang ringan seolah-olah menari di atas ritme kehidupan yang baru dimulai. Ia melintasi lorong-lorong rumah dan menuruni tangga dengan penuh semangat, menuju ruang makan di mana sang kakak sudah menunggu dirinya.

"Selamat pagi, Abang!" Ucap Nabila sembari tersenyum menyapa kakaknya

"Widih, tumben adik abang ini udah bangun. Semangat banget lagi keliatannya" Jawab Rony itu sambil tersenyum balik

"Iya dong. Kita itu kan harus menyambut hari ini dengan semangat" Ucap Nabila yang menarik kursinya untuk duduk

Mereka berdua duduk di sekitar meja makan yang telah disiapkan oleh Bi Inah. Bau harum kopi yang baru diseduh dan aroma lezat dari roti panggang mengisi ruangan, menambah suasana yang hangat dan nyaman. Mereka saling berbagi cerita tentang apa yang akan mereka lakukan hari ini sambil menikmati makanan pagi yang lezat. Tawa riang terdengar di antara percakapan mereka, mengisi ruangan dengan kebahagiaan yang penuh makna. Nabila merasa bersyukur atas kehadiran sang kakak dalam hidupnya. Mereka bukan hanya saudara kandung, tetapi juga teman dan pendamping dalam setiap langkah perjalanan hidup. Dan di pagi itu, di dalam kesederhanaan sarapan bersama, mereka menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya yaitu cinta dan juga kebersamaan.

A Queen and A Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang