"Kok bisa cowo gila itu dapet makeup palette nya? Mana semua shade lagi?" Tanya Nabila tidak percaya
"Terus maksudnya dapetin gue apa? Dia suka gue? Yang bener aja?" Tanya Nabila kembali pada dirinya
—------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pukul 20.00 tiba. Paul benar-benar menepati ucapannya.
Pria itu berdiri di depan rumah Nabila, menekan bel dengan hati-hati. Udara seolah-olah berdebar-debar dengan antisipasi, dan detik-detik terasa panjang baginya saat menunggu pintu dibuka.
"Siapa yang bertamu malem-malem gini?" Tanya Rony dalam hati ketika mendengar bunyi bel dari arah luar
"Bi Inah, tolong lihat siapa yang dateng" Perintah Rony kepada Bi Inah
"Baik, Den" Jawab Bi Inah yang langsung berjalan menuju pintu utama
Tiba-tiba, pintu terbuka dengan lembut, dan seorang pembantu yang ramah muncul di ambang pintu. Wajahnya berseri-seri, menyambut Paul dengan ramah. "Selamat datang, dengan siapa?" Tanya Bi Inah
"Halo, Bu. Perkenalkan saya Paul teman dari Rony dan juga Nabila" Jawab Paul
"Panggil Bi Inah aja atuh, Den. Bibi teh pembantu di rumah ini" Ucap Bi Inah dengan aksen Sunda nya
"Iya, Bi. Rony dan Nabila nya ada?" Tanya Paul kepada Bi Inah
"Ada, Den. Ada" Jawab Bi Inah.
Tiba-tiba datang Rony yang menghampiri pintu utama
"Loh? Paul? Ada apa kesini?" Tanya Rony dengan to the point
"Gue mau ketemu Nabila. Nabila nya ada?" Tanya Paul
"Nabila?" Tanya Rony kembali. Pasalnya ia bingung. Untuk apa temannya ini bertemu dengan adiknya.
"Den, mending ngobrolnya di ruang tamu. Biar bibi bikinin minum" Ucap Bi Inah
"Eh iya, masuk-masuk" Ucap Rony kepada Paul
Paul memasuki rumah dengan hati-hati, menyadari bahwa dia tidak diundang oleh pemilik rumah. Dia mungkin merasa sedikit canggung atau tidak nyaman dengan situasi yang tidak biasa ini, tetapi juga berharap bahwa pertemuan ini akan membawa sesuatu yang berharga bagi nya.
Paul dan Rony sudah duduk di ruang tamu. Bi Inah juga sudah memberikan jamuan selamat datang dan permisi untuk kembali ke belakang
"Jadi, lo ngapain nyari adek gue" Tanya Rony
"Ada sedikit urusan" Jawab Paul
"Perihal?" Tanya Rony kembali
Paul diam, ia berfikir. Apakah ia harus mengatakan kepada Rony bahwa ia menyukai adik dari sahabatnya itu?
Paul menarik nafas dalam-dalam, merasa tegang dan gelisah saat ia akan berbicara kepada Rony, sahabat dekatnya. Dia tahu bahwa permintaannya ini bisa menjadi situasi yang sensitif, dan dia berharap untuk mendapat dukungan dari Rony.
Dengan hati-hati, Paul memulai percakapan, mencoba menemukan kata-kata yang tepat.
"Ehm, Ron. Gue boleh bicara sebentar?" Ucap Paul dengan suara yang agak gemetar. Ini adalah pengalaman baru baginya, wajar saja bila ia merasa takut
Rony mengangkat alisnya, menunjukkan rasa ingin tahu dan sedikit kecurigaan.
"Tentu, apa yang lagi lo pikirin?" Jawabnya, suaranya penuh dengan ketertarikan.
Paul menggigit bibirnya sebelum akhirnya mengungkapkan apa yang mengganggu pikirannya. "Ini tentang Nabila, adik lo. Gue ngerasa punya perasaan yang kuat untuk Nabila, dan gue ingin mendekatinya, tapi gue ga pengen buat lo atau pun dia ngerasa gak nyaman. Jadi, gue dateng ke lo untuk minta izin."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Queen and A Big Boy
FanfikcePaul Rafka Kavindra, seorang lelaki "kaya raya" yang tertarik dengan seorang Nabila Jasmeen Sankara. "Jangan marah-marah terus" Ucap Paul kepada Nabila dengan lembut "Berisik, emang lo siapa berani ngatur-ngatur gue?!" Ucap Nabila dengan penuh emos...