"hampir aja gue kumat di rumah orang" ucap Nabila dalam hati.
--------------------------------------------------------------------------------------
Malam telah larut. Langit dihiasi kelap-kelip bintang yang indah, namun tak mampu menenangkan hati Nabila. Jam di atas nakasnya menunjukkan pukul 23.30 dini hari, tapi matanya tak kunjung terpejam. Pikirannya dipenuhi bayangan kedua orang tuanya yang telah tiada. Rasa sedih, rindu, marah, dan juga kecewa bercampur aduk dalam hatinya.
Nabila mencoba memejamkan matanya kembali, namun bayangan kedua orang tuanya selalu muncul. Ia ingin melupakan kesedihannya. Ia merasa bersalah, namun ia juga ingin merasakan kebahagiaan. Abangnya selalu bilang bahwa ini bukan salahnya, namun tetap saja. Lagi dan lagi, Nabila harus mengonsumsi obat itu di tengah malam yang berisik ini.
Tiba-tiba, ia teringat Syarla dan Salma, dua sahabatnya yang selalu ada untuknya. Tanpa pikir panjang, Nabila meraih ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Syarla dan Salma di dalam grup.
*abaikan jam
Nabila senang setelah Syarla dan Salma setuju untuk menemaninya ke puncak. Ia pun segera bersiap-siap. Ia mengambil jaket tebal, dan sepasang pakaian dari lemarinya. Setelah itu, ia berjalan menuju kamar mandi dan bersiap-siap dengan cepat.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, Nabila keluar dari kamarnya dan menuju ke garasi. Ia membuka pintu garasi dengan hati-hati dan menyalakan mobilnya.
Sebelum menjalankan mobilnya, Nabila berniat untuk menjahili abangnya, ia berpura-pura bahwa ia akan kabur dan pergi dari rumah. Setelah mengirim pesan kepada Rony, Nabila langsung menancapkan gas nya untuk keluar dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Queen and A Big Boy
FanfictionPaul Rafka Kavindra, seorang lelaki "kaya raya" yang tertarik dengan seorang Nabila Jasmeen Sankara. "Jangan marah-marah terus" Ucap Paul kepada Nabila dengan lembut "Berisik, emang lo siapa berani ngatur-ngatur gue?!" Ucap Nabila dengan penuh emos...