"Stop drama," gumam Nabila dengan suara yang tertekan. "tadi itu cuma karena keadaan yang mendesak makanya gue bilang lo pacar gue," Nabila melanjutkan, mencoba menjelaskan alasan dibalik pernyataan sebelumnya.
"sayangg, jangan gemes-gemes dongg" ucap Paul yang tidak mendengarkan ucapan Nabila.
Dengan hati yang dipenuhi rasa kesal, Nabila memutuskan untuk meninggalkan Paul. Dia merasa bahwa dia tidak dapat lagi menahan emosinya.
Nabila melangkah dengan langkah yang cepat, meninggalkan ruangan tersebut. Dia mengarahkan langkahnya menuju Rony, abangnya. Ketika dia menemukan Rony di tengah-tengah kerumunan, Nabila dengan cepat memberitahunya bahwa ia ingin pulang. Meskipun mungkin Rony sedikit terkejut dengan permintaannya, dia dengan cepat mengamati ekspresi Nabila yang kesal dan mengerti bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dengan sikap penuh pengertian, Rony menyetujui permintaan Nabila dan bersedia untuk segera pulang.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketika Rony dan Nabila berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang ke rumah, suasana terasa canggung. Rony, abangnya yang peka, memperhatikan ekspresi wajah Nabila yang terlihat cemberut dan sedikit murung.
"Kenapa, Nab?" tanya Rony dengan nada lembut, mencoba mencairkan keheningan di dalam mobil.
Nabila menghela nafas berat sebelum akhirnya menjawab dengan suara yang sedikit tertekan, "Nab bete banget, Bang. Abang tau kan tadi di acara itu ada Angga?" tanya Nabila kepada Rony.
"Iya, Abang tau. Kan tadi kamu nunjukkin ke Abang," jawab Rony "terus kenapa masalahnya?" tanya Rony kepada Nabila
Nabila menggeleng pelan, matanya menatap kosong ke arah jendela. "Dia.. dia ngenalin cewenya, namanya Cerry. Abang, adek ngerasa cemburu. Adek masih sayang sama Angga."
Rony merasa sedih melihat adiknya seperti ini. "Kamu tau, Nab? Hal-hal yang kaya gini emang sulit. Tapi kamu juga harus percaya kalo ada seseorang di luar sana yang akan bikin kamu bahagia."
Nabila mengangguk, tetapi ekspresinya masih murung. Dia tidak menyebutkan pertemuannya dengan Paul, mungkin Nabila rasa itu tidak penting. Rony mengerti bahwa saat ini adalah proses yang sulit bagi Nabila, dan dia bersiap untuk memberikan semangat sebanyak yang adiknya butuhkan saat ini.
Setelah perjalanan yang panjang, Rony dan Nabil akhirnya tiba di rumah. Mereka berdua masuk ke dalam rumah dengan langkah yang pelan.
Rony menatap Nabila dengan penuh perhatian, mengerti bahwa adiknya masih terbebani dengan perasaannya terhadap Angga. "Nab," panggilnya dengan lembut, "Abang tau kamu masih badmood. Coba kamu sekarang bersih-bersih terus langsung tidur. Gak usah mikirin Angga lagi."
Nabila mengangguk, menghargai saran abangnya. Dia bisa merasakan kelelahan fisik dan mental yang melanda tubuhnya. "Iya, Abang. Abang juga langsung istirahat, jangan kerja terus" jawabnya
"Rony tersenyum penuh kasih sayang. "Iyaa adek, semoga mimpi indah ya"
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah mengikuti saran Rony, Nabila naik ke lantai atas menuju kamarnya dengan langkah yang agak lesu. Udara sejuk di dalam rumahnya memberikan sedikit kenyamanan saat dia melewati lorong yang gelap menuju kamar. Dengan setiap langkah, perasaan kesalnya terasa semakin berkurang, digantikan oleh kelelahan yang semakin mendalam.
Sesampainya di kamar, Nabila segera melangkah ke kamar mandi. Air hangat dari pancuran membantu meredakan tegang di otot-ototnya yang tegang. Dia membiarkan air mengalir di atas tubuhnya, mencuci semua ketegangan dan pikiran yang mengganggunya. Setelah selesai mandi, dia mengeringkan tubuhnya dan mengenakan piyama yang nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Queen and A Big Boy
FanficPaul Rafka Kavindra, seorang lelaki "kaya raya" yang tertarik dengan seorang Nabila Jasmeen Sankara. "Jangan marah-marah terus" Ucap Paul kepada Nabila dengan lembut "Berisik, emang lo siapa berani ngatur-ngatur gue?!" Ucap Nabila dengan penuh emos...