Nabila menghela napas, pura-pura kesal. "Ih, udah ah. Gue masuk dulu. Sana lo pulang."
Paul tersenyum lagi, tetapi tetap tidak beranjak. "Aku pulang kalau kamu udah masuk ke rumah. Aku harus liatin dulu sampai kamu bener-bener masuk rumah."
Nabila melangkah keluar dari mobil sambil menggelengkan kepala. "Lebay."
Paul membalas dengan tawa kecil. "Bukan lebay, aku takut kamu kabur lagi."
"Itu bukan kabur, tapi gue lagi healing," jawab Nabila.
Paul mengacak puncak kepala Nabila dengan lembut sebelum berkata, "Cepet masuk, sayang."
"Iyaa," jawab Nabila akhirnya, sebelum ia berjalan menuju pintu rumah dan masuk ke dalam. Paul menunggu sampai pintu tertutup sepenuhnya sebelum akhirnya menghela napas lega dan menyalakan mesin mobil, lalu pergi.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah diantar oleh Paul dan memastikan pintu rumah tertutup, Nabila melangkah perlahan menaiki tangga menuju kamarnya. Suasana malam itu terasa sunyi, hanya ditemani suara langkah kaki Nabila yang berderap pelan di lantai kayu. Sesampainya di kamar, ia merasa lelah setelah seharian keluar bersama Paul. Namun, sebelum beristirahat, Nabila memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Ia tak suka membawa sisa-sisa aktivitas hari itu ke tempat tidur.
Setelah selesai membersihkan diri, Nabila mengenakan piyama kesayangannya dan merapikan tempat tidur. Matanya mulai terasa berat, tubuhnya yang lelah sudah sangat mendambakan tempat tidur yang nyaman. Namun, sebelum ia benar-benar terlelap, sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya. Notifikasi itu berasal dari Angga. Dengan rasa penasaran, Nabila membuka pesan tersebut.
"Nabila," tulis Angga.
Tanpa menunggu lama, pesan berikutnya menyusul, "Besok sibuk gak?"
Nabila terdiam sejenak, memikirkan apakah ia harus menjawabnya atau tidak.
"Engga sih, kenapa, Ngga?" jawab Nabila.
Angga segera merespon, "Kalo besok gue ajak lo ke cafe Raveena mau gak? Itu cafe baru yang hits sekarang."
Nabila tak langsung membalas. Dalam benaknya, ia teringat janji Paul yang akan datang ke rumah esok hari. Pikirannya dipenuhi berbagai pertimbangan. Ia tahu Paul akan kecewa jika tahu dia pergi dengan Angga, Namun, keinginan untuk bertemu Angga, dan kesempatan ini juga mungkin tak akan datang dua kali, akhirnya dengan sedikit keraguan, Nabila mengiyakan ajakan itu.
"Boleh deh," balasnya.
Angga kemudian bertanya, "Tapi aman kan dari Paul?"
Nabila tersenyum tipis, meski ada sedikit kekhawatiran di dalam hatinya. "Aman kok, asal dia gak tau kalo gue pergi bareng lo," jawab Nabila.
"See you. Besok gue jemput jam 4 sore," balas Angga.
"Okee," jawab Nabila singkat, menutup percakapan mereka.
Setelah percakapan dengan Angga berakhir, Nabila memutuskan untuk segera memberitahu Paul agar tidak datang ke rumah esok hari. Ia tahu, jika Paul datang dan mendapati dia tidak ada di rumah, masalah besar bisa terjadi. Maka, ia pun mengirim pesan kepada Paul.
"Paul," tulis Nabila singkat.
Tak butuh waktu lama, Paul langsung membalas, "Kenapa sayang? Tumben kamu mau ngechat aku duluan."
Nabila menarik napas dalam-dalam sebelum mengetik jawabannya, "Besok gak usah kesini ya."
Paul, yang jelas-jelas heran dengan permintaan itu, segera bertanya, "Loh? Kenapa? Mau beli langsung aja ice cream-nya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Queen and A Big Boy
Fiksi PenggemarPaul Rafka Kavindra, seorang lelaki "kaya raya" yang tertarik dengan seorang Nabila Jasmeen Sankara. "Jangan marah-marah terus" Ucap Paul kepada Nabila dengan lembut "Berisik, emang lo siapa berani ngatur-ngatur gue?!" Ucap Nabila dengan penuh emos...