1. awal sebuah luka

173 3 0
                                    

Hari demi hari berlalu, hanya tinggal kenangan dan penyesalan yang tak harus terjawab hari ini, begitu banyak hikmah yang masih menjadi misteri yang akan terjawab nanti bila kau mampu berlapang dada, mampu untuk ikhlas dengan keadaan yang sedang ini sedang kau jalani" tulisan sintya sambil memandang hujan yang begitu hebatnya jatuh berkali-kali namun tetap saja datang lagi dan lagi. Ia memandang tiap tetes yang sekarang sudah membuat sebagian dari tubuhnya basah.

" sin, kamu ngapain disana, sini nanti kamu masuk angin, sakit" kata salsa sahabatnya sejak memasuki bangku kuliah sambil menarik tangan sintya menuju ke kanopi depan rumah sakit.

" sin, ( masih tidak ada jawaban ), sintya ayooo" salsa menariknya lagi, hingga sintya duduk dikursi teras rumah sakit

" sin, lo kenapa sih.., dari minggu lalu ngga pernah fokus, bahkan kamu gak mau periksa pasien" salsa masih menggegam tangan sintya yang sedikit dingin karena hujannya sangat lebat. Ia melihat tulisan sintya dikertas yang mulai agak luntur. Salsa mencoba membacanya namun tetap saja banyak tulisan yang mulai menghilang. Tiba-tiba ia melihat air mata sintya yang mulai berkujuran bak mutiara terjatuh dari pipi wanita yang cantik ini.

Salsa pun mulai bingung dengan sikap sintya dan mulai memalingkan pandangan menuju taksi yang baru saja ia pesan. Saat salsa berdiri tangan sintya menariknya

" gue butuh lo," dengan tatapan mata yang berbinar dan sangat sedih pastinya bila salsa meninggalkannya sendirian

" ya udah, lo tunggu sini, gue bayar dulu taksinya, kasian kan udah sampe sini, atau kita pulang kerumah gue aja?" tanya salsa

" disini" salsa mengangguk dan mulai hilang dari pandangan sintya karena terhalang oleh hujan yang semakin deras.

Di ruangan sintya bekerja

" kenapa sin ?" tanya salsa lagi

" ( diam dan memberikan undangan pernikahan )"

" oh my good, jadi alvin gak aktif selama seminggu ini karena ini ?"

" (air matanya semakin deras menetes ditambah suara petir yang sesekali membuat mereka terkejut,)."

Alvin adalah pacar sintya sejak mereka menempuh pendidikan dokternya, mereka bertemu saat masih ospek

#flash back

" hei, lo sama-sama telat ya, inget hukuman hari ini jauh lebih berat, tapi gue agak seneng sih. Karena ada cewek cantik, siapa tau nanti hukuman kita diperingan < sambil tertawa terkekeh >" kata alvin pada sintya, padahal mereka belum pernah kenal sebelumnya

" hei, ini masih jam 6, kamu emangnya gak punya jam?"

"hei cantik, coba lah lihat ponselmu ini udah jam 8, udahlah emang nasib kena hukum lagi gue, tapi kali ini dengan lo kan"

" ( membuka ponsel ditas nya, dan ia pun sangat terkejut, ia lupa bahwa jam nya sudah mati sejak kemarin malam) sintya mengeritkan dahi saat ada 3 kakak tingkat datang menemui mereka,

" telat lagi, kenapa telat. Alasannya ? " azril dengan nada sedikit membentak, dia adalah ketua panitianya

" bangun siang pasti" jawab fian salah satu temanya.

" kasih hukuman aja bro," rendi

" kak, maaf banget, hari ini aku gak bermaksud pengen telat, jam tanganku mati kak, aku tinggal dikos sendirian, aku bener-bener gak tau kalo ini sudah jam 8 kak" jawab sintya sambil menutup mata

" alasan aja, udah biasa, kalo maling ngaku penjara bakalan penuh" kata fian

" beneran kak, ini jam tangan aku mati, kak tolonglah"

Berhenti  DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang