13

12 3 2
                                    

Diluar sepasang sahabat ini yang notabene akan menikah sebentar lagi masih terlihat canggung satu sama lain, meskipun jarak diantara keduanya sangat dekat tapi rasanya ada penghalang sehingga membuat mereka seperti orang asing.

"Emmmm bagaimana kabarmu?" Bulan mencoba membuka suara ditengah keheningan.

"Baik" Cih hanya kata singkat yang terucap dalam bibir bintang.

Bulan hanya tersenyum tipis menanggapi jawaban singkat yang dilontarkan bintang kepadanya, padahal ia berekspetasi kenangan masa kecilnya akan kembali.

Beberapa kali petugas medis maupun keluarga pasien rumah sakit berlalu lalang, suasana rumah sakit hari ini lumayan ramai entah seberapa banyak manusia yang sakit sehingga diharuskan ke tempat ini.

"Bulannn nak, panggil dokter cepat" Suara diiringi isak tengil membuyarkan keheningan seperkian detik sebelumnya

"Bunda ada apa, kenapa bunda nangis" Raut wajah bulan mendadak resah melihat gelagat bundanya.

"Ayah kamu sayang, kondisinya semakin parah"

Bak disambar petir bulan mematung mendengarkan ucapan bundanya baru beberapa saat dirinya melihat sang ayah sedang tertidur lelap sekarang harus mendengarkan kabar tidak mengenakkan. Segera bulan lari dengan tenaga yang masih tersisa menuju ruangan dokter yang selama ini merawat ayahnya. Dengan panjang lebar bulan menceritakan kondisi sang ayah dan dokter segera menuju kamar ayah bulan untuk memeriksa keadaan pasiennya itu.

wira, Rasty, bulan, vania dan bintang hanya diperbolehkan untuk menunggu diluar ruangan agar dokter dan perawat bisa menjalankan tugasnya, hanya ada suara riuh tangisan yang terdengar takut akan kabar yang tidak baik menghampiri . Sekarang yang bisa dilakukan hanya berdoa untuk keselamatan nyawa sesorang didalam sana.

Melihat kondisi bulan dan bundanya, bintang merasa iba meskipun ia menolak dijodohkan dengan bulan namun hati nuraninya masih mempunyai kasian terhadap apa yang dialami keluarga bulan.

Tak berselang lama dokter pun keluar dari ruangan dengan wajah yang sulit diartikan, jawaban apa yang akan diberikan untuk pertanyaan keluarga pasiennya. Buru-buru bulan dan bundanya menghampiri dokter.

"Dok bagaimana keadaan ayah saya"

"Maaf ayah kamu kondisinya sangat menghawatirkan, penyakitnya sudah akut dan saya sudah melakukan hal sebaik mungkin".

Bulan membekap mulutnya tak percaya mendengar penuturan dokter mengenai kesehatan ayahnya yang semakin memburuk.

Cuma untaian doa yang bisa ia lakukan sekarang mengharap kesembuhan ayahanda yang selama ini ia cintai.
Tanpa disadari tubuhnya luruh ke lantai rasanya energinya terkuras perlahan bulir bening membasahi pipi putih mulusnya. Melihat kondisi bulan, bintang hanya diam mematung entah apa yang ia bisa lakukan untuk meringankan beban teman masa kecilnya itu.

Dokter kembali masuk ke dalam ruangan untuk melakukan tindakan menyelamatkan pasiennya yang sedang sekarat, selang oksigen terpasang di tubuh lelaki paruh baya itu nafasnya mulai naik turun tidak beraturan. Banyak kabel sudah terpasang di tubuh lelaki itu perawat medis dan seorang dokter sudah mengerahkan semua tenaga nya untuk menyelamatkan sang pasien.

Di luar ruangan seorang gadis duduk dengan tatapan kosong bulir bening terus mengalir dari matanya yang indah, menampakkan kesedihan yang mendalam semangat hidupnya sepertinya sudah hilang membayangkan sesuatu hal yang buruk akan segera menimpanya.


Next




Jangan lupa komen dan vote yah Terima kasih semua yang udah baca cerita ku yg sederhana jauh dari kata bagus😇



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bintang Membenci Bulan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang