Harry sedikit mengernyit ketika menatap Tom yang tiba-tiba berbeda. Lelaki itu tampak begitu bergairah, tatapan matanya seolah akan melahapnya hidup-hidup dan meskipun kegelapan meliputi sosok lelaki itu, Harry bisa merasakan nafsunya yang meluap-luap.
Dengan penuh nafsu, Tom memposisikan dirinya di tengah paha Harry, kemudian meluncur masuk tanpa permisi, menyatukan dirinya. Harry mencengkeram pundak Tom, sejenak menahan perasaan tidak nyaman, karena ini baru kedua kalinya Tom memasukinya. Tetapi lelaki itu tidak mau menunggu, dia menggerakkan tubuhnya dengan penuh gairah, seakan begitu kehausan dan akan mati kalau tidak dipuaskan.
Gerakan Tom sedikit kasar, lelaki itu mengecupi seluruh wajah Harry, lalu bibirnya melumat bibir Harry dengan penuh gairah, melahapnya tanpa batas. Bibirnya melumat bergantian bibir atas Harry dan bibir bawah Harry, menyesapnya, menghisapnya, mengulumnya dan menikmati sesukanya. Lalu lidahnya menelusup masuk begitu dalam dan inten. Ciuman itu menyatukan bibir dan lidah mereka, lalu bergerak menggoda, seiring dengan gerakan pinggul lelaki itu yang semakin cepat di bawah sana.
Percintaan itu keras dan cepat. Tom tidak lembut lagi, tetapi setidaknya dia membawa Harry ke puncak kenikmatan dengan cepat dan meledak, hingga Harry hampir tak sadarkan diri ketika akhirnya Tom mencapai puncak kepuasan, sekali lagi meledakkan dirinya dalam-dalam jauh di dalam tubuhnya.
Napas mereka terengah-engah dengan tubuh yang berkeringat. Harry membuka matanya dan bertatapan langsung dengan mata tajam itu. Tom menatapnya seakan menembus hatinya. Lelaki itu tampak berbeda … tiba-tiba perasaan takut itu datang lagi, membuat Harry bergidik dan merasakan dorongan untuk menjauh. Tetapi Tom tiba-tiba saja meraih pinggangnya dan membalikkannya supaya membelakanginya. Lelaki itu menempelkan kejantanannya yang mengeras di bagian belakang pinggul Harry. Jemarinya menelusur penuh gairah, menyentuh paha Harry dan mengangkatnya ke atas.
“Tom?”
“Aku belum puas, sayang, malam ini belum selesai untuk kita …”
Lelaki itu menyelipkan dirinya dari belakang dan menyatukannya lagi. Dia menggerakkan tubuhnya lagi penuh gairah. Membawa Harry kembali naik ke dalam pusaran yang makin lama makin membawa kesadarannya.
Tom benar, malam itu seakan tidak ada ujungnya, gairah Tom seakan tidak ada habisnya untuk Harry.
Yang tidak Harry sadari, sepanjang sisa malam itu, dia bercinta dengan Voldemort.
***
Harry menggeliat ketika terbangun dari tidurnya. Dan langsung merasakan rasa tidak enak yang amat sangat. Area selatannya terasa tidak nyaman dan seluruh tubuhnya terasa pegal. Dia membuka matanya dan mengernyit. Kemudian baru menyadari bahwa Tom masih ada di sebelahnya. Lelaki itu masih telanjang dengan selimut putih membungkus pinggangnya, dia berbaring miring dengan bertumpu siku dan telapak tangannya menopang kepalanya. Lelaki itu tampaknya sudah mengamati Harry dari tadi, matanya tampak sedih.
Harry berbaring diam, tiba-tiba merasa malu. Semalam mereka begitu intim dan diliputi gairah. Dan sekarang ketika mereka terbangun dengan logika. Harry sangat malu dengan ketelanjangan mereka yang diterangi sinar matahari yang menyusup remang-remang dari jendela. Tetapi sepertinya Tom tidak merasakan itu. Jemarinya menelusuri leher Harry, lalu menurunkan selimutnya ke dadanya, jemarinya menelusur di sana, mengusap dengan lembut ke dada dan turun ke perutnya, selimutnya makin diturunkan ke bawah, ke pahanya, dan Harry melihat, semakin jauh selimutnya turun, mata Tom tampak semakin sedih.
“Maafkan aku.” Akhirnya lelaki itu bersuara, pekat, penuh kepedihan. Membuat Harry mengernyitkan dahinya.
“Untuk apa?”
Tom menghela napasnya dengan berat, dia lalu mengecup bibir Harry lembut, dan mengelus pipinya, “Untuk semua kekasaranku …. ini … bekas-bekas ini … Oh Astaga, aku minta maaf, Harry.”