"Adakah orang yang lebih menyedihkan daripada mereka yang terbaring sakit? Aku rasa setiap orang yang sakit memiliki perasaan yang sama, yaitu takut menghadapi kematian." Arunika Senja.
* * *
Langit membuka lembar demi lembar buku yang diberikan oleh Senja. Sesekali dia terkekeh melihat gambar yang tertera di sana.
"Kapan kamu bikin gambar ini?" tanya Langit takjub.
Senja terkekeh, wanita itu berbaring dengan bagian kepala ranjang yang sengaja sedikit dinaikkan agar gadis itu bisa bersandar. Sementara di kepala terpasang beanie agar tak terlihat plontos.
"Beberapa tahun yang lalu," jawab Senja terkekeh. Bakat melukis gadis ini memang tak perlu lagi diragukan. Dia bahkan selalu menang dalam setiap festival lukisan.
"Jadi, kamu sudah lama memperhatikan aku? Atau jangan-jangan, kamu sudah lama suka lama aku?" tebak Langit. Wajahnya merah merona membayangkan jika itu benar.
Senja tertawa lebar sambil menggelengkan kepalanya. Apalagi saat melihat wajah Langit yang sudah masak seperti tomat.
"Ya, ketahuan, deh!" celetuk Senja.
"Kamu ya..." Langit menarik gemas hidung Senja.
"Kakak." Gadis mendengkus kesal.
"Habisnya, kamu itu bikin aku gemas!" ujar Langit mengelus hidung Senja yan merah karena ulahnya. "Kamu nakal ya, kenapa tidak bilang?"
"Dih, gengsi dong. Masa iya perempuan dulu yang ungkapin perasaan," ujar Senja.
Tangan Langit mengusap kepala Senja yang ditutupi oleh beanie. Senyumnya terbit dengan lengkungan bibir yang tercetak jelas, tetapi itu adalah cara dia menutupi luka yang terasa mengangga di dalam dada.
"Aku bahkan suka sama kamu sejak dua tahun lalu. Pokoknya sudah lama dan itulah sebabnya aku suka bikin kamu kesal dan kasih tugas banyak, supaya bisa selalu ada di dekat kamu," aku Langit.
"Jahat!" Senja memutar bola matanya malas.
"Tapi itu tandanya sayang, kamu saja yan tidak peka." Lagi-lagi Langit hanya bisa terkekeh melihat wajah sang kekasih.
Sejenak keduanya terdiam. Senja menatap wajah tampan boss sekaligus pacarnya itu. Entah kapan dia menerima perasaan Langit, lelaki itu dengan santai mengakui bahwa dirinya adalah pacar Langit.
Sementara Langit memainkan jari-jari lentik milik Senja. Dia gemes sendiri melihat jari tersebut ditumbuhi bulu-bulu halus.
"Eh, kenapa tiba-tiba ada cincin?" tanya Senja yang baru saja sambil melihat jarinya.
"Kamu lupa?" Langit terkekeh.
"Tidak ingat, Kak," jawab Senja jujur.
"Apa bedanya?" tanya Langit tak habis pikir.
"Beda tulisannya," sahut Senja tertawa lebar.
Langit ikut tersenyum. Melihat gadis itu yang tertawa membuat hatinya sedikit lega. Setidaknya Senja terlibat baik-baik saja. Walaupun Langit yahh bahwa gadis itu menahan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya.
"Kak," panggil Senja menyatukan tangan mereka.
"Iya, Sayang?"
"Kalau misalnya suatu saat aku pergi, Kakak jangan lupa sama aku ya. Simpan buku ini, semua gambar yang ada di dalam buku ini adalah punya Kakak. Aku melukisnya beberapa tahun yang lalu."
Seketika Langit terdiam. Raut wajah lelaki itu tampak sendu dengan tubuh yang lemas seketika.
"Jangan bicara begitu. Kamu harus sembuh!" ucap Langit yang penuh penekanan. "Kamu tidak boleh meninggalkan aku," tegasnya kemudian.
Senja tersenyum. Tangannya terulur mengusap wajah mulus Langit. Ah, kenapa dia bisa tiba-tiba jatuh cinta pada pria ini? Padahal Langit adalah boss menyebalkan yang selalu ingin dia berikan racun sianida.
"Kak, setelah pulang. Bawa aku jalan-jalan ya, aku bosan!" renggek Senja.
"Makanya semangat buat sembuh supaya aku bisa bawa kamu jalan-jalan ke mana pun kamu mau," tukas Langit.
"Iya, Kak."
Andai ada keajaiban, Senja ingin mengukir nama Langit di hatinya dengan desain yang indah. Andai ada keajaiban, Senja ingin selalu melukis wajah tampan Langit.
Langit kembali melanjutkan membuka lembar demi lembar buku yang Senja berikan. Dia tersenyum hangat ketika melihat lukisan itu begitu mirip dengannya.
"Kakak kenapa senyum-senyum?"
"Aku kagum sama kamu, Sayang," ucapnya.
"Jangan kagum sama Senja, Kak. Itu semua titipan. Kagumlah pada Tuhan karena dia yang memberikan bakat luar biasa pada Senja," ujarnya.
Senja belajar menerima diri dan tak lagi meremang dalam kesedihan. Walaupun dia tak tahu entah kapan takdir akan membawanya pergi mengarungi dunia yang fana ini. Menyerahkan diri sepenuhnya pada Tuhan, agar kuat menghadapi segala kemungkinan. Jika pun kalah dalam perjuangan ini, Senja takkan menyalahkan Tuhan. Baginya, pernah hidup dan meninggalkan banyak karya adalah sebuah kesempatan luar biasa. Meski keinginan manusianya ingin hidup lima puluh tahun lagi.
* * *
Senja kembali melakukan pemeriksaan melalui CT-scan atau computerized tomography scan adalah prosedur pemeriksaan medis yang menggunakan kombinasi teknologi sinar-X dan sistem komputer khusus untuk menghasilkan gambar organ, tulang, dan jaringan lunak di dalam tubuh.
CT scan adalah mesin pemindai berbentuk lingkaran yang besar dan cukup untuk dimasuki orang dewasa dengan posisi berbaring. CT scan umumnya digunakan untuk beberapa hal, seperti :
Memastikan adanya kelainan otot, tulang, maupun sendi
Menentukan lokasi dan ukuran tumor
Menentukan lokasi infeksi dan bekuan darah
Memandu prosedur medis, seperti operasi, biopsi, atau terapi radiasi
Mendeteksi dan memantau perkembangan kondisi dan penyakit tertentu, seperti kanker dan sakit jantung
Mencari tahu lokasi cedera atau perdarahan internal.Langit turut menemani kekasih kecilnya itu. Walau tak bisa masuk ke dalam, tetapi dia bisa memantau dari luar.
"Bagaimana, Tang?" tanyanya saat melihat sebuah layar monitor yang menampilkan bagian dalam tubuh Senja.
"Ada tumor yang tumbuh di bagian dada dan tungkai Senja, Lang. Ini tumor ganas, perkembangannya sangat cepat," jelas Bintang.
Langit memejamkan mata, mencoba menahan perasaan yang hendak meledak.
"Apakah operasi bisa menjamin Senja selamat?" tanya Langit lagi.
"Bisa! Jika fisik Senja kuat," sahut Bintang.
Senja kembali di keluarkan dari alat CT-scan tersebut.
"Senja," panggil Langit ikut mendorong brangkar gadis itu.
"Kakak." Senja membalas dengan senyuman.
Sam terduduk di samping Langit. Pria tampan itu mengusar kepalanya dengan kasar.
"Kenapa, Sam?" tanya Langit. Keduanya saling akrab dan tak saling memangil namanya dengan embel-embel pak.
"Biaya Senja," keluh Sam.
"Sudah aku katakan sejak awal. Biar aku yang lunasi semuanya," ujar Langit mengusap bahu Sam.
"Aku usia mau merepotkan kamu, Lang. Kamu sudah terlalu banyak berkorban untuk Senja," ucap Sam yang merasa tidak nyaman.
"Sam, aku mencintai Senja. Apapun akan aku lakukan untuk kesembuhannya. Uang bukan hal yang sulit bagiku. Jadi, jangan merasa sungkan," tukas Langit memberi pengertian.
Sejenak kedua pria tampan itu terdiam, mencoba menikmati segala luka yang menghujam. Keduanya sedang tak baik-baik saja. Hasil CT-scan yang dijalani Senja menunjukkan perkembangan kanker dalam tubuh gadis itu.
"Senja akan melakukan operasi lagi. Entah kenapa aku takut?" ucap Sam terdengar lirih. "Aku takut Senja pergi. Aku takut kehilangan dia. Aku tidak bisa, Lang!" ungkap Sam.
Bersambung ....
![](https://img.wattpad.com/cover/363421111-288-k442968.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Go From Away Mr. Cancer (END)
RomantikArunika Senja, gadis berusia 22 tahun. Dia salah satu karyawan di perusahaan produk kecantikan yang berharap memiliki kehidupan serupa teman-teman lainnya. Namun, sayang satu kenyataan meruntuhkan tembok pertahanan Senja, ketika dirinya divonis mend...