Aku tak memiliki angan-angan tentang hidup, masih bisa melihat hari ini saja sebuah keistimewaan — Arunika Senja.
* * *
Kemoterapi atau kemo bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan sel kanker yang bersarang dalam tubuh. Meski pengobatan ini dapat mencegah sel kanker atau tumor, kemoterapi juga memiliki efek samping yang tidak sedikit.Jenis pengobatan kemoterapi yang diberikan akan tergantung pada jenis, lokasi, stadium, penyebaran sel kanker dan tumor dan kondisi kesehatan pasien tumor.
Efek samping yang ditimbulkan dari kemoterapi juga berbeda-beda, yaitu ada yang bersifat ringan dan ada juga yang memerlukan penanganan khusus dari dokter.
Senja sudah berada di ruang kemoterapi. Beberapa selang mengalir di bagian tubuhnya, seperti tangan, dada dan ada juga oksigen yang menempel di hidung wanita cantik tersebut.
Senja ditemani oleh Langit karena tidak boleh ada lebih dari satu orang yang menjaganya itu akan menganggu konsentrasi pasien.
Langit mengenggam tangan Senja dengan erat. Tatapan matanya sama sekali tak beralih pada gadis cantik tersebut. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, entah rasa cinta atau rasa ketakutan jika wanita ini tak bangun lagi. Sedangkan Senja, matanya sudah terpejam sejak tadi karena pengaruh obat bius. Bintang sengaja memberikan obat bius pada Senja karena kali ini mereka melakukan kemoterapi dengan suntikan hormon pada urat nadinya, di mana itu menimbulkan sakit yang luar biasa.
Bintang memilih pengobatan suntik, karena kondisi Senja yang semakin menurun.
Selang darah juga mengalir di tangan Senja. Tubuh gadis itu seperti disiksa oleh alat-alat medis dan berhasil membuat Langit menitikkan air mata menyaksikan jarum suntik dan alat-alat tersebut menyiksa tubuh gadisnya itu.
Obat kemoterapi disuntikan pada bagian otot atau lapisan lemak. Misalnya lengan paha atau perut. Bintang menyuntikan obat itu melalui otot paha Senja.
"Bagaimana?" tanya Langit menatap wajah Senja yang terlelap dengan nyaman.
Bintang menghela napas. "Kita akan lihat prosesnya, ini tidak lama. Memang sedikit menyakiti Senja akan tetapi dia akan lebih baik nanti," jelas Bintang.
Saat ini hanya ada Langit dan Bintang serta beberapa perawat yang ikut bersama Bintang untuk membantu dia melakukan tugasnya, agar kemoterapi Senja kali ini berhasil.
"Kemoterapi ini akan membantu memperkecil ukuran tumor kanker dan meringankan rasa sakit," sambung Bintang.
"Mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan, sekaligus menghancurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh lain atau metastasis."
"Menghancurkan semua sel kanker hingga sempurna dan mencegah kekambuhan kanker."
"Lalu apakah menyembuhkan?" tanya Langit dia masih menatap Senja yang terpejam. Dentingan alat pendeteksi jantung mengema di ruangan itu.
Bintang menghela napas. "Kita hanya bisa menyerahkan pada Tuhan," sahutnya terdengar dingin dan tak bersahabat, apalagi ketika melihat Langit mengenggam tangan Senja.
"Ada beberap metode pengobatan kemoterapi, dan semoga saja ini tidak berbahaya untuk Senja," tutur Bintang.
Bintang menjelaskan beberapa metode kemoterapi yang akan akan dijalani oleh Senja. Apa-apa saja resiko bagi tubuh gadis tersebut.
Langit terdiam mendengar penjelasan Bintang. Sebagai orang yang awam tentang ilmu kedokteran tentu saja tak mengerti. Namun, Langit yakin bahwa metode-metode itu akan menyakiti Senja, tetapi cara itu adalah satu-satunya untuk mengangkat penyakitnya yang bersarang di tubuh gadis cantik itu.
"Ja." Langit mengusap kepala gadis tersebut. "Kamu harus kuat. Saya akan selalu menemani kamu!"
Bintang hanya diam saja, tetapi tanpa sadar tangan dokter tampan itu mengepal kian erat saat mendengar ucapan Langit. Marah, jelas marah karena ternyata dia juga menyukai Senja, gadis pemilik iris mata coklat itu.
"Kita harus memberi dukungan untuk Senja," ucapnya terdengar dingin.
Langit mengangguk paham. "Tolong lakukan apapun untuknya! Apapun!" pinta lelaki itu penuh penekanan. Kali ini dia memberanikan diri menatap Bintang, seolah berharap permintaannya segera dikabulkan.
"Tanpa Anda minta, saya akan tetap melakukan yang terbaik untuk Senja karena saya mencintainya!"
* * *
Seorang pria paruh baya tampak berjalan tergesa-gesa menelusuri koridor rumah sakit. Wajahnya tampak pucat dan panik.
"Senja," gumamnya yang terus memikirkan anak perempuannya itu. "Maafkan Ayah," ujarnya lagi merasa bersalah. Sesekali dia menyeka air matanya dengan kasar.
"Sam," panggilnya.
Sam yang tengah menunggu bersama Kejora dan Tari, sontak melihat ke arah lelaki paruh baya itu.
"Ayah," gumam Sam berdiri.
"Mana Senja?" cecar lelaki paruh baya itu seperti tak sabar bertemu dengan anak perempuannya.
"Ada di dalam," jawab Sam.
Sementara Kejora terdiam. Entah kenapa luka lama yang diturihkan lelaki itu masih membekas di hatinya? Apakah dia bisa sekedar memberi maaf atau untuk melupakan semua yang terjadi?
"Senja!" Dia terduduk di kursi tunggu sambil mengusar kepalanya dengan kasar.
"Apa yang Mas lakukan di sini?" Hingga dia terkejut mendengar pertanyaan Kejora.
Lelaki itu melirik ke arah istri keduanya. Terlihat sekali jika dia merasa bersalah.
"Maafkan aku, Kejora!" ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
"Untuk apa?"
Kejora masih ingat bagaimana istri pertama dari suaminya itu mencaci makinya seperti binatang. Dia benar-benar tidak tahu, bahwa dirinya hanyalah istri kedua. Lelaki ini tega membohonginya dengan berbagai cara, sehingga Kejora percaya bahwa dirinya adalah satu-satunya yang ada di hati lelaki itu.
"Aku sudah meninggalkan kalian," ucapnya.
Sam dan Tari hanya terdiam mendengar percakapan kedua orang tua itu. Keduanya paham, permasalahan yang hingga kini tak kunjung menemukan titik temunya.
"Lalu kenapa kamu kembali, Mas? Apa belum puas ingin mengambil kebun itu dari tanganku?" Kejora menatap suaminya itu dengan kecewa dan marah. Lelaki ini masih berstatus sebagai suaminya, walau sudah tak diberi nafkah.
"Ak-aku..." Lidah Mars terasa kelu untuk mengatakan alasannya.
Tidak lama kemudian, brangkar Senja dibawa keluar dari ruangan kemoterapi oleh Bintang dan Langit serta beberapa perawat.
"Senja!"
Mereka berempat sontak berdiri dan menghampiri Senja yang masih terpejam lelap karena pengaruh obat bius.
"Bagaimana, Tang?" tanya Sam.
"Kemoterapinya berjalan lancar. Senja masih dalam pengaruh obat, kami akan segera pindahkan ke ruangan rawat inap!"
Brangkar Senja dibawa kembali ke dalam ruangannya. Gadis itu masih tidur tanpa terusik dengan kebisingan di sekitarnya. Tampaknya dia benar-benar lelah, terlihat dari mata yang terpejam kian erat.
"Senja." Mars terduduk dengan air mata yang tumpah ruah. "Maafkan Ayah, Sayang. Ayah sudah meninggalkanmu selama ini." Perasaan bersalah kian menyelinap masuk ke dalam rongga dadanya.
Mars mengenggam tangan putri kecilnya itu. Dulu dia selalu menyempatkan waktu bermain dengan putri kecilnya ini. Namun, setelah kembali pada keluarga lamanya, Mars seolah tak memiliki waktu.
"Ini Ayah, Nak. Ayah merindukanmu. Ayah ingin sekali memelukmu. Ayah tahu kamu lelah, semuanya ini karena kesalahan Ayah yang meninggalkan kalian. Bangun, Nak! Ayo peluk Ayah!"
Bersambung ...
![](https://img.wattpad.com/cover/363421111-288-k442968.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Go From Away Mr. Cancer (END)
RomansaArunika Senja, gadis berusia 22 tahun. Dia salah satu karyawan di perusahaan produk kecantikan yang berharap memiliki kehidupan serupa teman-teman lainnya. Namun, sayang satu kenyataan meruntuhkan tembok pertahanan Senja, ketika dirinya divonis mend...