09. Masalah & Diobati

12 4 0
                                    

Happy Reading....

.
.

Namun tangan Claudya tercekal oleh tangan seseorang.

☜☆☞

Claudya dan Vyera menoleh ke pemilik tangan, Crystal.

Apa?! ngarep Rey yang nolong? g dlu mksh.

"Lepas, bangsat." Umpat Claudya.

"Jangan main tangan, bodoh." Ucap Crystal sambil menendang perut Claudya.

"Sialan, emang lo siapa?" Claudya meringis, tendangan itu tak main-main.

"Bapak lo!" Ketus Crystal.

"Awalnya gue gak mau bawa temen, but si jala–"

"Siapa yang lo katain jalang, hm?" Tanya Vyera dengan santai. Mengapa harus marah? Lagipula ia bukan jalang.

"Lo lah."

"Oh."

"Oh doang? Lo ga marah?" Heran Claudya.

"Buat apa? Gue bukan jalang. Lagipula gue mikirnya lo lagi deskripsiin diri lo, sebagai jalang."

☜☆☞

"Nonton mulu, ayo susul!" Ajak Elvan.

"Ga. Kita liat dulu apa yang bakal mereka lakuin, kalau kelewatan baru turun." Si bijak Eza berujar.

"Yoi."

Kembali ke lapangan, Crystal dan Claudya masih saja berdebat dan main tangan.

"Bentar." Sela Vyera.

Keduanya menoleh, "Kenapa, Vy?" Tanya Crystal.

"Lo ngapain cari masalah sama gue? Sebelumnya gue ga pernah ganggu hidup lo, but why?" Tanya Vyera heran. Jujur ia baru mengingat bisa saja beasiswa nya dicabut jika ia membuat masalah, sial.

"Lo, ganjen sama Rey. Dan lo gak boleh deket-deket sama dia."

"Gue? Rey? Deket? Kapan, cok?" Saat Vyera menyebut nama Rey ia menunjuk kearah Rey yang berada di rooftop, entah dari mana ia tahu.

Salah satu antek Claudya maju, sebut saja Jela. Ia menyerahkan foto yang bergambar Vyera dan Rey yang tengah bercanda tawa di kafe kemarin.

Vyera mendatarkan raut mukanya. Itu doang? Apa pengaruhnya coo? Sialan.

"Cuma itu?" Tanya Vyera.

Sedangkan para siswa penasaran akan foto apa yang ditunjukkan oleh si Jela Jela itu.

"Sebar fotonya." Titah Claudya.

Foto disebar, Semua mengecek ponsel mereka. Dan foto itu sama dengan foto yang tadi.

"Clauu, Clauu, si Rey menyukai posingan....." Heboh Jela.

Claudya mendongak menatap rooftop, "Bebeb, yaampunn. Akhirnya kamu luluh sayangg!!" Dramatisnya.

Vyera ikut mendongak, ia menatap Rey bersamaan dengan Rey yang mengalihkan padangannya pada Vyera. Shit, eye contact. Gawatt!! Vyera harus ke rumah sakitt!! Tidak bisa, tidak bisa.
Bisa-bisa Vyera mati salting.. Omoo omoo!!

Rey tersenyum kecil, dibalas kekehan tanpa suara oleh Vyera. Namun dengan PDnya si Claudya malah salting. Dipikir Rey senyum ke ente? Kagak tolol.

Arthur sebagai ketua OSIS yang baik hanya diam. Teladan bukan? Ia membiarkan teman dan adek kelasnya menonton drama queen yang diciptakan oleh Claudya.

"Ar, ga mau turun tangan?" Tanya Rio.
"Ga."

"Nape, bang? Biasanya lo tanganin deh." Ganti Elvan yang bertanya.

Arthur menunjuk Rey dengan dagunya, pertanda ia belum diizinkan untuk menangani masalah tersebut.

"Woyy Rey!! Arthur kagak boleh turun tangan?"

"Cabut."

☜☆☞

"Lo ngapain salting? Emang Rey senyum ke lo?" Tanya Lea yang dari tadi hanya diam.

Claudya termenung, iya juga ya, bodo amat.

"Clau, liat depan." Ucap salah satu teman Claudya, Fera. Lantas Claudya mengikuti ucapan temannya, Rey dan teman-temannya berjalan menuju mereka.

Claudya senang bukan main, siapa tahu Rey akan membelanya?

Melihat Claudya yang senyum-senyum sendiri membuat Vyera bergidik ngeri, kesurupan ni anak?

Vyera menoleh kebelakang, ah Rey. Pantas saja Claudya seperti orang gila.

Rey mendekati mereka, ia berbisik pada Arthur "Urus mereka." Arthur hanya mengangguk.

"Mau dihukum gue, atau guru?" Tanya Arthur to the point.

Ucapan itu membuat Vyera ketar ketir. Jangan sampai beasiswa nya dicabut, amit-amit.

"Ar, gue lo hukum aja dah. Jangan sampai ketahuan guru yaa??" Mohon Vyera.

Arthur hanya memandanginya datar, "Ga ada yang ngehukum lo." Dingin nya.

Vyera bingung, gimana? Ga dihukum? Bjirr lah..

Belum sempat mengucapkan sepatah kata pun, Vyera di tarik oleh seseorang. Siapa? Rey. Beneran Rey, rill no pek pek.

Rey menarik Vyera ke UKS sekolah. Ia mendobrak pintu UKS dengan brutal. Terlihat Rey seperti sedang marah.

"Tiduran." Titah Rey tak terbantahkan. Vyera hanya diam dan menurut.

Rey mengobrak-abrik UKS. Ia mencari obat merah, namun belum juga menemukannya. Untuk masalah siapa yang akan membereskannya, Rey akan menyuruh Elvan, Rio dan Aksa.

Bahkan Vyera sudah bertanya sebanyak lima kali. Dan tidak dijawab.

Rey berjalan menuju ranjang Vyera sambil menggenggam obat merah dan kapas.

"Minta keluargamu untuk mengobati ini nanti." Kata Rey sambil menuangkan sedikit obat merah pada kapas, dan mengobati sudut bibir Vyera yang terlihat memar dan sedikit pecah.

"Ga perlu."

"Nurut, atau gue tambahin?" Ancam Rey. Vyera pun mengangguk pasrah.

"Sshh," Tiba-tiba Vyera meringis. Rey memberhentikan kegiatannya dan menatap Vyera datar.

"Maaf."

☜☆☞

vote!

To Be Continued.

25-04-2024.
~Xyavi..

We Are Different || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang