08. Poor Na Jaemin

3.1K 231 37
                                    

Memasuki hari ketiga, Nana tidur di rumah Renjun.
Renjun sama sekali tidak keberatan, justru ia senang kalau tidur ada temannya. Kamar Renjun lumayan besar, fasilitas pun tak kalah lengkap dengan yang ada di kamar Nana.

Tiga hari menginap di sana bukan berarti Nana tidak bekerja. Anak itu justru semangat dan sering mengambil lemburan, membantu Haechan mendesain berbagai macam baju untuk di perjual belikan.

Saat ini, ruangan Mark menjadi tempat dimana Nana dan Felix sedang menunggu Renjun.

"Na, Lo kan anak pak Jeno yang kuliah di NEO-skull Korea kan?" Remaja blasteran Aussie dan Lokal itu tampak terheran.

Nana membalas anggukan mantap seraya mengemut sendok eskrimnya.

"Kok, bisa ngambil kerjaan di sini? Kan lo bisa langsung kerja di sana, Allure Korea juga bakalan nerima karena Lo cantik"

"Takdir gue ketemu bos Mark, hehe" kekeh Nana, Felix pun mengangguk.

Memang yang namanya pekerjaan, dimana saja asalkan halal. Toh, bukan jual diri pada bos-nya. Kini Renjun keluar dengam raut membingungkan.

"Emosi gue, beraninya bos Mark noel pantat Gue" gerutu Renjun, ketika mulutnya bersuara siapa yang tidak tertawa. Bahkan Nana terbahak.

"Lo balas tonjok elah Njun, lakik!" Teriak Felix di akhir kalimat.

Nana kembali tertawa sampai dering kematian di ponselnya tidak terdengar. Nana sudah paham, siapa oknum penelpon itu.

"Anak-anak Echan, aduh gimana ya mau ngejelasinnya" Haechan datang, membawa wajah cerianya.

Renjun masih bersungut, padahal yang gatal kan Si Mark bukan Haechan.

Nana berdiri menyambut kedatangan Haechan, mengaduk eskrim rasa coklat yang masih ia genggam.

"Jadi minggu depan, perusahaan kita bakalan ngadain fashion show. Nah, berhubung Felix ada di sini,—Echan mau kalian bertiga membantu Echan buat memasarkan rancangan baju yang Echan buat nanti. Syukur-syukur laku banyak"

"Ck! Kecil! Serahin semua sama Nana!!" teriak Renjun antusias.

"Kita Njun, bukan cuma aku" sangkal Nana

"Euhm,, daya tarik Nana sungguh luar biasa. Echan setuju sama Renjun, Nana nggak sendirian kok. Kalo punya pacar, bawa aja"

Seketika Nana tersenyum tipis, bayangan anak itu kembali terbang pada tamparan Jeno yang membuat pipi-nya semakin bengkak dan ngeblush. Bahkan selama tiga hari ini, Jeno tidak ada niat untuk menjemput anaknya di rumah Renjun. Atau memang, lelaki itu sudah di racun oleh Naeun? Ah, bodo amat kalo Nana mah.

"Beneran kak??" tanya Nana polos, sungguh hari yang sangat di nantikan.

"Bener, kalau lokasi sudah di umumkan,—Echan akan segera mengabari kalian. Sekarang kalian boleh pulang, hati-hati ya?"

Haechan berlari kecil menuju Mark yang sudah siap menyambutnya, berjalan seraya mendongak ke arah Mark di sampingnya. Mereka berdua terlihat bahagia, Nana pun lega karena itu tandanya,—Mark sudah menemukan rumahnya.

Berbeda dengan Mark terdahulu yang selalu menggoda Nana di saat Nana belum berkuliah di korea. Bahkan dengan beraninya Mark mengatakan isi hatinya pada Nana di depan Jeno,—daddy nya.

"Lix, Lo dapet tugas sampe kapan di sini?"

"Sebulan anjir, duh lama banget. Nggak bisa ngewe—ADAWWW!!" Kepala Felix di geplak Renjun sampe muter.




💞💋






Mansion begitu sepi, sepertinya masa-masa Nana di korea terulang lagi. Jeno duduk di temani secangkir kopi pagi-nya, melihat tubuh Naeun meliuk pada pole dance yang sengaja Jeno buatkan untuknya. Dimana mereka saat ini?? Minggu pagi mereka cukup berdiam diri di sebelah rumah.

Daddy Jen 02 || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang