23. OUR FIRST MEET 💔

1.8K 167 18
                                    

Puas dengan mengerjai Juna, kini Jeno membawa Juna pulang kerumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Puas dengan mengerjai Juna, kini Jeno membawa Juna pulang kerumah. Jeno mengangkat tubuhnya untuk duduk di atas closet kamar mandi, Juna merasa sakit perut karena lima mangkuk bakso menguasai lambungnya. Jeno sungguh keterlaluan, apalagi Jeno tidak mau membawa Juna pulang sebelum ia menghabiskan dua mangkuk bakso terakhirnya.

"Badan lo kaya kapas, ringan banget anjing" Jeno menggendong Juna ala bridal menuju ranjang.

Setelah satu jam lamanya, Juna menguras perutnya di kamar mandi.

"Makan yang banyak coba"

"Kan gue sakit Jen, liat aja kaki gue—kecil,, aahh Jen pelan dong sakit" Jeno sedikit membanting kaki Juna di atas kasur.

"Lemah banget lo, sakit tapi harus makan. Ngerti gak lo!"

Jeno duduk di tepi ranjang, menikmati tangan Juna yang menekan-nekan punggungnya.

"Jen"

"Apa lagi??"

"Ehm,, lain waktu kita makan bakso bertiga ya??" pijatan di punggung Jeno terasa semakin nyaman, walau ukuran tangan Juna hanyalah separuhnya dari tangan Jeno—tetapi tenaga Juna untuk mengurut bahkan memijit cukup lumayan.

"Sama bibi Sunny??"

"Ck!! Kalo sama bibi mah nggak bakal boleh. Selama gue sakit, cuma Lo yang berani ngajak gue ke warung bakso"

Nafas Jeno memberat, mati-matian menahan,—ah entah perasaan apa yang tiba-tiba menyayat jiwanya saat ini.

"Ini yang pertama kali, dan makanan yang mengandung micin memang enak ya Jen" cicit Juna mengusap perutnya.

Terbayang kembali berpuluh puluh bulatan bakso yang ia kunyah.

"Pikirin penyakit lo, emang dari kecil keknya lo kebanyakan micin. Dongo! Sampe otak lo kena kanker segala! Nyusahin"

"Ya mau gimana lagi Jeno, ih! Orang sehat memang nyebelin ya?" Juna menjauhkan tangannya dari punggung lebar Jeno yang masih membelakanginya.

Tetapi di saat itu juga, Jeno kembali menarik telapak tangan Juna untuk melanjutkan pijatannya.

"Emang nggak ada permintaan lain apa?"

Juna tersenyum tipis. "Engga deh, cuma itu aja. Setelah itu,—"

"Iya deh,," sahut Jeno dengan cepat. "Tapi awas kalo sampe lo nggak ngembaliin Nana sama gue!"

"Tenang kali Jen, manusia penyakitan kaya gue mah nggak bakal di anggap ayah mungkin sama Nana hehe. Sebenarnya, banyak banget yang pengin gue omongin sama Lo. Tapi nanti aja deh, temuin gue sama Nana ya Jen. Gue mohon banget"

Kini punggung Jeno terasa hangat, siapa sangka bahwa Juna akan berusaha duduk sendiri dan mendekap kembarannya dari belakang??

"Makan bakso bertiga sama Nana, tapi kasih aku sambel juga"

Daddy Jen 02 || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang