02. He is my Daddy! My daddy !

5.1K 276 17
                                    

Nana ngulet seenaknya di atas kasur, mulutnya bergerak seakan mengunyah sesuatu. Padahal, jam pagi baru saja memanggilnya. Mata Nana mengerjap pelan, bersusah payah mengumpulkan nyawa yang masih nyangsang entah di mana.

Lalu???

"Daddy—????"

Sial, mengapa hanya Nana seorang diri saat ini? Bukankah semalam tubuh lelahnya tengah menelungkup di atas dada dan perut daddy'nya??? Nana menyibak kasar selimutnya, berjalan menuju private toilet di kamarnya dengan wajah marah.

"Kenapa harus bobok sendiri? Nana mau bareng sama daddy"

Seperti tidak tau saja, sudah pasti Jeno akan memilih tidur bersama istrinya.

Usai membersihkan diri dari sisa rasa kantuknya, Nana berjalan menaiki tangga dan mencari dimana sosok daddy yang sangat ia rindukan.

"Daddy??"

"Nana kangen daddy, daddy di mana??" Nana berlari sampai keluar rumah, tidak perduli Naeun melintas di depannya dengan pakaian yang begitu anggun melekat di tubuhnya.

"Daddy disini sayang" suara bariton yang sangat Nana kenali, anak itu berlari kecil ke arah Jeno yang sudah siap dengan pakaian formal-nya.

Tanpa babibu, Nana langsung melompat bagaikan koala merindukan dahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa babibu, Nana langsung melompat bagaikan koala merindukan dahan. Ya, anak itu mengapit pinggul kokoh ayahnya dan menaruh lehernya di pundak sebelah kanan.

Tentu saja sang ayah hanya bisa tersenyum manis, memasukkan ruas telapak tangannya pada croptop putih yang di pakai anaknya. Mengelus punggung hangatnya.

Nana memang sangat menyukai sesuatu yang girly, dan Jeno tidak keberatan akan hal itu.

"Dad mau kemana?"

"Manja, cantik, seksi suaranya,, siapa dia? Milik daddy"

"ihhhhh, daddy nyebelin deh. Kan Nana masih kangen, masa udah di tinggal kerja" tangan Nana membelai lembut ceruk ayahnya.

"Hari ini dad ada meeting dengan perusahaan Om Mark sayang, apa Nana ingat ?"

Nana menegakkan tubuhnya, memudahkan daddy'nya menatap aura pagi anaknya yang begitu menawan. Masih ada bekas sembab di mata anaknya, Jeno usap dengan ibu jarinya. Sedangkan tangan kanannya, masih menopang pantat anaknya.

"Om Mark yang pernah ngomong ke daddy kalau dia suka sama Nana kan?"

Jeno terkekeh, mencium dada Nana dengan lembut. "Dad tidak akan membiarkan anak dad berpacaran"

"Nana cuma sayang sama daddy" kekeh Nana, ia lumat bibir ayahnya.

"Ekhm,, mass sudah jam delapan ini" Naeun mencubit pelan pergelangan tangan suaminya, kemudian tersenyum tipis pada Nana.

Perduli apa, Nana malah sengaja menyenderkan kepalanya di perpotongan leher sang ayah.

"Nana, dad harus pergi"

Daddy Jen 02 || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang