21. 🔞 vs Juna Jeno

5.7K 251 35
                                    

Nggak Ngevote bisulan !
Ini Part Dewasa 😌🕊️
Buat hiling dulu sebelum HUKUMAN menimpa pajen ya ngga???









Nggak Ngevote bisulan ! Ini Part Dewasa 😌🕊️Buat hiling dulu sebelum HUKUMAN menimpa pajen ya ngga???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Na Jaemin!"

Nana memutar badannya, saat itu masih duduk bersimpuh di atas lantai. Ia melanjutkan tangisannya seraya,—memperlihatkan sebuah novel yang membuat matanya pipis saat itu juga pada daddy'nya.

"DADDY HUAAAAAAA,, NANA BACA BUKU INI TERUS MENANGIS HIKKSS HIKKKKSS"

Sebelumnya, suara mobil Jeno memang sudah nana dengar. Ia menyimpan surat pertamanya di dalam tas, menangis setelah melipat satu surat yang sudah ia baca dan surat yang masih utuh berwarna putih itu.

Mungkin Nana memang sudah lihai untuk berbohong, ia kembali menangis hingga Jeno meletakkan bingkisannya di atas kasur. Mendekati Nana dan mengecek buku apa yang baru saja Nana baca.

"Aku, Kamu dan Eskrim" gumam Jeno, mendapati wajah merah anaknya dengan gemas. Itu adalah buku mewarnai milik Nana sewaktu TK. Ah, mungkin Nana merindukan masa kecilnya pikir Jeno.

"Kamu menangisi buku sayang?? Sedangkan daddy membelikanmu es krim saat ini?"

"Benarkah daddy??" Nana langsung menghambur pada tubuh daddy'nya yang berjongkok di depannya.

Mengalihkan atensi seorang Jeno untuk tidak mengecek slingbag di samping Nana. Tempat dimana surat Nana bersarang saat ini.

Nana di gendong seperti koala menuju sofa kamar itu, masih dengan tangisan yang sama. Logat yang semakin manja dan membuat Jeno mengusap-usap pantat sekal anaknya. Bagi Nana, ini wajar—karena Nana pun rindu belaian tangan sosok bongsor di depannya ini.

Berarti Jeno tidak mendengar tangis dan raungan Nana tentang ibunya ?? Kalau tidak, Nana perlu bersyukur akan hal itu.

"Some ice cream— or things more creamy than ice cream daddy??"Jeno menoleh ke arah Nana yang tampak menggigit bibir bawahnya.

Bibir tipis ranum itu tampak menggoda dengan bekas guyuran air dari matanya. Isakan Nana pun masih membekas, bahkan Jeno sesekali mentertawakannya.

Nana, dengan kemeja putih tipis kebesaran yang membalut tubuh cantiknya kini beralih duduk di pangkuan Jeno.

Menatap dengan sendu rahang daddy-nya yang mulai mengaduk kotak berisi es krim rasa vanilla.

"Daddy,,"

"Yess baby??"

"Umm,, can i taste your cream??"

"My cream??" Jeno tersenyum, menatap bagian bawah Nana yang tampak menggesek maju mundur. Rupanya, ini yang Nana rindukan dari daddy-nya? So, Why Not??

Dan perlu di ketahui, Nana pun tidak memakai celana. Hanya kancut berenda warna pink yang membalut dan sebuah pita warna senada yang mengikat penis mungilnya.
Oh, rupanya memang Nana sudah mempersiapkan semua ini.

Daddy Jen 02 || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang