5: COFFEE SHOP

5.2K 686 15
                                    

Sekarang Mizu dan Suga sedang menunggu pesanannya.

"Kau..apa sedang ada masalah?" tanya Suga.

"Ah? Tidak" jawab Mizu.

Mereka memang sudah bertemu akhir-akhir ini, dan baru saja kemarin berkenalan. Dan ini pertama kalinya Suga melihat wajah Mizu yang sedih, ya walaupun mereka belum lama bertemu tapi Suga bisa melihat perubahan itu.

"Biasanya..appa suka mengajakku minum kopi juga sore-sore begini" kata Mizu. "Tapi sekarang itu tidak akan bisa lagi, karena..itu tidak akan bisa lagi..karena kemarin lusa.." tak lama penglihatan Mizu memburam dia tak mampu melanjutkan perkataannya lagi.

Suga berusaha mencerna perkataan Mizu itu, dan dia sepertinya mengerti. Melihat Mizu yang tertunduk menyembunyikan tangisnya, dia tak sanggup.

Dia pun memindahkan kursinya kedekat Mizu dan mendekapnya kedalam pelukannya itu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menopang dagunya. Dia hanya ingin menyembunyikan Mizu yang sedang menangis, agar tidak dapat terlihat siapa pun. Tak lama pesanan pun datang, dan Mizu sudah mulai tenang.

"Maafkan aku.." kata Suga. "Aku salah membawamu kesini, maaf ya."

"Tidak apa-apa" jawab Mizu dengan suaranya yang sedikit bergetar.

"Aku turut berduka. Mm..apa sebaiknya kita pergi darisini?" tanya Suga yang berusaha meluruhkan suasana.

"Tidak usah, tidak apa-apa" ucap Mizu mengangkat wajahnya setelah menghapus air matanya.

[Mizu's POV]

Aku tak mengerti kenapa aku menangis. Padahal kemarin aku benar-benar tidak bisa. Aku seharusnya tidak boleh begini, aku harus menjadi kuat untuk menopang ibuku, tetapi sebenarnya aku pun lemah, aku pun membutuhkan penopang. Bodohnya aku. Dan tiba-tiba saja Suga mendekapku. Dia menenangkanku..

"..apa sebaiknya kita pergi darisini?" katanya meluruhkan suasana.

"Tidak usah, tidak apa-apa" kataku mengangkat wajahku yang sebelumnya aku bersihkan dari air mata ini.

Suga tersenyum menatapku, dia mengusap kepalaku. "Orang yang menangis itu tidak lemah, tapi dia kuat" katanya sambil mengusap sisa-sisa air mataku dengan tangannya. Hangat.

Dia pun menyodorkan Coffee latte-ku. Kami meminumnya bersama.

"Kau, kurasa tadi kau tidak pakai kacamata" kataku berusaha membuka pembicaraan.

"Ah? Oh ini, tidak apa-apa kan? Aku hanya takut ada yang mengganggu ", jawabnya yang tidak jelas.

"Mengganggu? Seperti apa?", tanyaku yang benar-benar tidak mengerti.

"Seperti tadi", katanya sambil meneguk kembali kopinya.

"Ohh, jadi siapa mereka? Kenapa mereka mengenalmu?" tanyaku setelah mengingat anak-anak perempuan yang membicarakan Suga didepan sekolah tadi.

"Kau salah Mizu, seharusnya kau bertanya 'Siapa aku?'" ralatnya.

Tiba-tiba ponselnya berdering.

"Ya?"

"..."

"Aku lagi diluar.."

"...."

"Iya..iya sebentar..."

"...."

"Ok baiklah aku kesana cerewet" Suga mematikan ponselnya. "Mizu aku harus latihan, beritau dimana rumahmu, akan kuantar" jelasnya sambil bangkit dari duduknya.

"Latihan? Kau ikut bela diri? Apa kau atlet?" tanyaku menebak.

"Ah kau ini banyak bertanya. Cari tau saja sendiri" katanya sambil menarikku keluar menuju mobil.

Stop NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang