"Kami pergi Mizu eomma" ucap Suga pada ibu Mizu.
"Bersenang-senanglah" ucap ibu Mizu.
Saat mereka berbalik untuk pergi..
"Suga, terimakasih. Jangan merasa bersalah" ucap ibu Mizu yang membuat Mizu mengernyitkan dahi. Disini hanya Suga dan ibu Mizu yang mengerti.
"Iya, maafkan aku" kata Suga.
Mereka pun memasuki mobil dan pergi.
"Apa itu?" tanya Mizu.
"Bukan apa-apa" kata Suga.
"Kalian merahasiakannya dariku?" tanya Mizu yang langsung cemberut.
"Mizu, jangan bermuka seperti itu. Kau ingin membuatku membawa rasa bersalah saat pulang nanti?" tanya Suga.
Ya Mizu pun mencoba untuk melupakan itu. Yang penting adalah dia harus membuat hari ini menjadi hari yang berkesan untuk Suga.
"Baiklah, apa rencanamu hari ini?" tanya Mizu.
"Membuatmu tersenyum sepanjang hari untukku" ucap Suga sambil melirik kearah Mizu.
Tak lama Suga memasuki mobil menuju taman bermain. Mizu sumringah.
"Sudah lama sekali..apa tidak terlalu dewasa untuk bermain disini?" tanya Mizu mengingat umur mereka yang sudah dua puluh tahun-an.
"Tidak terlalu dewasa untuk merasakan kesenangan, bukan?" ucap Suga.
Setelah memarkirkan mobil dan membeli tiket dimulailah kesenangan mereka menjelajahi setiap wahana dengan canda dan tawa. Sesekali mereka mengejek satu sama lain karena kepayahannya masing-masing.
Pk 12.00
Mereka beristirahat sejenak dan mengisi perut mereka yang kosong.
"Aku senang" ucap Mizu tersenyum manis pada Suga.
"Benarkah? Syukurlah" jawab Suga dengan wajah yang semakin menampakkan keresahan.
Mizu tidak berani bertanya, dia pura-pura saja tidak menyadari itu sejak tadi. Padahal banyak sekali pertanyaan dibenaknya.
Kau kenapa Suga? Ada apa sebenarnya? Apa yang kau bicarakan dengan eomma? Kenapa senyummu dipaksakan? Kenapa kau menghela nafas panjang beberapa kali? Apa yang membebanimu?
Setelah selesai makan dan beristirahat mereka bermain kembali dengan lebih santai.
Pk 14.00
"Ayo kita naik itu setelah itu kita pulang" ajak Suga.
Mizu menurut. Mereka pun menaiki kincir itu. Mereka berdua hanya terdiam. Suga dalam pikirannya sendiri entah kemana. Mizu mencoba menikmati ini. Sampai akhirnya mereka turun pun tak ada yang angkat bicara. Mereka keluar menuju mobil dan pergi. Selama perjalanan pun hanya bisu yang ada. Sampai akhirnya Suga membuka mulut.
"Beritahu aku tempat dimana aku bisa bermain basket" pinta Suga.
Mizu pun memberitahu Suga menuju sebuah taman. Suga langsung turun membawa basketnya dia memantul-mantulkan bola dan memasukkannya ke ring beberapa kali. Mizu duduk dibangku menjadi penonton. Awal pertemuan mereka pun seperti ini bukan?
Semakin lama Suga semakin tak menentu dia menambah kecepatan dan kekuatannya seperti sedang menyalurkan amarahnya. Suga lepas kendali. Mizu yang tak tahan berlari kearahnya.
"Suga hentikan..kumohon. Ada apa denganmu?!" tanya Mizu.
Suga yang dihalangi Mizu tetap bermain kasar, menjadi-jadi.
"Suga!" Mizu heran dia panik.
Setelah melempar bola ke ring dengan kasar dia menjatuhkan dirinya berlutut. Diam tertunduk. Mizu semakin yakin daritadi memang ada sesuatu. Entah itu apa. Dia langsung menghampiri Suga berlutut didepannya.
"Ada apa Suga?" tanyanya khawatir.
"Hosh..hoshh.." Suga masih berusaha mangatur nafasnya. Mizu menunggu.
"Mizu, kita harus menyudahi hubungan ini" ucap Suga setelah nafasnya teratur. "Maafkan aku ini..kita..sialan!" Suga berdiri ingin mengambil bolanya kembali.
Tapi Mizu sudah memeluknya.
"Sudah Suga hentikan. Tidak apa-apa, aku tidak apa-apa. Aku mengerti.." ucap Mizu mencoba menenangkan Suga.
Suga berbalik menarik Mizu kedekapannya kembali. "Maafkan aku, sungguh" lirih Suga.
Pk 17.00
Suga berpamitan pada ibu Mizu dan Mizu untuk kembali ke Seoul.
"Terimakasih Suga" ibu Mizu memeluknya seperti seorang ibu pada putranya. Setelah itu Suga menatap Mizu yang ekspresinya sulit diartikan.
[Mizu's POV]
Aku tak mengerti apa yang kurasakan. Sedih, tapi tak menangis? Aku tak bisa bukan tak ingin. Berat, aku tak tau bagaimana ekspresiku sekarang.
"Mizu.." aku menatapnya. Suga, dia akan pulang kembali ke Seoul.
"Jaga dirimu Yoongi-ah.." kataku.
Sial Suga mendekapku kembali.
"Maaf, terimakasih..Mizu-yah.." bisiknya.
Setelah itu dia pergi memasuki lorong dan menghilang.
17 Oktober saat musim gugur yang romantis..
Hubungan kami berakhir.
Stop Now—The End.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stop Now
FanfictionKetika sebagian pasangan lain memutuskan hubungan karena suatu masalah, yang ini malah karena kesepakatan