MURDERER OR HERRO

0 0 0
                                    

Udara malam kota london menusuk kulit ashley
yang baru saja keluar dari toko obat di dekat
apartemennya, dia membenarkan syal dilehernya.

Berjalan melewati trotoar yang cukup seram dengan lampu redup di sepanjang trotoar, ashley mengosok kedua tangannya untuk menciptakan rasa hangat.

Entah kenapa perasaannya mendadak kurang
enak, jantungnya berdegup cepat karna rasa takut
yang ia rasakan. Ia langsung meyesali pilihannya
melewati jalan pintas, ashley berjalan semakin cepat menundukan kepalanya tak berani menatap depan.

Hingga ia terpekik kaget saat tangannya di tarik
dengan kasar oleh seseorang, bau alkohol tercium
dari tubuh seorang pria dengan baju kusut yang
menariknya.

"help !!!!" ashley berteriak saat orang itu mulai jatuh menindihnya

"you look so beautiful" bisik pria itu dengan suara
seraknya

Ashley benar-benar ketakutan, ia terdiam membeku saat tangan pria itu meraba pahanya.

"please, let me go.." lirih ashley dengan isak tangisnya

Tapi pria itu tak mendegar bisikan ashley, dia masih sibuk menindih ashley bahkan dia mulai berani mencium syal yg ada di leher ashley.

Dugh !!!

Suara tendangan cukup keras, pria itu terpental.
Ashley langsung menoleh kekanan, pria bertubuh
tegap berdiri tepat di sampingnya. Pria itu tak
terlalu jelas siapa, karna dia memakai pakaian serba hitam di tambah gang itu amat sangat gelap.

"bangun!" Ucap pria misterius itu

Deg!

Jantung ashley bergedup kencang saat mendegar
suara pria itu, pembunuh itu suara pembunuh.

Ashley mengasiani hidupnya.

Apa hari ini aku kan mati. Bisiknya dalam hati,
tubuhnya sangat dingin jantungnya berdegub
kencang, kepalanya sangat pusing. Yang terahir
ia ingat pembunuh itu membunuh pria yang
akan memperkosa dirinya, lalu pandangannya
mengelap.

***

Ashley terbangun karna gongongan brave yang
cukup keras, ia terduduk di ranjangnya. Nyeri
langsung menyerang kepalanya, ia mencoba
mengigat kejadian semalam.

Apa itu mimpi ?Pikirnya, namun ia masih ingat jelas itu benar-benar terjadi aku masih hidup guman ashley lalu siapa yang membawaku pulang? Apa sang pembunuh? tebaknya
Namun seketika dia langsung mengelengkan
kepalanya, dan tertawa kecil.

mana mungkin, dia tak membunuhku itu sebuah
keajaiban. Dan masih berfikir dia mengatarku pulang, itu hal yang mustahil ocehnya.

Ashley merasakan tengorokannya kering, saat ia
akan turun dari tempat tidurnya pintu kamarnya
terbuka. Sontak ashley langsung melihat siapa yang ada di apartemennya sepagi ini, kate sedang di paris untuk pemotretan.

"kau sudah bangun?"

"k..kkau.." bisiknya, seolah pita suaranya tak dapat
mengeluarkan suara "sang pembunuh" lanjutnya
Ya dia sang pembunuh, pria dengan rahang tegas
dan badan tegap tengah berdiri di pintu kamar
ashley, jika ashley tak waras dia akan tergoda., dengan ke indahan tubuh dan wajah pria itu.

Priaitu melangkahkan kakinya mendekati ashley yang masih membeku duduk di ranjangnya.

"bagaimana keadaanmu?" tanya pria itu sambil
menyodorkan secangkir teh hangat pada ashley

"kau ingin meracuniku?"tanya ashley tanpa
menjawab pertanyaannya

Pria itu menatap ashley dengan senyuman geli,
dengan santai pria itu meminum teh yang ada di
tangannya. Ashley terkejut melihat kelakuan pria itu.

"minumlah aku tak meracuninya" kata pria itu
setelah meminum teh yang ia buatkan untuk ashley

"kau ingin aku meminum bekasmu?" tanya ashley
terkejut

Pria itu meletakan cangkir putih itu di nakas
samping tempat tidur ashley.

"Rega" katanya

Ashley mengeryit bingung sambil menatap wajah
pria itu.

"namaku rega" lanjutnya

"aku tak perduli siapa namamu" kata ashley
tajam "kapan kau akan membunuhku?" lanjutnya
menatap tajam mata Rega dengan keberanian yg
ia kumpulkan

Rega tertawa kecil saat mendegar pertanyaan ashley.

"ada yg lucu ?!" bentak ashley, matanya
berkaca-kaca.

"siapa yang akan membunuhmu?" tanya rega
dengan geli

"kau membunuh tetanggaku, kau membunuh
pria itu semalam, kau pasti akan membunuhku
sekarang!" bentak ashley, ia lalu terbatuk
tersedakisak tangisnya sendiri

"minumlah, kau akan mati tanpa ku bunuh" kata
rega menyodorkan secangir teh yang kini sudah
dingin

Ashley menatap cangkir teh yang rega sodorkan,
tanpa sengaja ia melihat luka cukup parah di tangan rega.

"aku tak meracuninya" kata rega menyodorkan
cangkir teh kepada ashley

Ashley masih sedikit terisak, ia meminum teh yang rega buatkan untuknya. Rega menatap wanita di depannya.

"kenapa kau akan membunuhku sekarang?" tanya
ashley sedikit takut

"nanti, aku akan membunuhmu nanti" kata rega
tanpa mengalihkan pandangannya

"jadi kapan kau akan pergi dari rumahku?" tanya
ashley

"kau merasa tak nyaman?" Bagaimana aku bisa nyaman jika ada seorang pembunuh di rumahku

"aku bisa dengar" guman rega, ashley menatap rega horor "kau mengucapkannya dengan jelas, baiklah aku pergi" kata rega lalu meningalkan ashley

Ashley tanpa sengaja menghembuskan nafas lega
saat mendegar pintu apartemennya tertutup, ashley baru sadar kalau ia seperti pernah melihat pria itu. Namun ashley mengagap angin lalu, hanya memikirkan pria itu saja ia langsung bergidik ngeri.

"hai brave.." sapa ashley saat melihat anjing
kesayangannya itu tengah bersantai di sofa

Ashley menaruh laptopnya di meja depan
televisi, lalu mengelus kepala brave sambil lalu.

Ia mengambil beberapa cemilan di lemari es, dan
menemukan sebuah memo dengan tulisan rapi di
pintu lemari esnya.

aku membuatkan mu sarapan, jangan lupa makan
dan minum obatmu!

Sontak dia langsung menoleh ke meja bar di
dapurnya, terdapat dua tangkup roti pangang
dengan bacon dan juga omelete tak ketingalan
air putih dan aspirin. Ashley terperangah, dia
berfikir apa seperti ini trik dia sebelum membunuh korbannya.

Berbaik hati kepada korbannya ketika
korbannya lengah dia langsung membunuhnya.
Ashley membawa sepiring sarapan, obat dan air
putih ke meja depan televisi. Baru saja duduk dan
menyalakan laptopnya, telfonnya berdering pengilan masuk.

Rega calling...

Sejak kapan dia menyimpan nomor pembunuh?
pikirnya dalam hati

"kau sudah memakan sarapanmu? "tanya rega saat ashley mengakat telfonnya

"apa kau meracuni makanan ini?" tanya ashley
menatap makanan di piringnya dengan ngeri

"aku tak suka membunuh dengan racun, seperti
pengecut. Jadi habiskan sarapanmu dan minum
obatmu!" kata rega tegas

"brave sudah ku beri makan
dan aku suka novelmu" lanjutnya lalu memutus
pagilannya

Jika ashley gila, jika dia tak tau kalau orang yg baru saja menelfonnya adalah pembunuh. Mungkin dia akan langsung jatuh cinta, pria itu begitu perhatian dan menawan. Namun ashley tak terlalu gila untuk jatuh cinta dengan pembunuh berdarah dingin.

***

TBC..
Thanks for read my story, dont forget like dan
coment.
LOVE YOU

LOVE YOUR DARKSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang