PERJUANGAN

0 0 0
                                    

Malam itu malam penuh perjuangan untuk
ashley, dengan seluruh tenaganya ashley mencoba menyelesaikan ceritanya. Bagian yang menurutnya sangat menyiksa dirinya, kali ini bukan ceritanromance mellow yang ashley tulis bukan cerita cengeng menguras air mata atau cerita penuh simpati.

Kali ini ashley menulis sebuah cerita
romantis penuh dengan darah, cerita romantis
yang tidak menguras air mata atau tidak membuat pembaca tersenyum-senyum sendiri.

Namun ashley menulis cerita yang menegangkan, yang membuat pembaca merasa ngeri namun tetap nyaman dengan cerita itu.

Tapi ada satu masalah, setelah kejadian malam
pembunuhan itu. Ashley selalu mual jika
mengingatnya, bukan takut akan darah atau takut
akan luka yang menganga. Bahkan bukan rasa takut yang ashley rasakan saat mengingat kejadian itu, namun rasa mual yang menyiksanya.

Ashley menahan mual di perutnya, berusaha
mempertahankan makan malam yang ada di
perutnya. Jari-jarinya terus mengetik di Atas.
keyboard laptopnya, ia mengigit bibirnya
menahan rasa mual yang seakan telah sampai di
tengorokannya.

"Satu paragraph lagi" bisik ashley, mencoba
menyemangati dirinya.

Kringat bercucuran di wajah ashley bahkan
membasahi rambut yang menempel di wajah ashley.

Mual ashley semakin terasa saat ia menulis adegan pembunuhan di ceritanya, kejadian itu seolah berputar di kepala ashley membuatnya pening seketika. Ashley meletakan laptopnya di atas kasur, dengan terburu-buru ia berlari menuju kamar mandi yang berada di kamarnya.

Menutup mulutnya berharap tak mengeluarkan isi perutnya di lantai kamarnya, karena ia terlalu malas untuh membersihkannya.

Ia berjogkok di depan klosed, memuntahkan semua makan malamnya di dalam benda warna putih itu. Ashley benar-benar mengeluarkan semua isi perutnya bahkan ia mengeluarkan cairan berwarna kuning yang membuat mulutnya terasa pahit. Ashley merebahkan kepalanya di pingir klosed duduk itu, nafasnya terengah-engah dan badannya terasa lemas.

***

Ashley membereskan kertas-kertas penuh tulisan itu yang berserakan di atas meja ke dalam tasnya.

"Kau ingin ku antar pulang?" Tanya felix sambil
memperhatikan ashley yang cukup sibuk

"Aku membawa mobilku" jawab ashley meneguk teh mintnya yang kini sudah dingin

"Baiklah akan ku antar sampai di mobilmu" kata
felix yang kini sudah berdiri dari tempat duduknya.

Ashley hanya tersenyum, lalu mereka berjalan
beriringan hingga ke mobil ashley yang ia parkir
tepat di sebelah pintu restaurant.

"Thank you, felix" kata ashley saat felix membukakan pintu untuknya

"Semangat terus menulisnya, aku tak suka jika
ada yang melewati deadline" kata felix dengan
senyumannya

Ashley hanya tersenyum dan menganguk, lalu
mengeluarka mobilnya dari pernataran parkir
tersebut, mengelakson sekali sebagai ucapan
selamat tinggal untuk felix sebelum mobil Ashley
benar-benar menghilang.

***

Riener tengah berbaring di sofabed berwarna coklat gelap, ia memejamkan matanya mencoba menikmati musik kalsik yang menenagkan.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya seorang pria yang duduk di pinggir meja kotaknya dengan name tag Dr. Felix boston, SpKJ, ia adalah psikiater muda yang telah meyembuhkan berbagai ganguan mental.

"Aku tak merasakan apapun di dalam tubuhku, aku bahkan tak bisa mendegarkan cemoohan dia yang selalu di ucapkannya setiap waktu" jawab riener masih memejamkan matanya

"Apa dia telah menghilang?" Tanya dr. Felix

"Aku rasa belum, dia hanya melemah" jawab riener

"aku tak ingin dia pergi, sebelum aku tau apa yang
membuatnya muncul" lanjut riener
Dr. Felix melepas kacamata yang ia pakai memijit pangkal hidung yang sedikit pening, ia menarik kursi di depan meja kerjanya lalu duduk di samping sofa bed yang di tiduri riener.

"Dengar, seburuk-buruknya sisi gelapmu dia juga
bagian hidupmu, kau harus bisa menerimanya.
Kalian berbeda namun berada dalam satu tubuh,
jika kau ingin tau apa yang terjadi di masa lalu,
berusahalah untuk berbicara dengannya. Apa
yang membuatmu menciptakannya? Apa yang
membuatnya sangat membencimu?. Tanyakan
padanya!" Nasehat Dr. Felix

"Aku sudah pernah mencoba untuk berinteraksi
dengannya, namun apa yang aku dapat hanya
cemooh yang membuatku semakin kesal" jawab
riener

"Kau harus menahan amarahmu. Kemarahan dan
emosi adalah kekuatan untuknya" kata Dr. Felix

"Kau benar, baiklah aku akan berusaha lebih untuk menahan amarahku dan aku akan berinteraksi dengannya lagi" kata riener

"Cukup untuk hari ini, apa obatmu masih?" Tanya
Dr. Felix

"Ya masih, aku akan meminta resepnya lagi jika
obat itu habis" kata riener "baiklah aku harus pergi, terimakasih Dr. Felix" lanjut riener lalu keluar dari ruangan henry yang di dominasi warna coklat dan cream.

***

Riener keluar dari kamar mandi dengan balutan
handuk abu-abu di pinggulnya, ia berdiri di depan
cermin setinggi tubuhnya. Pantulan di cermin
itu memperlihatkan tubuh riener yang setengah
telanjang, tetesan-tetesan air dari rambut basahnya mengalir melewati dada bidang kemudian turun ke perut penuh dengan pack riener lalu terserap ke dalam handuk yang melingkar di pinggulnya.

Riener menatap cermin itu dengan tatapan penuh
emosi, sedangkan bayangan di cermin itu menatap riener dengan pandangan meremehkan.

"Aku tak akan pernah membiarkanmu membuat
masalah lagi!" Guman riener penuh emosi

Bayangan di cermin itu tersenyum miring, seperti
meremehkan ucapan riener.

"Kau tak akan bisa menghalangiku, aku bahkan lebih tau kau dari pada dirimu sendiri" jawab bayangan itu

"BERHENTI MEMBUAT MASALAH!" Teriak riener
penuh emosi

"Masalah?" Tanya bayangan itu "apa kau membahas tentang wanita jalang itu? Elizabet wanner?" Lanjutnya

"Rega.." Geram riener "kenapa kau membunuhnya? Aku sudah bilang, aku akan mengurus wanita itu!" Lanjut riener masih dengan emosinya

"Ya kau memang memgurusnya, kau berhasil
mengurusnya dengan memberinya fasilitas mewah dan uang? Hah!" Sindir rega "aku tak tahan dengan caramu mengurusnya, jadi aku membunuhnya" lanjut rega dengan tenang

"KAU TAK PERLU MEMBUNUHNYA, BRENGSEK!"
Teriak riener

"Aku membunuhnya karena dia yang membuat
keluarga kita berantakan, secara tak langsung dia
yang telah membunuh mama. Dia berselingkuh
dengan pria tua sialan itu, dan membuat mama
terkena serangan jantung!" Jawab rega tak kalah
emosi "apa aku harus diam saja?!" Tanya rega
frustasi dan penuh kebencian

"Apa?!" Tanya riener yang memang tak tau menau
jika wanita itu telah berselingkuh dengan ayahnya, yang ia tau selama ini wanita itu hanya seorang pegawai biasa dan mengelapkan beberapa uang di perusahannya. Bukan sebagai wanita selingkuhan ayahnya.

"Kau tak tau apa-apa jadi jangan pernah ikut
campur, kau hanya seorang pengecut yang selalu lari dari masalah. Kau pengecut yang tak pernah bisa menghadapi masalah yang kau hadapi" kata rega

"Rega, apa yang kau bicarakan ?!" Teriak riener,
ia menatap cermin itu namun yang ia lihat hanya
dirinya sendiri di dalam cermin itu, rega telah pergi.

"SIALAN KAU, REGA!" Teriak riener lalu meniju
cermin itu dengan tangannya, serpihan-serpihan
cermin itu mengores tangannya membuatnya
terluka.

***

~TBC~
If you like my story don't forget coment and like

LOVE YOUR DARKSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang