The Rivalry-Kemenangan

6 2 26
                                    

"Lima-kosong, anjir! Gampang banget!" Celetuk Guntur tatkala Cendikia B berhasil mengalahkan Nitra A dengan mudah. Semuanya tersenyum, terutama Guntur karena dia tidak terlalu lelah menangkap bola sebab Nitra A tidak meluncurkan serangan yang berbahaya. "Aing tadi di gawang sampe ngopi." Guntur menambah gurauannya.

"Nitra nih katanya yang tim B lebih ngeri. Tapi kayaknya bakal kalah banyak juga sama kita, hahaha! Lagian, ya, anjir, si Noah dribbling aja mereka cuma planga plongo, hahahaa!" Ujar Barra sesuai dengan apa yang tadi dia lihat selama pertandingan.

Noah terkekeh, tak heran jika Nitra A terlihat membiarkan dirinya mencetak gol begitu saja, lagipula dribbling Noah memang tidak akan bisa dihentikan. Tidak akan bisa dan tidak akan pernah dihentikan, Noah jamin itu.

Sementara Zayyan daritadi terlihat diam saja memandangi ponselnya, lantas Barra bertanya, "Napa, Jay?" Katanya. Zayyan tersadar, ia menengok ke arah Barra, "Gak." Setelah berkata seperti itu, Zayyan berdiri dan tiba-tiba pergi.

Teman-temannya disana heran, tapi Zayyan mempunyai alasan tersendiri. Zayyan hendak menemui Kesya, perempuannya.

Di taman belakang, di sana lah Zayyan bertemu gadis itu. "Kesya," Sapa Zayyan disertai senyuman.

Kesya juga tersenyum, mempersilakan Zayyan duduk di sebelahnya. "Kamu tadi menang, 'kan?"

"Hehe, iya."

"Selamat, Jayann! Aku bangga banget sama kamu, kamu itu yang paling kerenn, paling jago!" Puji Kesya tiada hentinya membuat wajah dan telinga Zayyan semakin memerah. "Ah, nggak juga. Gak usah terlalu berlebihan, Kes." Sanggahnya, malu.

Kesya tertawa kecil sembari menutup mulutnya, "Kamu malu, yaa, haha. Jangan malu gitu, ih, Jayann. Aku udah bilang, kamu harus terbiasa di puji sama aku karena nantii kamu bakal aku puji terus!" Ucapan Kesya hanya bisa bikin muka Zayyan makin merah dari yang sebelumnya, tapi Zayyan berusaha sekuat mungkin untuk tidak keliatan salting.

"Apa sih ..., aku udah bilang, Kes. Jangan berlebihan gitu, jadi aneh, tau."

Kesya kini tersenyum semakin lebar, ia menatap Zayyan lama, "Kamu salting, ya? Haha! Lucu banget, sih!" Lagi-lagi Kesya memuji dirinya, sedangkan Zayyan sendiri tidak tau harus menjawab apa karena telinganya terasa panas, wajahnya juga memerah.

Di tengah perbincangan, Kesya tiba-tiba teringat sesuatu, "Ah, iya!" Cewek itu merogoh sakunya.

"Kamu mau?" Kesya menawarkan biskuit kemasan ke Zayyan. Lelaki di sebelahnya itu menggeleng, "Nggak usah, buat kamu aja." Katanya sembari tersenyum ramah meski muka serta telinganya masih merah.

Lalu Kesya mulai memakannya. "Futsal putri itu mulai agak siang menuju sore gitu, 'kan. Jadinya aku kek bisa santai-santai dulu gitu loh ... bisa ngobrol sama kamu, bisa makan sambil liat kamu, bisa duduk di sebelah kamu, bisa ngelakuin apapun itu asal sama kamu!" Ujar Kesya seraya mengunyah biskuit itu, membuat pipinya menjadi bulat karena makan sambil ngomong.

Sudut bibir Zayyan terangkat sedikit, "Habisin dulu makannya, baru ngomong." Ucapnya.

Kesya seketika mengangguk kemudian mengunyahnya lebih cepat agar ia bisa kembali berbicara pada Zayyan. "Udah abis!"

"Jadi, ya, Jayannn, couple sekolah lain tuh pada jalan-jalan di area depan Cendikia loh!" Kesya memberi cowok di sebelahnya kode-kode agar dia mengajak Kesya jalan-jalan meski hanya di area depan sekolah, membeli jajanan sederhana bersama Zayyan itu sepertinya akan menyenangkan!

Bukannya peka, Zayyan malah menautkan kedua alisnya. "Terus kenapa?" Katanya, heran.

Tatapan Kesya pada Zayyan berubah menjadi lebih dingin. Ia menghembuskan napasnya berat, "Kayaknya seru, ya. Jalan-jalan keliling sekolah bareng pacar, jajan, makan berdua. Kayaknya SERU, yaa." Kesya sengaja menekankan kata 'seru' agar Zayyan lebih paham. "Oh, kamu mau juga? Tapi buat apa? Kita 'kan udah tau setiap sudut Cendikia, buat apa keliling-keliling lagi, dah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang