28► no matter how stubborn you are (pjs)

170 31 21
                                    

"Mau disuapin atau makan sendiri?"

"Disuapin."

"Manja."

Seketika Retha meremas keras botol air minum di tangannya, mendongak sinis pada Jay yang baru saja mencabut charger dari stopkontak. "Terus apa gunanya lo ngasih pilihan?"

"Gue mau ke studio sekalian ngambil keperluan lo," kata Jay tak acuh. Lagak Jay benar-benar membuat Retha ingin mendorongnya ke luar jendela.

Sungguh, siapa bilang Jay itu lembut dan perhatian? Siapa pun yang pernah mengatakannya harus bertukar posisi dengan Retha sekarang!

Di depan perawat saja Jay sayang, bahkan berinisiatif mengganti perban sang adik seakan itu sudah menjadi kewajiban. Giliran ditinggal berdua, musnah sudah kebaikannya. Dia tetap menjadi kakak menyebalkan melebihi kucing yang diam-diam mencuri ikan di atas piring.

"Pergi aja sono," sungut Retha sembari menenggelamkan kepalanya di bawah selimut, bersiap tidur lagi.

"Mending lo makan sekarang, Re! Matahari udah terang begini lo masih males-malesan?" Jay yang geregetan langsung menarik selimut Retha, tetapi dengan sigap gadis itu tahan.

"Ogah! Gue masih kenyang!" erang Retha. Bukannya memaklumi, Jay malah mengungguli tenaga gadis itu hingga berhasil membuat selimutnya tersingkap.

"Gue balik ke sini, itu udah harus habis." Telunjuk Jay mengarah ke piring tempat makanan empat sehat lima sempurna disajikan, tetapi siapa sangka Retha justru merengek seperti anak kecil dan menghadiahi Jay dengan deretan sumpah serapah.

Ya, seperti inilah kelakuan kakak beradik itu setiap pagi. Bertengkar tidak tahu waktu, saling beradu mulut seolah hanya mereka yang eksis di dunia.

Jay yang sejatinya punya kontrol emosi buruk harusnya tidak cocok dihadapkan dengan sosok pemberontak seperti Retha. Namun, apa daya? Mereka hidup merantau di sini. Jika keduanya tidak saling menjaga, siapa lagi yang peduli?

"You act like a mother, I hate you."

"Ga ada yang ngurus lo selain gue," balas Jay cuek.

"Gua masih punya temen yang bisa gua mintain tolong."

"Siapa?" Jay terkekeh remeh, ragu akan keputusan Retha yang terdengar seperti bualan itu. Jay sudah paham betul kalau kenalan adiknya tidak ada yang waras. "Oh, atau lo mau gue panggilin Jake? Biar lo tau rasanya diceramahin 24/7."

Retha langsung bergidik. Membayangkan Jake fokus padanya saja sudah membuatnya merinding. Bukan apa-apa, dia hanya teringat saat anak OSIS menertibkan murid yang terlambat. Waktu itu Jake berteriak heboh dan berlari ke sana kemari seperti tukang parkir kebun binatang. Bisa-bisa Retha masuk ruang THT jika benar Jay merealisasikan ucapannya.

"Kenapa harus cowok itu yang di-mention? Gua mau sama Jungwon aja."

Jay tersenyum miring. "Emang Jungwon mau berdua sama lo?"

"Musnah aja sana lo, Jay!"

Jay mengedikkan bahu tak peduli. Setelah merapikan selimut yang semalam dia pakai untuk tidur di sofa, laki-laki bersetelan kemeja seperti pekerja kantoran itu segera bersiap pergi ke studio. Kemarin Heeseung mendesak mereka untuk tetap tampil di malam puncak pertandingan persahabatan, sehingga Jungwon terpaksa mengajak grupnya melakukan gladi bersih pagi ini.

Terkadang Retha geli melihat style Jay yang tidak sesuai umur itu. Ditinjau dari wajah imutnya, Jay lebih pantas memakai pakaian bernuansa earth tone atau setidaknya menghindari warna-warna cerah yang membuat kulitnya tampak kusam. Itu juga berlaku bagi Retha yang entah kenapa lebih cocok menggunakan warna pastel.

Foreshadow | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang