13► honestly, i'm curious about your feelings (lhs)

212 75 63
                                    


Seumur hidup Jake, dia tidak pernah membawa pulang seorang gadis tanpa izin. Namun, hari ini berbeda. Mengingat Retha tidak sempat menyebutkan alamat, Jake terpaksa mengajak gadis itu ke rumahnya lebih dulu.

Setelah memarkirkan mobil, Jake berlari kecil menuju pintu utama untuk membuka kunci. Tidak ada asisten rumah tangga yang bekerja malam ini. Rumah minimalis yang elegan itu kosong sejak tadi pagi. Jake lalu segera kembali ke mobilnya yang diparkir asal di depan teras.

"Wake up, Re." Pundak Retha ditepuk-tepuk pelan. Jake berdecak karena gadis setahun lebih muda darinya itu tidak kunjung sadar. "Lo mau gue seret apa gimana?"

Panas, Jake langsung terdiam saat punggung tangannya tidak sengaja menyentuh pipi Retha. Di bawah penerangan mobil yang minim itu, wajah Retha terlihat pucat. Jake yakin ini bukan karena wine. Kemungkinan Retha sudah sakit sebelum datang ke pesta.

Jake meletakkan lengan Retha ke atas pundak dan meraih lututnya, tetapi kemudian berhenti mendadak akibat racauan kecil dari mulut gadis itu. Sejenak Jake menatap Retha sebelum menggelengkan kepala kuat-kuat, menyingkirkan niat buruk yang hampir membuatnya bertindak gila.

"I'm sure, you'll curse me in the morning." Tanpa banyak berpikir, Jake menggendong Retha menuju ruang tamu. Beruntung mamanya sedang dinas keluar kota, sehingga Jake tidak perlu menyiapkan mental untuk menghadapi omelan.

Jake membaringkan Retha di atas sofa, membenarkan letak bantal yang hampir jatuh ke lantai. Dengan hati-hati dia melepas sepatu putih gadis itu lalu meletakkannya di samping meja.

Orang bilang Jake punya hati yang bersih. Pernyataan itu terbukti karena Jake memang tidak pernah membeda-bedakan. Dia selalu mengulurkan tangan pada siapa saja yang membutuhkan, tak peduli sesering apa pun orang itu berbuat buruk padanya.

Setelah kembali dari dapur untuk mengambil kain dan air dingin, Jake duduk di atas permadani dan memandangi Retha yang belum sadar. Tak bisa dipungkiri, reaksi Retha memiliki efek tersendiri bagi Jake.

Mengubah ekspresi secara tiba-tiba adalah ciri khas Retha. Kesal atau datar, cuek atau lucu, gadis tomboy itu selalu punya cara untuk membuat orang-orang di sekitarnya merasa betah. Jake mulai yakin itu adalah salah satu alasan Heeseung sering bersamanya.

"C'mon, Re, wake up." Kain basah menyambut kulit wajah Retha yang lebam. Jake membasuh area itu perlahan dan penuh ketelatenan.

Mata Retha mulai terbuka, tetapi pening masih menyerang. Awalnya dia menatap Jake seperti halnya melihat Jay. Namun, itu hanya sebentar.

"Jake?" Sontak saja Retha terbelalak, bahkan sampai mengubah posisi menjadi duduk. Refleks itu jelas membuat kepalanya sakit berkali-kali lipat.

Jake mendengkus begitu mendengar Retha mengumpat. "Bego, kebanyakan gaya. Tidur aja makanya."

Retha menatap datar Jake yang duduk lebih rendah darinya. Tawa Jake hampir menyembur karena tampang polos gadis itu. Entah kenapa dia makin lucu saat diam.

"You remember everything, do you?" Jake berusaha menyembunyikan senyumannya, mengamati Retha yang baru saja membanting diri pada sandaran sofa.

"Kenapa lo yang bawa gua pulang?" Ekspresi frustrasi Retha makin meyakinkan Jake bahwa gadis itu memang sedikit mabuk.

"Gue ga mau lihat lo tepar di tengah jalan, you dumb." Jake duduk di samping Retha, meraih dagunya agar bisa lebih leluasa mengompres memar. Retha melihat ke arah lain, mengabaikannya.

"Kenapa lo baik sama gue? I mean, kita baru kenal." Telapak tangan Retha mengepal di atas sofa, menahan rasa sakit di pipinya. "Lo naksir gue?"

Jake terkejut dengan celetukan frontal dari Retha. "Why should I like you?"

Foreshadow | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang