Jay, Heeseung, dan Retha tampak rukun dengan ramyeon-nya masing-masing. Heeseung duduk di antara kakak-beradik itu karena suatu alasan, tetapi Jay sama sekali tidak menyadarinya.
Selain makan bersama, mereka juga menonton film action. Retha sengaja mematikan lampu untuk mendapatkan pengalaman yang lebih baik. Kebetulan sekali ada film bagus saat itu.
Beberapa menit kemudian, Retha tiba-tiba meletakkan ramyeon-nya ke atas meja sambil mengeluh. Untung saja ruangan itu gelap, sehingga tidak ada siapa pun yang dapat melihat keadaan mulutnya sekarang. Heeseung menoleh, sedikit heran. Tidak biasanya Retha berhenti makan di tengah jalan.
"Nggak habis?" tanya Heeseung yang langsung disuguhi isyarat tangan oleh Retha. Mulutnya masih penuh dengan ramyeon.
"Bentar, Bang." Retha susah payah menelan. "Perut gua mau meleduk."
Jay melihat Retha yang memegang perutnya, pasti hanya pura-pura. Tidak sekali dua kali gadis itu beralasan di depan makanan. "Kebiasaan! Kalau makan tu dihabisin!"
"Ini bener-bener ga bisa dipaksa, Jay!" teriak Retha sambil berguling-guling di sofa seperti cacing kepanasan, bahkan sampai memukul-mukul pundak Heeseung. "Aduh, pedes banget! Bang Hee sialan! Udah tau gua ga bisa makan itu!"
Jay menatap datar Retha yang lari terbirit-birit setelah melompat dari sofa. Lihat saja, gadis itu pasti berniat mengambil botol air mineral seliter di ruang penyimpanan. Alih-alih kenyang, malah perutnya yang kembung.
Di sisi lain, Heeseung dengan santainya mengambil alih ramyeon Retha. Dia melahap makanan itu sambil sesekali tertawa melihat akting seseorang di laptop Jay.
"Lo ngapain minta Re gantiin lo main basket?" tanya Jay tiba-tiba, membuat Heeseung urung menyuapkan ramyeon ke mulutnya.
"Ya gimana, ya ...." Heeseung mengembuskan napas, sudah menduga Jay akan menyinggung masalah itu hari ini. "Gue tiba-tiba dipanggil Jungwon tadi, sedangkan gue nggak bisa pergi gitu aja. Gue terpaksa nyuruh adik lo karena cuma ada dia di sana. Daripada duduk sendirian sambil muter-muter gantungan kunci, mending gue kasih kesempatan main."
"Lo nggak tau dia skip tiga jam pelajaran cuma karena itu?"
"Kata Jungwon emang lagi free class, kok. Lagian ada Bang Mingyu juga di situ, jadi gue pikir bakal aman-aman aja," terang Heeseung santai seakan sudah terbiasa melihat Retha bermain dengan seniornya. Jay hendak protes, tetapi Heeseung lebih dulu melanjutkan. "By the way, kita udah dapat studio buat latihan."
Jay mendengkus, paham kalau Heeseung sengaja mengalihkan topik. Namun, dia juga tidak ingin terlalu memikirkan masalah tadi pagi. "Di mana emang?"
"Yang Jungwon kasih tau kemarin, deket rumahnya Riki. Kayaknya perlu direnovasi, sih, tapi amanlah daripada stay di studio lama yang kena bobol." Sambil memakan ramyeon Jay, Heeseung menceritakan ulang apa yang dia dengar dari temannya. "Katanya kita bisa tidur di sana juga. Ada dua kamar, lumayan luas buat berempat atau bertiga."
"Yang lain udah tau?"
"Udah, tinggal babunya Layla aja. Dari tadi siang di-chat ga bisa."
"Layla siapa?" Tiba-tiba Retha menyambar pembicaraan setelah menuangkan air ke gelas. Jay mengembuskan napas sekali lagi. Benar dugaannya, Retha mengambil botol seliter yang baru mereka beli kemarin.
"Anjing-nya temen," jawab Jay santai, mengundang tawa Heeseung tepat saat laki-laki Amerika itu menekan kata pertama. Jay lalu mengetuk layar ponselnya, membuka group chat yang muncul di deretan paling atas. "Oh, Jake udah tau ternyata. Itu barusan muncul pake nomor baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreshadow | ENHYPEN
Fanfic"They shine with their own light. I love them, always and forever." Sebelumnya kamu hanya mengagumi suara mereka dari compact disk milik kakakmu. Namun, siapa sangka semua anggota band itu adalah orang-orang yang selama ini sering mengganggumu. Mere...