Kaigan berada di unitnya ketika aku berkunjung. Dia menahan pintu, menatapku lekat-lekat dan menungguku berbicara. Rambutnya tampak berantakan. Kaos di tubuhnya kusut dan jeans yang ia kenakan memiliki jejak serbuk rokok.
"Aku ingin mengatakan sesuatu."
"Maksudmu soal cinta-cinta sialan itu?"
"Bukan." Aku tahu betul kami sudah berakhir. Selamanya aku tidak akan bisa mendapatkan hati Kaigan. Hatinya telah dipenuhi nama Kim Hana. Siapapun perempuan Asia yang bersamanya hanya menjadi bayangan Kim Hana saja. Terkadang aku bertanya-tanya, secantik apa Kim Hana sampai Kaigan tidak mampu melupakannya. Dilain waktu aku merasa tidak peduli. Takut jika melihat wajah Kim Hana justru membuatku semakin merasa terpuruk.
Kaigan membiarkan aku masuk. Kamarnya terlihat berantakan seperti biasa. Pakaian yang berserakan di samping meja rias. Berkaleng-kaleng minuman soda di meja kopi, tumpukan majalah pria dan surat bercap polisi.
"Olivia bilang kau digelandang ke kantor polisi."
"Menurutmu karena siapa aku begini?"
"Aku bersumpah, bukan aku yang melakukannya."
"Kau adalah orang-orang Asia yang sama seperti mereka. Sejak awal kau membenci cara kami hidup."
"Kau tahu jika aku tidak senekat itu. Aku mana mungkin memiliki keberanian melawan kalian."
"Jadi, kau datang kemari untuk membebaskan dirimu sendiri?"
"Aku memang tidak melakukannya."
Kaigan mendudukkan dirinya di sofa. Aku mengikuti tanpa diminta.
"Memangnya kau memiliki bukti?" sindir Kaigan.
"Kau yang seharusnya memiliki bukti. Jika itu benar-benar ada, aku tidak akan mengelak."
"Ya, mungkin saja kau tidak terlibat dengan kelompok Asia tersebut. Namun apakah kau bisa menjamin, jika kau tidak terlibat dalam rencana Walter sialan itu?"
"Rencana apa?"
"Kau tidak perlu berpura-pura. Aku sudah mengetahui semuanya. Aku mengerti dengan jelas. Kau dan bajingan itu bekerjasama untuk mengusikku. Kalian pasangan yang serasai. Seperti kau bilang, dia lebih baik dariku."
"Bisakah kau membicarakannya dengan benar dan jangan hanya menuduhku seperti ini?!"
"Kau tahu Hugo membenciku. Kau mengerti semuanya, Richard!" Gigi Kaigan bergemeletuk, menyuarakan kemarahannya yang tertahan.
"Maksudmu Hugo yang melaporkan kalian?"
"Ah, kau benar-benar membuatku kesal. Kau masih saja ingin terlihat seperti malaikat. Jelas-jelas kau tahu, kau adalah umpan untukku. Apapun tujuan Walter sialan itu. Kalian benar-benar hebat. Aku hampir saja menyukaimu."
"Tujuan apa?"
"Entahlah, Richard. Yang jelas kau adalah pion Hugo untuk menghancurkanku."
"Aku benar-benar tidak mengetahuinya. Aku berani bersumpah jika itu yang dibutuhkan."
"Jika begitu betapa kasihannya dirimu. Kau menganggap bajingan itu lebih baik dariku, tapi kelihatannya dia justru menganggapmu sebagai alat. Dia mendorongmu kepadaku untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."
"Hugo tidak mungkin seperti itu."
"Walter, Mendez dan Kim Harin. Mereka adalah jenis yang sama. Setelah ini semua selesai aku akan menghancurkan mereka satu persatu."
"Apa kau memiliki bukti? Jika tidak, jangan menuduh mereka sembarangan. Maksudku Hugo dan Jean, kami adalah teman."
Kaigan menyalakan sebatang rokok. Menghisapnya sebentar, lalu menatapku lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Desire |18+ END
RomantikJoana Richard seharusnya tidak jatuh cinta kepada Kaigan Wilson. Pria itu tidak segan menenggelamkan kepala Joana di kloset toilet yang kotor, karena tidak menyukai kehadirannya. Kaigan adalah laki-laki yang selalu mendapat apapun yang ia inginkan...