Chapter 10

149 6 0
                                        

Author PoV

Laki-laki itu mendribel bola dan memasukannya ke dalam ring berkali-kali dengan keras. Seakan-akan melampiaskan kemarahannya pada bola basket itu. 'Lo masih belom bisa move on atau gimana?' Kata-kata yang keluar dari mulut sahabatnya itu masih berputar di kepalanya. "Argh!" Ia melempar bola itu dengan sangat keras. Gue. Udah. Nggak. Punya. Urusan. Sama. Dia. Tekan Jemmi dalam hati.

Dia, perempuan pertama dan satu-satunya yang membuat seorang Jeremiah jatuh hati. Perempuan yang dulu sangat ia sayangi. Itu dulu. Sebelum perempuan itu meninggalkannya tanpa pamit. 'Gue bahkan nggak tau lagi keberadaan dia.' Jemmi mendengus. Ia menegak air mineral yang dibawanya hingga habis kemudian berjalan pulang meninggalkan lapangan yang tidak jauh dari rumahnya tersebut.

Di rumahnya ia meletakan bola basketnya di sembarang tempat dan langsung melempar tubuhnya di atas sofa yang nyaman. "Jemmi!!!! Jorok banget sih kamu! Mandi dulu sana! Habis itu mama mau ngomong sesuatu sama kamu.".

"Iya Ma." Dengan malas Jemmi bangkit berdiri dan masuk ke kamarnya. Sementara diluar Lisa gelisah. Bingung cara memberitahu putranya itu tentang rencananya.

"Mau ngomong apa Ma?" Jemmi yang sudah selesai duduk disamping Lisa sambil menonton TV.

"Kamu kenal Sasya kan Jem?" Tanya Lisa pada putranya itu.

"Kenallah Ma." Jemmi memutar matanya. "Emang kenapa?" Tambahnya lagi.

"Gini.." Lisa menatap putranya dengan serius.

****
"Sasya!" Kegiatan Sasya terganggu saat seseorang memasuki kamarnya tanpa izin.

"Kok lu dateng nggak bilang-bilang sih nyet?" Ujar Sasya kesal sembari mengalihkan pandangannya dari laptop yang ada didepannya

"Nggak papa. Toh lo juga pasti ada di rumah." Jawab Cathrien dengan acuh.

Sasya hanya menggeleng lalu dengan iseng membuka tas yang dibawa oleh sahabatnya itu. "Lo mau nginep Cath?" Tanya Sasya saat melihat baju di tas tersebut.

"Mm. Lagi suntuk gue di rumah."

"Mau jalan?" Tanyanya lagi sambil kembali fokus dengan laptop dihadapannya.

"Nggak. Males."

"Lo lagi berantem sama Stefan?" Sasya memberi tatapan menyelidik pada sahabatnya itu.

"Iya kali." Carhrien menjawab dengan tak peduli.

"Sini hape lo." Tanpa meminta persetujuan dari Cathrien sendiri Sasya langsung mengambil smartphone gadis itu, membuka chat nya dengan Stefan dan membacanya dengan seksama.

"Dia nelantarin lo lagi? Putus aja sih. Daripada lo disakitin terus."

"Nggak segampang itu lah Sya."

"Iya, iya. Gue kebawah dulu. Laper banget." Ujar Sasya sambil memegang perutnya melihat itu Cathrien terkekeh lalu menggangguk.

Dibawah Sasya membuka kulkas mencari bahan apapun yg dapat ia masak. Ia berdecak kesal ketika tidak menemukan apa yang ia cari. "Nyari apaan lo dek?" Tanya Tio yang baru saja turun dari kamarnya.

"Apa aja yang bisa gue masak. Mama sama Papa kemana?" Sasya menutup pintu kulkas lalu duduk di kursi yang ada di dekatnya.

"Entah. Lo mau makan apa? Sini gue pesenin."

"Pizza aja kalo beli."

"Yang biasa?"

"Iya. Tapi bayarin yak."

"Santai. Udah sana balik. Ntar gue panggil kalo udah dateng." Sasya bersorak girang lalu berlari kembali ke kamarnya setelah mengucapkan terima kasih pada kakaknya itu.

****
"Woy bangun itu pizza lo udah dateng daritadi. Nanti gue yang makan nih." Tio membangunk an adiknya dan Cathrien yang sedang tidur lelap.

Sasya membuka matanya. Sehabis menonton Pixels, ia dan Cathrien memang jatuh tertidur. Bahkan ia sendiri lupa jika memesan pizza. "Tolong bawain kesini dong Mas."

"Udah gue bawain. Tuh di meja samping laptop."

"Makasih Mas."

"Hm." Setelah Tio pergi, Sasya Beranjak dari tempat tidurnya. Matanya berbinar ketika melihat dua box pizza diatas mejanya.

"Cath, lo mau nggak? Kalo nggak gue habisin nih."

"Hmm." Cathrien bergumam tidak jelas sebelum duduk di samping Sasya dan mengambil sepotong pizza. Sambil memakan pizza kedua sahabat itu asik bercerita hingga dua box itu habis hingga ke boxnya (nggak deng)

"Gue ambil minum dulu." Sasya berdiri lalu keluar dari kamarnya. Dari tangga ia dapat melihat kalau orangtuanya sedang berbicara dengan beberapa tamu. Seketika matanya membulat mengetahui siapa yang datang. Jemmi beserta kedua orangtuanya!

"Nah itu Sasyanya! Sya sini." Ria memanggil Sasya dengan antusias. Deg! Jantung Sasya berdetak dua kali lipat sebelum berjalan menghampiri mamanya.

"Kenapa Ma?" Tanya sembari duduk di samping Ria dan menatap semua yang ada di ruangan tersebut dengan pandangan bingung. Tapi berusaha menglihkan pandangannya ketika Jemmi menatapnya tajam.

"Ehem." Lisa mulai angkat bicara. "Gini Sya, kami ingin kamu sama Jemmi bertunangan." Ucapan Lisa sukses membuat mulut Sasya terbuka.

*TBC*

Hai akhirnya update lagi setelah 3 bulan. Maafkan ya. Kemaren stuck banget sama lumayan sibuk. :)

Jangan lupa vote and comments ya!

-Audi

Childhood LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang