Chapter Three

521 21 3
                                        

Charlena's POV

Gue memasuki ruang musik yang masih sepi. Sekolah udah bubar dari tadi. Hanya mereka yang ada ekstrakulikuler atau urusan saja yang masih di sekolah. Memang ekstra klub musik masih dimulai satu jam lagi. Anggota yang lain pasti juga masih pada jajan atau nggak main. Karna gue nggak ada kerjaan dan si Cathrien harus pulang gara-gara ada keperluan jadilah gue disini. Gue merapikan ruang musik lalu menyiapkan daftar absensi dan sebagainya. Sebagai ketua gue harus profesional dong. Selesai merapikan ruang musik gue berjalan ke piano yang ada di pojok ruangan. Gue membuka tutup piano itu. Enaknya main lagu apa ya? Für Elise? Bosen. Akhirnya gue mulai memainkan lagu River Flows In You dari Yiruma. Gue terhanyut dalam melodi yang sedang gue mainkan sampe gue nggak sadar kalau ada yang memperhatikan gue dari pintu.

"Ehm." Suara orang berdehem membuat gue menghentikan permainan piano gue tadi dan mengalihkan pandangan ke arah pintu. Dan betapa terkejutnya gue pas gue tau kalo yang berdiri diasamping pintu itu si Jemmi. Ck! Apa yang dia lakuin disini sih?

"Ngapain lo? Tempat klub futsal di lapangan. Bukan disini." gue berujar ketus. Walaupun di dalam hati gue lumayan seneng pas ngeliat dia. Tapi tetep aja kesel.

"Nanti lo pulang bareng gue!" ujarnya tegas seakan nggak mau dibantahkan.

"Gue bisa pulang naik angkot. Lo nggak perlu nganter gue pulang." gue masih mempertahankan nada ketus gue. Hell! Dia nggak bisa seenaknya gitu sama gue walaupun dia cowok yang gue suka!

"Ck! Gue nggak mau tau lo harus pulang sama gue!" ujarnya kali ini sedikit membentak.

Gue menggeram kesal. Bisa nggak sih ini cowok satu nggak usah bikin gue marah sehari aja! Gue benci banget kalo udah kayak gini. Kenapa sih gue harus suka sama dia?!

"Kalo gue nggak mau gimana?!" gue menantang laki-laki itu dengan raut wajah kesal.

"Kalo lo nggak mau gue bakal maksa lo." ujar nya tegas. Tepat saat itu bel terdengar tanda jam ekstrakulikuler ud dimulai.

"Gue tetep nggak mau. Sana pergi. Udah bel." ujar gue nggak peduli dengan ancamannya. Akhirnya dia pergi gue menghela nafas lega.

Beberapa menit kemudian Kak Rocky dan beberapa anggota lain masuk. Gue segera beranjak pergi dari piano lalu duduk di tempat gue biasanya di depan karena gue disini sebagai ketua klub. Kak Rocky mulai mengabsen anggota-anggota. Kak Rocky umurnya baru 20 tahun. Makanya disini dipanggil kak. Lumayan ganteng lagi.

Seleai mengabsen Kak Rocky berdehem. "Ehm. Sekolah kita akan mengadakan festival tahunan pada bulan Desember nanti. Seperti biasa klub musik akan menampilkan sesuatu. Ada yang punya saran apa yang akan kita tampilkan?"

"Gimana kalau kita drama musical aja kak? Kita kolaborasi sama klub drama." Usul seorang cewek yang kalo nggak salah namanya Yohana dari kelas XI B-IPA. Sekelas sama Jemmi dong ya..

Kak Rocky mengangguk. "Usul yang bagus. Ada yang mau memberi saran lagi?"

"Saya kak." Ujar seorang cowok sambil mengangkat tangannya. "Gimana kalo orkestra? Atau permainan solo mungkin?"

Sekali lagi Kak Rocky mengangguk. "Orkestra dan drama musical di satukan juga bagus. Apakah kalian semua setuju?"

Semua aanggota mengangguk tak terkecuali aku. "Baik kalau semuanya setuju. Sekarang drama apa yang akan kita mainkan? Perlu meminta bantuan dari klub drama atau tidak?"

"Nggak usah Kak. Kita kan nggak semuanya bisa main alat musik. Banyak yang bisanya nyanyi doang. Nah yang bisanya nyanyi main drama aja." Celetuk salah satu anggota. Yang langsung disetujui oleh semua.

"Baiklah. Charlen tolong bantu saya." Aku maju ke depan dan berdiri di samping Kak Rocky. "Sekarang kita tentukan dramanya. Ada yang mau usul?"

Banyak yang mengusulkan dongeng kayak Cinderella, Snow White dan sebagainya. "Gimana kalo ceritanya bikin sendiri aja, Biar unik." Gue akhirnya memberi usul.

Childhood LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang