Jeremiah POV
"Jem, kamu nanti jemput Sasya ya. Kata mamanya motornya dia di pakai kakaknya." Gue hampir tersedak roti bakar yang lagi gue makan mendengar apa yang dikatakan mama. Berangkat bersama cewek itu? Boleh lah. Sekalian jahilin dia.
"Iya, Ma." Ujar gue mengiyakan. Langsung gue habisin roti bakar dan susu yang menjadi sarapan gue hari ini. Gue langsung menyambar tas, menstarter motor ninja gue, memakai helm lalu pamit pada mama dan hampir mengebut ke rumah Sasya yang cuma beda satu gang sama gue. Di depan rumah Sasya gue melepas helm dan memanggil nama gadis itu. Kebiasaan kalau dulu mau main juga panggil begini. "Sasya!"
Dan keluarlah sosok gadis itu. Dengan gaya nya yang biasa. Jaket yang menutupi seragam, rok selutut, kacamata, rambut dikucir. Gayanya sejak SMP ya hanya seperti itu. Benar-benar menampilkan sosok introvert dan kutu bukunya.
"Woi, jumbo cepet elah." Gue berteriak memanggilnya dengan sebutannya pas SMP dulu. Kenapa jumbo? karena dia itu dulu gendut. Tapi sekarang kurus ideal. Udah gitu badannya cewek banget. You know what I mean lah. Gue menyeringai saat melihat gadis itu melangkahkan kakinya dengan kesal sambil memakai helmnya.
"Sabaran dikit bisa nggak? Kalo gitu gue mending berangkat sendiri tau nggak!" Gue tersenyum penuh kemenangan saat mendengar gerutuannya.
"Yakin lo mau berangkat sendiri? nggak takut telat? Udah naik cepet!" gue lihat dia hanya mengomel nggak jelas sambil naik ke atas motor. "Woi jumbo pegangan gue mau ngebut." Gue mulai menjalankan motor dengan kecepatan sedang. Gue ngelirik Sasya lewat kaca spion saat tidak merasakan adanya tangan di pinggang gue. Ternyata dia pegangan sama pinggiran motor. Ck! Gue langsung menambah kecepatan motor sehingga tubuh nya itu tersentak dan menabrak punggung gue. "Gue udah nyuruh lo buat pegangan." kata gue saat mendengar geraman kesalnya. Dengan pasrah akhirnya dia mencengkram ujung jaket gue sebagai pegangan.
Sisa perjalanan kami lewati dalam diam. Gue yang berkonsentrasi pada jalan di didepan gue dan Sasya yang ngelamun. Hobinya dari dulu.
Charlena POV
Kalian tau gimana kagetnya gue pas tau gue bakal berangkat bareng iblis itu? Seneng? Pasti. Banget malah senengnya. Apalagi pas liat dia di depan rumah gue naik motor ninjanya. Astaga ganteng banget. Tapi gue tetap pasang wajah datar gue sampe dia teriak "Woi, jumbo cepetan elah.".Argh! Kenapa harus panggilan itu lagi? Gue kan udah nggak gendut. Pada bilang gue kurus banget malah (hasil diet ketat). Tapi kenapa dia masih manggil gue kayak gitu? Apa gue kurang kurus buat dia?
Akhirnya gue naik ke motornya. "Pegangan gue mau ngebut." Ya udah gue pegangan ke sisi motor sampe dia tambah kecepatan motornya dan itu bikin pegangan gue lepas dan membuat badan gue nabrak ke punggungnya. Akhirnya dengan pasrah sekaligus deg-deg an gue mencengkram kedua ujung jaket bagian pinggang sabagai pegangan. Dan kami tidak mengeluarkan suara sama sekali.
*
"Thanks udah nganter gue." kata gue sambil turun dan melepas helm. "Gue duluan." Gue langsung mentipkan helm ke tempat yang ada dan berjan dengan cepat ke kelas. Di kelas gue langsung menaruh tas dan berteriak di sebelah Cathrien. "Cath!!!!!!! Lo harus tau!"
Cathrien menatap gue ssambil menutup kedua telinganya. "Apaan deh?"
"Gue tadi berangkat sama iblis itu!! Gila bilang sama gue ini bukan mimpi!!" gue berteriak tertahan. Gue nggak mau ada yang tau kalo gue tadia berangkat sama Jemmi. Bisa kadi gossip nggak jelas.
"Anjir! Lo serius?! Kok bisa?!" Sekarang Cathrien malah keikutan teriak kayak gue. Emang ya namanya sahabat mirip-mirip dikit. Rada-rada gila.
"Iya. Astaga gue seneng banget. Tadi motor gue dipake sama kakak gue. Jadi mama gue minta tolong dia." ujar gue sambil senyum-senyum sendiri.
"halah, paling lo juga sama dia berantem terus dijalan." Bibir gue yang tadi senyum sekarang mencebik kesal.
"Intinya Cath gue sama dia berangkat bareng dan itu adalah keajaiban!" ujar gue kesal.
Cathrien hanya terkekeh. "Yaya, terserah lo aja asal lo bisa move on."
*
Jeremiah's POV
Gue senyum-senyum sendiri kalo inget wajah kesalnya si Sasya. Ngegoda dia, bikin kesel dia kayak tadi itu jadi kesenangan sendiri buat gue. Jahat ya gue? Emang.
"Wei, Bro ngapain lo senyam-senyum sendiri? Nggak salah minum obat kan lo?" Tiba-tiba saja ada seseorang yang dengan santainya duduk disebelah gue. Siapa lagi kalau bukan Rayhan. Sohib gue disini.
Gue mendengus mendengar perkataanya "Emang gue sakit apa sampe harus minum obat segala?"
"Ya kan bisa aja. Lagian lo ngapain senyam-senyum sendiri gitu? Biasanya kan lo datar. Tanpa ekspresi. Atau jangan-jangan lo kesurupan?" Anjir gue dibilang kesurupan. Gue menjitak kepala si Ray kesal.
"Anjir. Orang kesurupan itu yang ada teriak-teriak. Bukan senyam-senyum." Ujar gue kesal.
"Ampun Bro. Bisa aja kan setannya kalem. Makanya lo nggak teriak-terika malah senyam-senyum nggak jelas." Ujar Ray sambil mengelus kepalanya yang tadi gue jitak. "Emang nya lo habis ngapain sampe bisa senyam-senyum sendiri gitu? Dapet cewek? Akhirnya sahabat gue pacaran!!!"
Gue mendengus lagi. Pacaran? Cewek? Nggak ada yang narik minat gue tuh. Emang sih yang suka sama gue banyak. Jelas gue cakep, pinter, tajir, juga kata Sasya sih dewasa sama bijak? Eh kenapa gue jadi bawa-bawa Sasya? Apa peduli gue? "Apaansih. Nggak ada cewek yang narik minat gue. Mana mungkin gue pacaran."
Ray berdecak kesal mendengar jawaban gue. "Jem, disini cewek cantik banyak. Seksi banyak. Sampe yang nerd pun banyak. Yang naksir berat sama lo juga banyak. Masa nggak ada yang narik perhatian lo satupun?"
"Nggak ada. Gue malah jijik liat mereka yang ganjen gitu." Ujar gue nggak peduli.
"Gimana kalo sama anak kelas sebelah? Siapa itu namanya.. Oh iya, Charlen atau nggak si Cathrien." Eh? Tadi dia bilang Charlen? Maksudnya Sasya? Fyi aja, dia kelas nya disebelah gue.
"Nggak tau ah. Bete gue kalo udah ngomongin cewek sama lo. Dasar playboy." Ujar gue kesal.
*
Hai, maaf jelek dan masih banyak kekurangannya. Thanks yang udh mau baca. Hope you like this story! Maaf juga Chapter kemaren pendek banget . Chapter ini di dedikasiin buat natasya_aliyaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Love
RomanceAstria Charlena Rakasya Dia itu iblis buat gue!! Nyebelin, ngebetein, jahil, suka banget bikin gue kesel, bete sedih atau apapun itulah. Dia temen sepermainan gue pas kecil. Tapi dia itu iblis paling perfect yang pernah gue temuin. Sialnya, dia itu...