32

425 34 1
                                    

Pada awal Februari, aku dan James secara kebetulan bertemu di cafe. Aku tadinya tidak mengenali laki-laki tampan yang mengenakan mantel hitam tersebut. Dasi masih terpasang rapi di lehernya, selagi ia memegang sebuah tas kerja.

"Joana." Dia menyapaku lebih dulu.

"Ya, ada yang bisa aku bantu?" Kemudian aku menyadari garis wajahnya sekeras Dad. Namun dia memiliki rambut pirang yang ditata rapi dan mata sebiru laut mirip dengan Nyonya Richard.

"James?" ujarku ragu, lalu dia tertawa kecil.

"Aku hampir tidak mengenalimu."

Tentu saja. Kami tidak pernah bertemu secara langsung.

"Jadi, kau mengambil part time di sini?"

"Full time. Kau mau pesan apa?" Aku melihat seorang pelanggan di balik punggungnya.

"Americano satu. Kau mau apa? Biar aku membayarnya sekalian." Dia menambahkan cepat. "Aku baru mendapatkan pekerjaan di sekitar sini. Anggap saja berbagai kepada saudariku."

"Oh, kalian bersaudara." Seline menyenggol lenganku. "Mengapa kau tidak bilang jika kau memiliki saudara setampan dirinya? Pergilah, aku akan membuatkan pesanan."

Seline berbicara di depan James. Jadi bagaimana aku bisa menolak untuk duduk bersamanya. Rasanya canggung sekali. Aku tidak memiliki satupun topik untuk dibicarakan dengannya.

James terlihat lebih santai. Dia memangku mantelnya dalam gerakan elegan. Itu membuatku kaget. Aku pikir laki-laki bernama James adalah laki-laki liar yang bergerak dengan cepat, malah ceroboh. Ternyata gerak-geriknya penuh perhitungan. Dengan rahang tegas, mata sebiru lautan dan rambutnya yang hangat seperti sinar matahari, dia terlihat seperti pangeran. Wah, aku tidak menyangka saudara tiriku akan sebagus ini.

"Baguslah jika kau sudah menyelesaikan masa rehabilitasimu."

"Itu tidak terlalu rumit. Aku hanya memakainya untuk beberapa saat."

"Jadi, bagaimana dengan studimu?"

"Aku mengambil cuti. Kau tahulah, aku perlu menenangkan diri."

James menyenangkan. Tatapan matanya tidak mengindikasikan bahwa aku seharusnya tetap melanjutkan studi. Dia seolah hendak bicara "itu bukan masalah" atau "tidak apa-apa , lakukan saja apa yang kau inginkan".

"Baru-baru ini Dad masuk rumah sakit. Dia mengalami kecelakaan kecil saat berangkat kerja."

"Bagaimana keadaannya sekarang?"

"Dia sudah kembali ke kantor. Bahkan tiga hari setelahnya dia memaksa diri untuk pergi ke kantor. Tipikal pekerja keras."

"Kau bekerja dimana?"

"Cinderkicks, startup yang memproduksi sepatu kaca Cinderella."

"Kau serius?"

"Kami menghasilkan berbagai jenis sepatu. Minggu depan akan diadakan perilisan produk baru. Aku akan mengirimkan gambarnya padamu."

"Aku tidak tertarik dengan sepatu." Tidak dengan semua hal, kecuali uang.

"Aku akan membelinya untukmu. Aku bagian dari mereka, jadi tenang saja. Aku akan mendapatkan diskon."

Americano James disajikan. Seline menambahkan truffle fries dan hamburger.

"Nikmatilah waktu kalian." Begitu katanya.

"Kelihatannya kalian sudah cukup akrab. Sejak kapan kau bekerja di sini?"

"Tiga minggu yang lalu." Aku mengunyah sepotong kentang.

Desire |18+ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang