Xia yang sudah berdiri sigap di depan kedua orangtuanya yaitu, Reva Findrex dan Athena Findrex. Jelas sekali Xia seperti ketakutan menghadapi ayah dan ibu dari keluarga Findrex, kaki dan tangan mulusnya bergetar ditambah lagi matanya linglung dan badannya kaku.
Ibu Athena berdiri mendekati Xia dan memutarinya, seakan ia sedang memeriksa kondisi fisik pada Xia yang kini masih berdiri ketakutan dengan kepala menunduk hormat.
"Xia, sapa ibu dengan benar," ucap Athena.
Mendengar itu, Xia segera menyusun kata di kepalanya agar terlihat lebih sopan saat mengucapkan kalimat.
"Ibu Athena, bagaimana kabar, ibu? Xia rindu rumah, tapi ibu ... kenapa menjemput ku seperti ini," jawab Xia. Athena tersenyum.
Ayah Reva berkata, "Beraninya, kau!"
Xia yang mendengar itu, dengan cepat ia membukukan badannya dan segera berlutut meminta maap, atas perkataan dalam kalimatnya yang ia pertanyakan.
Athena menyela, "Xia, kau harus tetap ingat bahwa kau juga bagian dari kami. Maka dari itu ... mulai sekarang aku akan terus mengajari dan memperhatikan mu dalam bertindak, dan satu lagi ... kami berbeda dari keluarga Shenan. Kau, paham?"
Xia mengangguk mengiyakan perkataan ibu Athena.
"Baiklah, hari ini kau harus melupakan semua yang terjadi kepada dirimu di keluarga Shenan. Aku tidak mau mendengar apapun darimu yang berhubungan dengan Shenan," sambung Athena.
"Baik, ibu Athena," jawab Xia tenang.
"Setelah urusan dengan ayahmu selesai, datanglah dan temui ibu kembali. Paham?" Athena dengan sinis memperingatkan Xia setelah usai berurusan dengan Reva Findrex.
Setelah perkataan itu, Athena menjauh dan kembali ke atas menuju kamarnya meninggalkan Xia dan Reva Findrex.
Ayah Reva berkata dan menghela nafas, "bagaimana kabar mu?"
"Baik."
Ayah Reva Findrex membawa Xia ke halaman belakang, dan di sana bertemu dengan empat saudara laki-lakinya. Mereka yang berpakaian sigap latihan dengan pelindung panel di bagian siku dan lutut, terlihat gagah dan berani. Halaman belakang yang dipenuhi trik pelatihan senjata api dan beraneka ragam dalam bersenjata.
Di depan Xia ada pelatihan memanah, ia tau jelas saat sedang melihat 4 kakaknya berlatih memanah, dan ketika Xia dan ayah Reva datang mereka menyapa sejenak menghadap ayah, lalu kembali lagi pada latihan mereka.
"Xia, cepat berdiri jauh di ujung sana," pinta ayah Reva.
Oh! Tentu saja dengan mendengar itu, Xia sangat terkejut keras. Pupil matanya membesar dan kakinya kembali gemetar dan tubuhnya seakan mati rasa, ia tahu bahwa ayah ingin menjadikannya umpan seperti burung yang di liarkan saat pemburu menekan kan pelatuk ke arahnya.
"A-aa-yah ... tapi-" terpotong.
"Xia! Lakukan apa kata ayah," tegas ayah Reva.
Keempat saudaranya yang mendengar itu merasa bersemangat dan tersenyum lebar menatap ketakutan Xia.
"Alooo, Xia." sapa licik dari Deo dengan melambaikan tangannya dari kejauhan. Xia kesal melihatnya.
Seperti biasa Xia selalu menuruti perkataan mereka yang selalu ia harapkan dapat menjadi keluarga bahagia bersama-sama. Xia mengikuti instruksi dari ayah Reva, berdiri di tengah pelatihan memanah antara kakak-kakaknya dengan satu buah apel di kepalanya. Sangat jelas ia menjadi kaku ketika aksi kakaknya dimulai, ia takut jika bergerak sedikitpun akan mempengaruhi ahli memanah kakaknya.
Xia percaya pada keahlian mereka, tetapi yang di khawatirkan bukan sebuah keahlian tetapi sebuah permainan yang membuat mereka tampak gembira dengan keseruan yang mereka dapat. Mereka tidak butuh memanah dengan tepat pada sebutir apel yang berada di atas kepala Xia, mereka hanya ingin bersenang-senang melihat reaksi dari wajah Xia yang polos itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A XIA FIGHTER
Fantasy[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN] Dikenal A Xia Fighter / A Fighter Xia. Xia menjalani kehidupan di dalam lima keluarganya. Mengikuti tradisi di setiap keluarga dan melewati tragedi, serta mengalami semua perasaan yang me...