11. Keluarga Revander

67 51 2
                                    

Keluarga Revander, mengalami kehancuran produksi batu bara terkemuka di dataran tinggi, membuatnya beralih profesi menjadi pembuatan berbagai macam dupa. Bisa dikatakan keluarga ini ahli dalam membuat semacam dupa yang diinginkan pelanggannya.

Ceritanya, nama keluarga ini adalah Lavender, tetapi karena keinginan yang berat untuk mempunyai anak perempuan yang secantik dan seharum Lavender, keinginan itu tidak terpenuhi sehingga ia menganti marganya yaitu, Revander.

Awalnya, Kexin Revander dan istrinya Keislyn Revander adalah keluarga terkaya nomor satu di kota Shanxi di dataran tinggi. Karena setelah kehancuran yang terjadi di keluarganya membuat ia jatuh kemiskinan, dan untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, mereka mempertaruhkan kejayaan dan harta untuk membeli seorang gadis, serta merubah profesi dengan keahlian yang dimiliki Kexin Revander. Hingga saat itu mereka dikenal dengan sebutan dupa berbahaya.

Kexin hanya mempunyai tiga putra yaitu Johan, Qianfan, dan Longwei, yang tentunya bermarga Revander. Johan yang pandai dalam bertarung, Qianfan bermulut kasar tapi tenang, dan Longwei yang pemarah tapi sangat profesional. Mereka bertiga saudara itu sangat menghormati ibunya, Keisyln Revander. Sang nyonya perkasa dan anggun.

"Māmā, wǒmen dàojiāle! "
[Ibu, kami pulang!]
Celetuk Qianfan, disaat mereka memasuki kediaman Revander.

"Shì de, māmā láile."
[Iya, ibu datang.] sautnya, saat Keisyln menuruni anak tangga setelah mendengar kedatangan putra-putranya.

Xia mulai bergerak dalam ketidaksadaran dengan keadaan matanya yang masih tertutup. Mendengar suara yang bergema lantang di dalam ruangan itu membuat ia bergerak sedikit demi sedikit dengan kondisi ter-papah berada di posisi pundak Longwei yang memapahnya.

Xia mendesak dan mengangkat kepalanya yang hampir keram dalam posisi semalaman ini.

"Kakak, dimana ini?" tanyanya lesu. Longwei melirik diam.

"Rumah," saut Johan. Xia terbelalak dan membuka lebar matanya.

Xia terkejut dan turun dari posisinya saat menyadari dirinya di gendong oleh Longwei. Ia melihat sekelilingnya yang begitu mewah tapi juga sangat harum, aromanya seperti bukan satu wewangian, sangat menyengat, jika tidak terbiasa bisa merasa mual.

"Kau tidak akan merasa mual dan pusing, Xia," ucap ibunya, Keisyln Revander.

Xia menoleh dan menatap kearah suara itu, "hee ... iya ibu." menunduk pelan, "salam hormatku, ibu Kei."

Keisyln tersenyum, ia merasa Xia punya tata krama yang bagus saat bertemu dengannya. "Bangkitlah."

Xia menurutinya.

"Ibu, sepertinya Xia sedang terhipnotis dengan aroma ini, HAHAHA!" celetuk Qian tertawa lucu.

"Zhēn de ma?"
[Sungguh?] sautnya sembari melotot nakal. "Pantas saja dia tidak merasa mual dan pusing." sambung Keisyln lagi.

Johan menyela, "Māmā, bàba zài nǎlǐ?" [ibu, dimana ayah?]

"Dāngrán shì zài píngcháng dìfāng."
[Tentu saja di tempat biasa.] jawabnya.

"Longwei, bawa Xia ke kamarnya. Dan Qian kau ikut aku menemui ayah," tukas Johan. Mereka pun melaksanakannya.

"Hǎo de, nǚshì, wǎn'ān, hǎohǎo xiūxí."
[baiklah bu, selamat malam, dan selamat beristirahat.] ucap sopan Qian pada ibunya.

A XIA FIGHTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang