8. Menerima dalam Ketidakberdayaan

92 61 5
                                    

Xia....

Aku yang kini mulai menimbulkan perasaan yang berubah-ubah dengan ketidakpastian dan acak aduk mulai menguasai pikiranku. Andai sebuah rasa yang tidak nyaman tidak pernah kurasakan, mungkin aku tidak akan se-binggung ini untuk bertindak dan mengambil keputusan.

Ayah Reva dan Ibu Athena terlihat begitu bahagia saat pangeran datang dan menginjakkan kaki di kediaman ini. Akan hal itu aku tidak bisa lagi menolak rasa bahagia mereka seperti aku menolak kepada ayah Tendo, yang melihat mereka marah jika aku menolak pernikahan yang sudah mereka atur sedari awal.

Oh tuhan, aku hanya ingin bahagia bersama keluarga, bukan dengan mengirim ku pergi bersama orang lain....

Rasa hatiku seperti di cabik-cabik seribu kali, tidak dapat mengalahkan rasa keinginanku untuk bersama mereka semua. Keluarga mana lagi yang benar-benar menginginkan aku? Apa semua keluargaku menginginkan hal serupa sedari awal sampai akhir?

Tetapi perih yang ku terima tidak sebanding dengan mereka yang sudah membesarkan ku, hanya saja aku tidak mengerti kehidupan ku yang sebenarnya. Sebagai apa diriku di mata mereka?

"Ibu Athena dan ayah Reva, ada sesuatu yang mau aku bicarakan," ucap Xia.

"Katakan?" tanya ayah Reva.

"Ayah Reva, apa ayah tidak ingin tau apa yang sudah terjadi padaku saat tinggal dengan ayah Tendo?" celetuk Xia.

Ayah Reva dan istrinya mengernyitkan dahi ke atas dan berkata, "itu tidak penting."

Xia menunduk...

"Ayah ibu ... xia sudah menikah," suara kecil sembari takut.

Reva dan Athena melirik sejenak...

"Lalu ... ayah tidak peduli tentang apapun itu, apalagi yang berhubungan dengan Shenan," lirih ayah Reva.

"Tapi, ayah-" terpotong.

"Cukup! Ibu sudah bilang untuk tidak perna membahas apa yang terjadi tentang keluarga Shenan, apa kau belum puas dengan ucapan, ibu?" ketus ibu Athena.

"Apapun yang terjadi kau tetap akan menikah dengan pangeran Andrew, ayah tidak ingin mendengar ini lagi dari mu," ucap ayah Reva memperingati.

"Ayah-" terpotong lagi.

"Diam! Setelah berakhir musim semi ini ... mahar mu akan di kirimkan kesini, jadi jangan berulah atau kau akan ayah pukul, mengerti?"

"Iya ... ayah," lirih Xia.

"Pergi bersihkan taman sekarang ... musim panas akan tiba, dan mungkin tanaman ibu akan mengering, cepat sana siram dengan baik sebelum musim berganti," tutur Athena menyuruh Xia.

"Iya, ibu."

Beberapa jam kemudian....

Kedatangan tamu.

"Waw luar biasa, ada apa pangeran kemari?" tanya Reva terkejut akan kedatangan Andrew yang tiba-tiba.

Pangeran tertawa kecil.

"Tidak ada yang spesial pada hari ini, jadi aku berniat untuk membawa Xia keluar ... hanya jalan-jalan sebentar ke ibu kota," jawab Andrew tulus.

"Oh tentu dengan senang hati pangeran," saut Athena dengan hormat. Andrew tersenyum kecil.

"Kalau begitu cepat panggilkan Xia, sayangku," kata Reva kepada Athena, istrinya.

Athena mengangguk mengiyakan.

A XIA FIGHTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang