08

22 11 0
                                    

"Dia suka nggak ya sama gue?"

Pertanyaan random itu meluncur begitu saja dari belah bibir Erin, yang membuat Meilany menolehkan kepalanya ke temannya itu. Mereka sekarang sedang mengerjakan soal fisika dan Erin malah mempertanyakan hal yang random seperti itu.

"Dia siapa?" Walaupun begitu, Meilany tetap menanggapi orang di sampingnya itu dengan bertanya balik.

"Siapa lagi? Ya Baim lah," balas Erin. Kemudian ia membaringkan kepalanya di meja dengan lengan sebagai bantal, lalu mulai mencari jawaban soal fisika miliknya.

Meilany yang mendengar itu hanya menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya. "Mereka sama-sama nggak peka," batinnya. Jika boleh jujur, ia sebenarnya lelah dengan hubungan persahabatan temannya itu.

Bahkan ia mengakui kalau ia juga ikut pusing dan bertanya-tanya selama ini, apakah keduanya tidak mau saling confess daripada hubungan mereka seperti orang pacaran tapi sebenarnya sahabatan? Sungguh. Hubungan mereka itu juga terkadang membuat orang-orang ikut bingung.

"Coba lo tanya aja ke orangnya langsung daripada lo kayak orang digantung begitu." Erin menangkup pipi sebelah kanannya kemudian menutup matanya dan menghela nafasnya saat mendengar saran dari Meilany.

"Tapi kan nggak mungkin gue tanya langsung ke orangnya. Yang ada nanti dia ilfil dan ngira kalau gue itu kepedean."

"Justru itu nanti kalian bisa jadian karena sama-sama suka!" Batin Meilany menjerit kesal, namun wajahnya malah tersenyum, yang bahkan membuat Erin yang melihat itu merinding.

"Kenapa senyum lo jadi horor begitu, Mei?" Erin menatap takut pada Meilany yang masih tersenyum. Ia menarik meja serta kursinya agak menjauh dari temannya itu.

"Gue sebenarnya greget sama kalian. Tapi yaudah lah, gue capek." Meilany kembali mengerjakan soal fisika nya dengan tenang, sedangkan Erin mengembalikan posisi meja dan kursi nya ke tempat semula.

"Greget kenapa? Sama siapa lo greget nya? Dan lo capek kenapa dah? Perasaan gue, lo dari tadi duduk deh." Erin menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan perasaan bingung dan pertanyaan itu malah membuat Meilany meremat kuat pulpennya.

"Lo diam atau gue tancapkan ni pulpen ke mulut lo?" Erin lagi-lagi merinding dibuatnya. Ia hanya membalas dengan cengiran dan kembali menjauhkan meja serta kursi nya dari Meilany.

"Sorry-sorry." Akhirnya Meilany kembali merasakan ketenangan dan sedikit dijauhkan dari teman sebangku nya yang random itu.

"Ada yang salah sama muka ku?" Pertanyaan Baim membuat Erin seketika sadar dari lamunannya karena ia tadi sedang asik menatap wajah tampan pemuda itu.

"Nggak kok, nggak ada yang salah. Kamu ganteng." Baim yang hendak minum malah tersedak mendengar pujian tiba-tiba dari Erin.

Beberapa pengunjung di rumah makan yang disinggahi mereka sekarang ini melihat mereka dengan penasaran. Ada apa gerangan dengan dua orang yang heboh sendiri itu? Begitu alasan para pengunjung melihat mereka berdua.

Baim yang masih terbatuk, punggungnya ditepuk pelan oleh Erin sambil diusap lembut. Saat batuknya sudah mulai mereda, Baim menghela nafasnya dan berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang.

Just Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang