chapter two

52 36 3
                                    

“apaan sih?” Vandi mencoba untuk mengelak karna ingin mencari informasi terkait cewek di kantin tadi.
“wah! Vandi kesambet panah asmara guys!”
“kesambet apaan nih?” Akmal ikut menimpali ucapan Ferdi yang memergoki Vandi sedang melihat postingan cewek di pencarian Hpnya.
“gak papa lah, bro. Santai!” ucap yoga yang sekarang duduk ditepian kursi yang diduduki Vandi. Dia meraih ponsel itu untuk melihat isi beranda Vandi.
Vandi bangkit dan meraih ponselnya lagi. “apaan sih kalian gak jelas deh!” dia pun melenggang pergi ke lantai atas untuk rebahan dan menghindari ejekan teman-temannya. Markas mereka memang sengaja di lantai dua tersedia kamar untuk istirahat lengkap dengan komputer untuk main game atau mengerjakan tugas. Kasur lantai yang cukup luas itu sangat cukup untuk menanggung hingga sepuluh orang berbaring. Biasanya mereka ada di atas saat istirahat ataupun mabar juga digunakan untuk rapat internal tertutup geng vegas.
“orang mana ya?” gerutunya sendiri. kayaknya sih aku pernah liat temennya si cewek itu di lab jahit. Dia pun langsung mencari akun resmi organisasi desainer dan jahit SMA Nusa Pelita. Benar sekali ketika ada salah satu postingan yang memperlihatkan cewek itu dan temen ceweknya dalam foto bersama anggota lab yang lain. Dia terus memandangi foto itu hingga tidak sengaja dia menutup foto itu dan terlihat deretan postingan lainnya. Salah satu postingan yang menarik perhatiannya, ternyata postingan itu adalah foto cewek yang dia cari sedang bergaya bersama manekin berbaju seperti model dalam lukisan ditangannya.
“selain cantik, ternyata dia berbakat juga,” pujinya, dia pun mendownload foto tersebut untuk disimpan sendiri.
“siapa?”

&&&

Aca dan Rara membantu Elfi mengeringkan bajunya yang terkena tumpahan minuman. Tapi sayangnya walaupun sudah kering terlihat nodanya sehingga tidak enak dilihat.
“duh gimana nih?'
“gimana kalo kamu pulang duluan ajah?” “Tasmu biar aku antar nanti kerumah sekalian kerja kelompok." Usulan Rara langsng diterima. Akhirnya Elfi langsung pulang dan Aca mengurus surat izinnya ke ruang wali kelas.
Sesampainya di rumah dia langsung menuju kamar dan mengganti baju. Dia melihat ada bekas kemerahan di kulit leher dan sekitarnya. Kulitnya memang sedikit sensitif, akibat minuman yang tidak segera dibersihkan membuat kulitnya menjadi iritasi. Dia pun mengoles salep yang biasa dia gunakan untuk mengatasi iritasi di kulitnya.
“kenapa rumah sangat sepi ya?” gumamnya saat menyadari keadaan begitu sepi biasanya Mbak Lia ARTnya itu menyapanya.
Elfi turun ke lantai bawah untuk memastikan Mbak Lia ada di rumah hari ini. Tapi sayangnya di dapur kosong hingga ke ruang makan. Dia pun kembali ke atas menuju ruang tengah, ternyata dia turun dengan Pak Deden beserta koper dan tas yang mereka bawa.
“kalian mau kemana dengan koper dan tas itu?”
“eee, anu non. Ini tasnya pak bos,” jawab Pak Deden yang terengah-engah menuruni tangga.
“ayah?” Elfi menghampiri mereka dengan penuh rasa penasaran.
“iya non.”
ayah mau kemana? dia memastikan jika itu adalah koper dan tas milik ayahnya. Tanpa basa-basi lagi dia langsung menelfon ayahnya namun tak juga diangkatnya membuat dia kesal.

&&&

“siapa?”
Mendengar suara lain dia pun langsung mengembalikan layar pada aplikasi lainnya. “ada nih postingan cewek di beranda,” elaknya dengan nada yang cukup kaku.
“oh, gak biasanya sih lo muji cewek.” Terlihat Yoga yang tak jauh darinya sedang mengemas barang-barangnya ke dalam tas tanpa memerhatikan ke arahnya.
huuuffftt, untung si yoga percaya. Aman deh!” batinnya. Dia kembali membuka foto cewek tadi yang sudah tersimpan di galerinya. “lo mau kemana?” ucapnya tanpa berpaling dari ponselnya yang menampilkan foto cewek yang sedang diidamkannya.
“mau pulang, napa? Mau ikut?”
“dih, sorry yeee,” ucapnya, dia beranjak ke arah Yoga yang sudah siap untuk pergi.
“besok gue mau menemui pak Hendri, mau ikut gak lo?”
Vandi berfikir setelah mendengar pak Hendri, memang sangat sering bagi Yoga untuk menemui beliau dengan kepentingan laboratorium di sekolah. oh iya, yoga kan anak buah Pak Hendri yang megang Lab. Pasti dia tau tentang cewek ini,” gumamnya sendiri.
“heh! Kesambet lo?” Yoga menyadarkannya dengan tepukan dibahunya.
“gue minta tolong dong! dia pun langsung menunjukkan foto cewek yang tadi.
Yoga terdiam melihat foto itu, terlihat seperti orang yang berpikir dalam diam. gue paham. Pergi ke taman nanti sore! tanpa kata apapun lagi, Yoga pergi begitu saja.

&&&

“halo sayang, kamu dimana? Ayah sedang perjalanan ke sekolahmu.”
Seru ayah gak usah ke sekolah, aku dah di rumah,” gerutunya.
“oke, ayah langsung pulang.” Panggilan pun ditutup. Elfi sangat kesal sebab ayahnya tidak memberitahunya jika ingin pergi. Dia menebak pasti akan pergi lama karena bawaannya itu banyak.
Taklama terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, mobil itu adalah milik Fajri, ayahnya Elfi. Dia menghampiri sang ayah di depan rumah, seperti biasa cium tangan dan dibalas cium kening oleh Fajri. Setelah itu dia manyun dalam rangkulan sang ayah.
“kamu marah sama ayah?” Elfi mengangguk mengiyakan pertanyaan itu.
““/ayah pergi sebentar kok, ucap Fajri seakan merayu anak perempuan semata wayangnya itu.
“kok barang-barangnya banyak?”
“iya kan ayah mau pergi ke kota S, disana nenekmu sakit dan mereka butuh ayah.” Elfi yang tadinya bergelayut dalam pelukan Fajri kini dia melepasnya dan berdiri tegak merapikan rambutnya. “kamu disini baik-baik ya! Gak boleh manja!” Kasian Mbak Lia sama Pak Deden udah tua.
“siap ayah!” dia pun kembali mencium tangan untuk pamitan dengan sang ayah. “kalo aku ajak Rara dan Aca nginep gak papa kan?” usulnya yang sering diulang saat Fajri pamitan pergi ke kota S. Seperti biasa Fajri mengangguk dan melambai sebelum masuk ke mobil.
“bye bye cantiknya ayah.”


Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yaaaa
Terimakasih

Terhalang Dendam (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang