chapter 9

51 22 1
                                    

Sorenya Elfi sedang menonton film di kamarnya kemudian sebuah notifikasi masuk. Saat di cek ternyata Vandi mengirimkan sebuah pesan. Dia pun langsung keluar dari filmnya dan membuka pesan dari Vandi.

Ternyata saat itu mereka sama-sama tidak ada yang datang ke taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata saat itu mereka sama-sama tidak ada yang datang ke taman. Mereka memiliki kemendadakan disaat yang sama. Masalah di Markas kemarin ternyata membuat Elfi penasaran.

“anak tiger? Berarti ada kaitannya dengan Amar!?” Elfi mulai curiga jika Amar terlbat dalam perselisihan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“anak tiger? Berarti ada kaitannya dengan Amar!?” Elfi mulai curiga jika Amar terlbat dalam perselisihan itu. Apalagi jika anak buah Amar membuat onar di markas Vegas hanya karena mereka mengira Vandi terlibat dalam penyebab sakitnya kemarin. “apa yaa yang sebenarnya terjadi saat itu?”

Bagaimana Elfi tidak kepikiran jika dia sadar bahwa perselisihan itu karena dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana Elfi tidak kepikiran jika dia sadar bahwa perselisihan itu karena dirinya. Dia tau dengan jelas jika Amar sekarang sedang membenci Vandi setelah kejadian kemarin. Namun posisinya saat ini tidak bisa berbuat apa-apa semuanya belum jelas. Aca dan Rara masih menyelidiki siapa sebenarnya dalang dari pesanan buket yang salah itu.

“hiii, oke El

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“hiii, oke El. Kita ke taman sekarang,” girangnya sendiri. Dia melempar ponselnya ke kasur dan bangkit menuju meja riasnya. “duh kucel banget mukanya! Cuci muka dulu!”
Elfi langsung menuju ke kamar mandi untuk cuci muka. Tak butuh waktu lama untuknya mencuci muka. Lalu dia berfokus pada cermin di meja rias.
Tok tok tok
“non.” sebuah suara di balik pintu kamarnya yang begitu akrab di telinganya.
“iya mbak?” jawab Elfi tanpa berkutat dari posisinya yang sedang merias wajahnya. Dia tau jika yang memanggilnya adalah Mbak Lia.
“ada paket untuk non Elfi.”
“paket apa mbak? Dari siapa?” akhirnya Elfi memilih untuk membuka pintu karena penasaran karna dirinya belum memesan apapun di online shopnya.
“ini buket bunga hidup non, sama ada suratnya. Mungkin nama pengirimnya ada didalam sana non?!”
Elfi menerima buket dan selembar amplop berwarna biru. Setelah itu Mbak Lia pergi dan Elfi masuk ke kamar sambil menimang buket yang begitu cantik itu. Dia pun membuka amplop biru itu dalam hatinya penuh tanda tanya tentang siapa yang mengirim buket itu ke rumahnya menggunakan namanya.
“apa mungkin ayah?”
Setelah ifu dia membaca surat itu dalam hati, dia melihat sebuah nama di ujung kanan bawah. Sebuah ucap syukur kadang bisa menikmati jika mereka bukan Elfi. Dia begitu kasian karena ungkapan perasaan dari si pengirim itu pada Elfi. Sedangkan sekarang harinya sedang membuka untuk cinta yang datang entah lewat jalur mana.
“mungkin bunga ini dari Amar? Harus ku apakan yaaa?” dia menimang buket yang sangat di sayangkan itu jika harus dibuang.
“oh mungkin aku kasih ke Mbak Lia saja, mungkin dia tau harus diapakan bunga ini!”
Dia segera menyelesaikan riasan di wajahnya. Lalu dia menggunakan kaos panjang dengan balutan crop top ditambah lagi celana panjang berwarna hitam. Tak lupa dia mengambil topi putihnya untuk memperlengkap penampilannya.
“oke, saatnya berangkat.”
Elfi pun menggunakan kipas leher yang menggantung di lehernya. Setelah memasukkan uang di saku celananya di membawa ponsel masuk ke saku celana satunya. Sebelum benar-benar pergi dia masih menyempatkan diri melihat ke cermin.
“mbak!” dia pun menemukan Mbak Lia di dapur. “ini enaknya diapain yaaa? Sayang kalo harus di buang!” dia menaruh buket itu di meja dapur dekat Mbak Lia.
“oh, yaudah nanti mbak jadiin hiasan di kamar Tuan Fajri. Kebetulan ini bisa dicampur dengan pengharum ruangan non.”
“ya udah deh mbak terserah,” ucapnya pasrah.
“duh ini udah cantik ajah, mau kemana?” ehek Mbak Lia melihat Elfi rapi seperti ingin keluar.
“iyaa, aku ke taman dulu, mau jajan sekalian cari angin.”
“Hati-hati non!”
“oke, bye mbak!”
Elfi pun berangkat ke taman setelah berpamitan tadi. Walaupun Mbak Lia bukan siapa-siapa tapi sudah dia anggap pengganti posisi ibu di rumah jika ayahnya belum pulang bekerja. Lagi mereka sudah seperti keluarga.
Jarak taman yang tidak terlalu jauh itu membuat waktu yang dibutuhkan Elfi untuk sampai di sana tidaklah lama. Tapi dia menggunakan overboard karena kondisinya masih tidak boleh terlalu capek apalagi melakukan hal-hal berat dulu. Jadi saat dia sampai di tempat bertemu, dia sudah menduga akan dirinya datang lebih awal dari Vandi. Alhasil dia harus menunggu sebentar lagi sampai mereka dapat.
“hey” sebuah suara yang cukup familiar membuyarkan Elfi yang sedang termenung.



Stay tuned yaaa guys

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yaaaa
Terimakasih

Terhalang Dendam (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang