Perkumpulan meja bundar alias rapat anggota desain dan jahit membahas tentang beberapa tempat yang akan diajak kerja sama kemudian acara launching brand mereka. Beberapa tentang logo dan hal-hal mengenai brand mereka sudah selesai dibuat. Saat ini mereka sedang membahas tentang pendanaan dan beberapa hal mengenai kerja sama untuk menunjang kegiatan mereka kedepannya.
“perusahaan besar itu sulit menerima kerjasama dengan kelompok kecil seperti kita, jadi kita harus masuk ke label perusahaan yang sedang membutuhkan ide kita!” jelas Zean, ketua tim jahit.
“iya dek silahkan masuk!” ucap Ali mempersilahkan Elfi yang mengangkat tangan.
“izin mengusulkan kak, jadi mama saya itu pemilik butik dan ayah saya itu bagian CEO sebuah lebel EO di kota S, bagaimana jika kita masuk ke situ? Dengan itukan lebih mudah diterima. Terima kasih!” usulan itu ternyata menjadi pertimbangan baik dan langsung disetujui oleh beberapa pihak BPH kedua kelompok.
“saya setuju!” usul Gea, ketua desain.
“apa nama butik mamamu?”
“Adana boutique, kak!”
“Adana?” Feri terkejut. “di sana desainnya bagus-bagus loh, aku dah langganan.” Terlihat dia sangat antusias dengan informasi yang baru didapatkan itu.
“klo aku sih cuman lewat ajah gak pernah masuk, pengen tau sih.” Zea nimbrung dan langsung menghadap ke arah Elfi yang duduk disebrangnya. “ajak dong kapan-kapan masuk, hehehe!” cengengesan dia menampilkan giginya yang putih rapi.
“oke, kita masukkan namanya untuk butik yang akan bekerja sama! Mungkin ada usulan lagi?” sambung Zean mengembalikan suasana rapat.
“oh iya saya baru inget kata Pak Hendri kita harus ke perusahaan milik donatur sekolah! Sebenarnya beliau sudah melaporkan kegiatan kita jadi mereka hanya menunggu adanya proposal dari kita dan pasti akan ditandatangani langsung.”
“oke kita punya satu butik dan satu investor, tinggal kita cari kerja sama dengan perusahaan tekstil untuk bahan seperti kain dan lainnya!” Zean membaca hasil tulisan dari sekertaris di sebelahnya.
Rara mengangkat tangan. “izin menyampaikan pesan dari Raya kak. Jadi orang tuanya itu punya pusat belanja tekstil terkhusus per-kainan, apakah boleh jika dia mengusulkan toko tersebut? Begitu kak,” jelas Rara setelah dipersilahkan oleh moderator rapat.
“itu toko kain biasa atau bagaimana? Ada yang tau toko orang tuanya Raya?” tanya Zean.
“kak, saya pernah mampir ke sana. Sepertinya itu toko grosir tapi kata Raya disitu pusatnya. Kalo gak salah nama tokonya Toko Sutra Abadi,” jawab Uca teman kelas Rara.
“hmmm, bagaimana teman-teman?”
“gak papa kak Zean sementara kita catat dulu nanti yang ingin diusulkan lagi bisa langsung diskusi di grub gabungan! Soalnya kita kepepet waktu juga, ini sudah sore!” usul Akil selalu wakil ketua kelompok desain. Dia orang yang begitu melihat waktu sehingga kondisi rencananya tidak pernah molor seperti sekarang dia terapkan sistem begitu untuk bisa melanjutkan pada kegiatan lainnya.
“oke setuju, saya kembalikan ke moderator!” Zean pun duduk kembali.
“oke baiklah, setelah semua sesi diskusi telah kita lewati dan ternyata waktu kita terbatas. Untuk itu saya akan membacakan hasil rapat sore ini.” Ali mengambil catatan yang diberikan oleh sekertaris rapat. “kita akan meluncurkan tema dan segala hal yang sudah menjadi hasil rapat sebelumnya. Dan untuk itu kita sepakat akan mengadakan acara launching produk sekaligus kegiatan. Rentetan yang terpecahkan untuk investor kita yaitu donatur sekolah, untuk butik yaitu Adana Boutique dan untuk toko tekstil sementara yaitu Toko Sutra Abadi.” dia menutup kertas itu lagi dan menaruh di meja. “baiklah dengan ini saya selaku moderator mohon maaf dan undur diri, selamat sore!” dia pun duduk diiringi tepuk tangan dari semua anggota rapat.
“El, pulang bareng aku yuk?”Maaf yaa hari ini up nya sedikit
Sedang berada di fase tidak baik-baik saja....Semoga kalian tetap stay yaa
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yaaaa
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Terhalang Dendam (Segera Terbit)
Fiksi Remaja"Memang benar cinta itu butuh perjuangan walaupun akhirnya tak bisa saling menggenggam tangan," ucap onty Hida. Tangan Elfi begitu dingin dalam genggaman Hida karna takut dan cemas berlebih. Sedangkan air matanya turun bergantian seakan meluapkan am...