chapter 3

43 33 3
                                    

Pagi ini Vandi menggunakan motornya karena nanti sore setelah dari ruangannya pak Hendri untuk menyerahkan beberapa dokumen yang dititipkan oleh Yoga. Seperti biasa dia lebih meilih lewat diantara taman langsung menerobos koridor yang menghubungkan dengan ruang kelasnya. Namun sayangnya dia menemukan pemandangan yang cukup langka sekali, taman sekolah yang didekor serta beberapa siswa dan siswi menjadi penontonnya. Karena penasaran dia pun sedikit mendekat pada kerumunan itu dan dia menemukan pemandangan yang cukup membuatnya sakit.
"love you Elfi?!" bacanya disebuah papan yang menjadi background mereka. "Elfi? Gak asing banget sih, tapi siapa ya?" lanjutnya sambil mikir dengan gaya tangan sebelah menopang tangan lainnya yang menggenggam dagu.
"huuuuuu......" sorakan siswa dan siswi yang melihat seorang cewek berjalan mendekat dan mereka memberi jalan hingga tepat berada di depan seorang cowok yang tak asing sekali.
"Amar?" dia sangat mengenal cowok itu, ketua geng yang selalu cari masalah dengan geng Vegas dalam segala hal dan tak jarang mereka ribut besar. "cewek itu?" Dia heran karena cewek itu dan Amar menjadi sorotan dan tontonan mereka semua.
"Amar mau nembak Elfi? tebaknya. mereka gak boleh pasacaran! Gue harus lakuin sesuatu!"
&&&
Hari ini dia diantar oleh supir papanya karena sangat malas untuk menyetir mobil sendirian sekarang. Alernatif yang ada adalah supir ayahnya yang kebetulan juga akan mengantar Mbak Lia nntuk kebutuhan bulanan di rumah setelah ayahnya menitipkan sejumlah uang untuk kebutuhan rumah. Namun belum juga mobilnya pergi jauh, tangannya ditarik oleh Aca dan Rara untuk ikut dengan mereka yang membuatnya jadi bingung.
"iihhh, kalian mau bawa aku kemana sih?"
"udah kamu diem, ikut ajah!"
"iiiiiihh."
Dia mulai melihat banyak sekali siswa dan siswi yang mengerubungi entah apa yang ada disana tak bisa dia lihat saking penuhnya dengan siswa dan siswi.
"permisi!" ucap Aca untuk bisa menerobos siswa dan siswi yang bekumpul itu, akhirnya mereka membuka barisan hingga membentuk jalan yang menuju ke cowok yang bernama Amar.
"ini kenapa ada Amar juga?" batinnya. Namun dia tak bisa bertanya karena cukup singkat menerobos kerumuanan itu dan sekarang mereka sudah berada diantara kerumunan. Dia melihat sekeliling yang sudah didekor sederhana namun romantis dengan sentuhan papan nama. "love you Elfi? Kok aku sih?" gerutu batinnya lagi.
Saat itu Aca dan Rara sudah melepaskan genggamannya dan mereka langsung mundur ke barisan penonton. Dia sekarang bingung harus bagaimana.
"selamat pagi bidadari impianku!"
"eeh, ini ada acara apa ya?" tanyanya pada cowok bernama Amar itu.
"ekhem, hari ini akan menjadi awal dari kisah kita yang indah," ucapnya terlihat begitu percaya diri. "maukah kamu menjadi pacarku?"
"apa!? Kok bisa sih, nih orang ngomong kek gitu? Malu banget banyak yang liatin," batinnya mulai kesal dan menggerutu. Namun keadaan berubah ketika hidungnya gatal dan disertai pusing berlebih hingga tubuhnya terasa terhuyung. Sayup-sayup dia mendengar suara yang terus memanggilnya hingga hilang entah kemana.
&&&
Keadaan berubah seketika, semua siswa kebingngan dan panik. Elfi diangkat oleh Vandi ke atas tandu yang dibawa oleh anak-anak PMI menuju ke UKS. Banyak yang ikut perihatin melihat kondisi yang tidak terduga itu sehingga juga timbul beberpa gosip yang memekakkan telinga.
"bubar sekarang!" perintah Vandi dengan tegas. Semua pun bubar meninggalkan taman tersisa mereka berdua.
"lo apaan sih, hah?" Amar menarik kerah baju Vandi namun si empunya santai-santai saja.
"denger yaa! Lo kesini itu mau sekolah, bukan sok jagoan!"
"lo gak perlu ikut campur urusan gue! Inget lo!" ancaman itu hanya diketawain oleh Vandi.
"bentar lagi masuk. Gue cabut dulu, bye!" Vandi melepaskan tangan Amar yang mengcekal kerah bajunya. Lalu dia pergi meninggalkannya dengan senyuman jahatnya, dai menuju ke ruang kelas.
"aaarrrggghhhh...." amar menendang buket bunga di kakinya. Terlihat dia sangat kesal. Saat menihat notifikasi yang baru saja masuk dia pun membuka dan membaca pesan teks dari anak buahnya yang membuatnya semakin kesal.
"Elfi alergi serbuk bunga sepatu," bacanya dengan hati-hati tapi hatinya hancur dan kesal bukan main lagi.
&&&
“rencana mu oke juga ternyata ya?”
hahaha itu belum seberapa, kamu akan lihat setelah ini pertunjukan akan dimulai!”
Terlihat senyum penuh kelicikan terpancar di wajahnya. Komunikasi dalam panggilan itu kemudian diputuskan sepihak. Dia masih menatap pemandangan taman yang penuh kemenangannya.
“tunggu sampai waktunya tiba!”

Duh, sapa tuh? Gangguin orang lagi bahagia ajah, yakan?

Eits tapi tenang ajah guys ceritanya masih berlanjut kok, tinggal tunggu dengan sabar yaa...

Staytune readers

Mana tim Amar nih????
Mana tim Vandi nih????

Terhalang Dendam (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang